11. Not Really A Good Morning

801 133 27
                                    

Pagi hari, tepat saat jarum jam menunjuk angka delapan Jihoon akhirnya membuka mata. Tangannya mengucek kedua matanya yang masih sedikit berat dan bibirnya meringis saat rasakan pening di kepalanya. Kelopaknya mengerjap berusaha kenali ruangan asing tempatnya terbaring saat ini. Selimut tebal membungkus tubuhnya dan ranjang berukuran tiga kali lebih besar dari ranjangnya di rumah, tempat mewah ini jelas bukan miliknya. "Huh?" Keningnya mengerut heran saat sadari ia telah mengenakan pakaian yang berbeda. Kaosnya yang semalam ia pakai berganti jadi kaos putih polos dan celananya pun berganti jadi celana pendek selutut yang tak pernah ia miliki. "Ah!" Baru Jihoon ingat bahwa semalam ia pergi ke rumah Yoshi dan harusnya Yoshi yang bertanggung jawab atas segalanya yang membuatnya panik sekarang.

Ceklek

Jihoon menoleh ke arah pintu saat mendengar knop yang diputar, menunda niatnya untuk bangkit dari ranjang. Yoshi terlihat begitu pintu dibuka. "Oh, Jihoon, sudah bangun? Bagaimana? Masih ada yang-

"Om apain aku?!" Jihoon menyentak bahkan sebelum Yoshi sempat sampai di hadapannya. Ia juga menggeser duduknya ke sisi lain ranjang menjauh dari Yoshi. "Kenapa, kenapa baju sama celana aku ganti? Om..." Hatinya akan menangis jika Yoshi benar-benar berbuat yang tidak-tidak padanya selama ia tertidur semalaman.

"Jihoon, jangan salah paham dulu oke. Tenang, semalam kamu demam, badan kamu tiba-tiba panas menggigil dan saya gak bisa panggil dokter karena sudah tengah malam. Baju kamu basah dan saya gak mungkin biarin kamu tidur dengan pakaian basah jadi saya menggantinya." Yoshi berusaha menjelaskan dengan terburu-buru sampai beberapa katanya tak terdengar jelas.

"Aku gak percaya."

"Jihoon percaya sama saya, saya gak-

"Jangan deket-deket!" Jihoon meraih remot AC di atas nakas dan menodongkannya pada Yoshi. Nafasnya naik turun tak teratur penuh ketakutan. Tangannya bahkan bergetar bayangan apa yang terjadi di balik matanya yang tertutup semalam.

"Jihoon... saya gak ngapa-ngapain, oke. Saya janji saya gak akan—

TAK!

"Aw!" Yoshi langsung memegangi keningnya yang terkena lemparan remot AC oleh Jihoon. Yoshi berbalik memunggungi Jihoon untuk berusaha menekan emosinya yang naik. Salahnya juga karena tetap mendekat saat Jihoon jelas-jelas sudah melarangnya untuk mendekat. Yoshi menarik nafas dalam-dalam berusaha dapatkan kembali kesabarannya.

"Om..." Jihoon meringis rasakan aura ruangan yang tiba-tiba mencekam karena feromon Yoshi. "La—lagian kenapa Om gak bangunin aku aja?! Kenapa harus Om yang gantiin baju aku?!"

"Sudah!" Yoshi berbalik, kembali menatap Jihoon yang langsung sedikit mundur begitu mendengar suara tinggi Yoshi. Kembali Yoshi menarik nafas dalam sebelum berucap dengan kesabaran yang menipis. "Saya sudah coba bangunin kamu tapi kamu gak mau bangun dan cuman meracau gak jelas. Kamu keringetan banyak sampai pakaianmu basah, dan kamu akan tambah sakit kalau gak diganti bajunya. Saya pastikan saya tidak menyentuhmu selain hanya mengganti pakaianmu." Kembali sunyi dengan Jihoon yang hanya bisa meremat sprei dengan perasaan campur aduk, apalagi saat Yoshi tak lagi memegangi keningnya dan perlihatkan luka kemerahan di sana. "Atau saya harus suruh salah satu pelayan rumah saya untuk menggantikan pakaianmu?" Kali ini Jihoon menggeleng.

"Maaf..."

"It's ok." Yoshi beralih, beranjak ke cermin untuk melihat luka yang tertinggal di keningnya, lalu dengan tak acuh mengambil kotak P3K dari laci nakas dan duduk di sofa sendirian untuk membalut lukanya.

Jihoon menggigit bibirnya cemas. Ia takut Yoshi marah padanya, jadilah ia segera turun dari ranjang untuk hampiri Yoshi yang duduk di sofa dekat jendela kamarnya dan berjongkok di depan Yoshi. Jihoon lantas mengambil alih plester luka yang baru saja Yoshi ambil. "Om, aku minta maaf. Aku gak bermaksud kayak gitu..." Raut wajahnya penuh rasa bersalah saat berucap demikian.

Alpha Bride [ yoshihoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang