17. New Morning

1.2K 109 55
                                    

Pagi kembali menjelang. Hari ketiga. Jihoon membuka matanya perlahan karena bising dering telepon genggamnya. Ponsel di nakas lantas diraih, dan tanpa melihat lebih dulu siapa yang menelepon Jihoon langsung menerima panggilan tersebut.

["Ji! Lo masih hidup kan? Masih perlu gue laporin ke polisi gak?"]

"Heng?" Jihoon masih berusaha mencerna dengan kantuk yang memberatkan kedua matanya. "Ryu—aish! Om!" Jihoon memekik, terkejut saat lengannya ditarik dan tubuhnya kembali direngkuh erat.

["Hah!? Ngapain lo, Ji, ih!"]

Tut.

Panggilan terputus begitu saja. Jihoon meletakkan ponselnya di sampingnya tanpa peduli. "Om… udah dong…," Jihoon berusaha melepaskan pelukan Yoshi namun bukannya lepas Yoshi justru semakin mengeratkan peluknya.

"Kamu pagi-pagi udah teleponan sama siapa, hm?" gumaman tak jelas itu hanya dibalas decakan sebal dari Jihoon.

"Om, aku gerah… mau mandi, gak bisa aku kalau kayak gini terus," suaranya sudah merengek sebal. Tubuhnya sudah lengket dan bau keringat. Ia sampai heran sendiri dengan Yoshi yang masih saja betah menciumi aromanya.

Yoshi akhirnya membuka mata. "Sekarang? Oke," ujarnya dengan ringan dan langsung bangkit duduk. Yoshi meregangkan otot-ototnya lalu turun dari ranjang, tinggalkan selimut yang menutupi bagian bawah tubuhnya. Jihoon otomatis menutup kedua matanya.

"Om! Jangan bugil depan aku aaaaa!" Jihoon memekik kesal. Kakinya menendang-nendang selimutnya, namun segera pegangi selimutnya sebelum tubuhnya turut terekspos. Sedangkan Yoshi hanya terkekeh saja, tanpa mengacuhkan Jihoon, Yoshi lantas pergi ke kamar mandi, mengambil bathrobe dan menyiapkan air di bathtub.

"Astaga… gak tahu malu dasar orang tua," Jihoon membuka matanya sedikit, lalu bernafas lega begitu tak lagi dapati sosok Yoshi yang telanjang. Dengan perlahan Jihoon bangkit duduk. Bibirnya mendesis menahan sakit. Bagian bawahnya seperti mati rasa, perih, dan pinggulnya serasa mau copot.

Yoshi keluar dari kamar mandi, lalu hampiri Jihoon. "Ayo, saya bantu."

"Eh eh eh, bentar!" Jihoon mempererat balutan selimut di tubuhnya, memastikan bahwa selimutnya tak akan tersibak atau jatuh saat Yoshi mengangkatnya. "Oke, ayo," Jihoon mengalungkan lengannya di area leher Yoshi, berpegangan erat dan tetap waspada.

"Kamu ini kenapa sih, padahal saya juga udah lihat semuanya."

"Diem deh Om. Gak usah banyak ngomong."

Yoshi hanya bisa menggeleng tak habis pikir. Ia lalu menurunkan Jihoon dengan perlahan ke dalam bathtub, mengambil selimut Jihoon dan menyingkirkannya ke tempat lain. Jihoon meluruskan kedua kakinya dan merilekskan tubuhnya, namun saat ia akan bersandar bukannya keramik yang bertemu dengan punggungnya melainkan kulit manusia lainnya. Jihoon sontak berbalik, umpatannya tertahan sebal saat melihat Yoshi ikut bergabung ke dalam bathtub.

"Om kok ikutan sih!? Aku gak mau…," wajahnya sudah memelas sebal saat Yoshi dengan tak acuhnya tetap duduk di belakangnya.

"Apa…," Yoshi berucap lembut, lalu mencium bibir manyun Jihoon sekilas. Dengan kedua tangannya ia membasuh wajah kecut Jihoon, membuat si empunya wajah mencebik semakin sebal. "Saya gak akan ngapa-ngapain, kita cuman bakal mandi, iya kan?" pipi tembem Jihoon lalu jadi sasaran kecupan. "Ayo, hadap sana," Yoshi memutar tubuh Jihoon jadi membelakanginya, lalu dengan gerakan lembut ia mengusap punggung sampai kepala Jihoon dan mencuci rambutnya.

"Hehehe, enak deh," Jihoon memejamkan mata menikmati pijatan Yoshi di bahu serta pangkal rambutnya. Jika seperti ini, ia tak akan menolak saat Yoshi mengajaknya mandi bersama.

Alpha Bride [ yoshihoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang