02. Him

1.2K 148 6
                                    

Yoshi mengangkat ponselnya ke telinga, menunggu dering yang tersambung seraya melepas jas serta dasinya. Ia menunggu dengan sabar sampai akhirnya teleponnya tersambung. Suara helaan nafas malas terdengar dari seberang sana; sudah pasti, reaksi yang sudah ia duga akan didapat dari sang sekretaris saat melihatnya menelepon di larut malam begini.

["Ya, Pak, ada apa? Sisa filenya sudah saya kirim ke Email anda sore tadi, apakah ada yang kurang?"]

"Mashiho, apa sekarang kamu sibuk? Saya butuh bantuanmu," ucapnya abaikan pertanyaan formal Mashiho sebelumnya.

["Minta tolong apa? Apakah kartu anda bermasalah lagi? Jika iya, itu tandanya anda harus berhenti membuang uang untuk pelacur."]

"Itu tandanya kamu sudah membantu Ibu saya untuk menyabotase saya," balas Yoshi sedikit kesal, mengingat beberapa waktu lalu kartunya sempat tak bisa digunakan untuk melakukan transaksi sewa kamar di sebuah hotel dan dalangnya adalah ibunya sendiri dibantu Mashiho.

"Tolong carikan data tentang seseorang, kamu bisa kan?"

["Saya tidak bisa Pak. Itu sudah di luar ranah kerja saya dan sekarang ini jam kerja saya telah berakhir, saya hanya sekretaris bukan personal assistant."]

Yoshi berdecak, lantas berbalik dan berjalan menuju ranjang di tengah ruangan. "Ini bukan pekerjaan yang sulit untukmu yang sudah biasa melakukannya." Yoshi duduk di ujung ranjang, masih berusaha membujuk Mashiho. Dengan tak acuh, seolah terbiasa, ia biarkan saja sepasang tangan manja menggelayuti lengan kirinya yang menganggur. Yoshi memalingkan wajahnya saat sebuah dagu disandarkan di bahunya dengan wajah cantik seorang wanita yang menatapnya dengan lesu.

["Iya, tapi saya berusaha menghindari dan tidak ikut campur dengan urusan pribadi anda, Pak. Ini juga sudah larut malam."] Suara Mashiho kembali terdengar dengan malas.

"Dengan kamu membantu Ibu saya, itu sudah termasuk ikut campur urusan pribadi saya."

["Saya diancam Pak!"] Mashiho menaikkan nada bicaranya tanpa sadar karena ingin membela diri.

"Saya akan bayar kamu, diluar uang gajimu," tawar Yoshi lagi, yang akhirnya membuat Mashiho mau memikirkan ulang tentang keputusannya.

["Anda tahu namanya kan, Pak? Kalau bisa fotonya sekalian jika ada, agar saya lebih mudah mencarinya."] Begitu mudah keputusannya dibelokkan setelah tawaran menggiurkan tersebut.

"Bisa saya dapatkan datanya sebelum besok?" Yoshi kembali bertanya tak tahu diri, lalu berdecak kesal saat wanita yang menempel padanya itu mulai meraba tubuhnya. Menggunakan sebelah tangannya, Yoshi mencekal kedua tangan kecil wanita yang pasang wajah sebal itu. "Saya kirimkan uangnya sekarang, beserta fotonya," tambahnya lagi sebelum Mashiho sempat membantah pertanyaannya yang sebelumnya.

["Baiklah."]

Setelah jawaban sederhana itu Yoshi tiba-tiba bangkit setelah mematikan sambungan teleponnya. Sesaat wanita yang duduk di atas ranjang dengan pakaian setengah terbuka itu tersenyum senang, namun langsung merengut kemudian saat Yoshi melemparkan seamplop uang ke arahnya.

"Saya kehilangan mood. Anggap saja kamu sudah melakukan pekerjaanmu."

"Hah?" Ia hanya bisa melongo menatap gepokan uang di dalam amplop. Ditatapnya dengan kesal punggung Yoshi yang menghilang dibalik pintu yang otomatis terkunci rapat. "Ish, dasar, padahal gue lagi pengen ngerasain main sama Om-om ganteng." Ia menggerutu pelan sambil menghitung uang yang Yoshi berikan. Senyumnya tak bisa luntur setelah menghitung jumlahnya. Sama dengan tarif, tanpa kurang sepeserpun, padahal mereka belum sempat melakukan apa-apa.

"Hadeuh, coba tiap hari gue dapat modelan Om-om yang begini, bisa makmur hidup gue."

    

***

Alpha Bride [ yoshihoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang