09. How About Your Feelings

801 124 16
                                    

"Lo beneran suka gak sih sama si Om itu?"

"Hm?" Jihoon sontak menoleh pada Ryujin, sedikit terkejut karena gadis itu berucap dengan tiba-tiba di tengah kesinyiannya membersihkan meja. Ryujin tak menjawab dan hanya menunjuk ke arah luar restoran di mana ada mobil Yoshi yang baru saja diparkirkan.

"Saran gue sih, kalau lo emang gak suka atau gak bisa bales perasaan dia, mending lo buruan ngomong. Kalau lo ladenin dia terus tapi perasaan lo gak ada, kasihan dianya sih."

Jihoon terdiam sesaat saat netranya terfokus pada Yoshi yang berhenti di depan pintu restoran untuk mengobrol dengan seorang wanita yang baru saja keluar dari restoran. Memikirkan ucapan Ryujin barusan, pikirannya bagai diaduk tak karuan. Tanpa mengatakan apapun Jihoon beranjak tinggalkan Ryujin beserta raut bingungnya melihat tingkah Jihoon. Ryujin paham betul, ia bahkan sampai mengeluhkan kebiasaan Jihoon yang sering senyum-senyum sendiri setiap mendapat surat dari Yoshi. Ryujin mungkin memang kerap menggoda Jihoon mengenai seberapa bucinnya Yoshi dan katakan bahwa Jihoon juga akan jadi bucin suatu hari nanti, namun ia tetap saja terkejut saat melihat Jihoon yang keluar dari restoran untuk menghampiri Yoshi lalu menarik tangan Yoshi dan mengajaknya duduk berdua di meja yang memang disediakan di bagian luar restoran.

"Om kok ke sini? Kemarin katanya gak bisa ke sini?"

"Kamu sepertinya mau saya ke sini, jadi ya saya datang, buat ketemu sama kamu." Yoshi hanya menjawab dengan santai. Ia lalu meletakkan sebuah paper bag ke atas meja, "buat kamu."

Jihoon mendengus. Ia tahu paper bag itu isinya pasti sesuatu yang mahal yang Yoshi sengaja belikan untuknya. "Aku boleh nolak gak sih? Om jangan keseringan beli-beli ginian buat aku, aku gak butuh. Udah dibilang juga jangan kasih-kasih aku lagi, masih aja."

"Tapi tetap kamu pakai juga kan?" Pertanyaan itu merujuk pada tas yang sebelumnya Yoshi berikan yang kini juga selalu Jihoon kenakan kemanapun ia pergi.

"Aku cuman mau ngehargain aja, karena Om udah ngasih, masa gak aku pake."

"Ya sudah, kalau gitu terima ini juga. Oh iya, saya boleh datang kemari kapanpun untuk menemuimu kan?" Untuk pertanyaan terakhir itu Jihoon tak langsung menjawab sebagaimana ia yang langsung mengambil paper bag tersebut dan membukanya untuk melihat isinya. Sebuah sepatu, pas seperti dugaannya.

"Ini Om nyogok aku ya?" Jihoon bertanya dengan wajah datar, sementara Yoshi justru meledakkan tawa.

"Enggak. Saya kasih ini karena saya mau kasih aja, daripada kamu pakai sepatu kamu yang sudah usang itu." Yoshi menunjuk pada sepatu yang masih Jihoon kenakan sampai saat ini. Sudah jelek memang, karena sepatu itu ia pelihara sejak ia mulai bekerja di restoran Ryujin ini. Saksi sulitnya hidupnya yang naik turun.

"Biasanya juga Om udah sering ke sini."

"Tapi kamu gak nyaman dengan hal itu."

Kalau begini bagaimana Jihoon bisa menghalangi dirinya untuk tidak jatuh cinta? Saat ia pikir dunia sudah terlalu kejam padanya di masa lalu, lantas semesta kirimkan sosok Yoshi yang belum lama ini ia kenal tapi telah berhasil merampas ruang sempit di hatinya dan mengisinya dengan beberapa hal sederhana yang membuatnya ingin berikan saja seluruh hatinya agar Yoshi bisa berikan segalanya, seluruh kebahagiaan yang selama ini hilang dariya. Ia menyukainya, tentang bagaimana Yoshi yang selalu berdiri atau duduk sedikit berjarak darinya namun tetap pastikan Jihoon tetap berada dalam pengawasannya dan menjaganya, tentang bagaimana Yoshi yang mengabulkan keinginan sederhananya untuk mendapat sebuah surat cinta, tentang bagaimana Yoshi yang memberinya begitu banyak ruang dan tak pernah memaksanya, juga tentang bagaimana pria itu bahkan tak pernah mengeluh atau memprotes setiap kali Jihoon membuatnya kerepotan sendiri. Jihoon menyukainya, bahkan caranya bicara padanya pun telah ia sukai.

Alpha Bride [ yoshihoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang