28. Dari yang Lalu

453 58 13
                                    

Pagi menyapa begitu cepat, Yoshi masih setengah tertidur saat rasakan terpaan nafas hangat menyapu kulit tubuhnya. Matanya dipaksa dibuka, tubuhnya direnggangkan, ia menoleh saat rasakan sesuatu bergeliat di sampingnya. Saat dilihat, rupanya Jihoon beserta jaket berbulu tebalnya yang tengah mendusel padanya mencari kehangatan.

Yoshi terpaku, ia tak ingat Jihoon datang ke kamarnya semalam. Ia tidur cepat karena kelelahan, dan karena ia pikir Jihoon masih betah ngambek padanya jadi ia tak mau ambil pusing dulu untuk membujuk Jihoon, tapi sekarang ia justru dapati soulmate-nya itu tengah nyaman tenggelam dalam mimpinya. Belakangan sejak Jihoon hamil, pemuda itu memang cenderung jadi lebih clingy walaupun terkadang mulutnya masih suka memarahinya karena banyak hal.

Melihat Jihoon yang masih nyaman dalam tidurnya, Yoshi lantas menunda bangunnya, ia harus memanfaatkan kesempatan mumpung di detik ini Jihoon belum sadar karena mungkin saja setelah bangun nanti Jihoon akan kembali memusuhinya karena masalah aroma feromon kemarin.

Yoshi balas memeluk Jihoon, mengusap pelan punggungnya, dan pastikan Jihoon tidak terbangun dalam waktu dekat. Untuk beberapa menit Yoshi menikmati kesunyian yang timbul, sampai akhirnya Jihoon bergerak resah dan perlahan mulai membuka matanya. Yoshi diam saat melihat Jihoon meliriknya sekilas. Ia kira Jihoon akan langsung mendorongnya dan melarikan diri, tapi dugaannya salah, Jihoon justru kembali memeluknya dengan nyaman.

"Kalau Om pulang bawa feromon orang lain lagi, gak akan aku maafin lagi," ucap Jihoon dengan tegas. Yoshi langsung menarik senyum, akhirnya ia dapatkan pengampunan dari Jihoon. Kembali ia rengkuh tubuh kecil itu dalam pelukannya.

Dalam pelukannya itu, Yoshi kemudian mengecup kening Jihoon. "Dasar anak lucu, ngambek terus, my cute sweet little pumpkin pie," Yoshi menguyel-uyel Jihoon, abaikan wajah cemberut Jihoon yang mulai lelah dihantam ciuman.

"Udah Om!" Jihoon mendorong Yoshi menjauh, melepaskan rangkulannya dan langsung membuat jarak, lalu menutup diri dengan selimut.

Yoshi justru hanya terkekeh, sama sekali tak merasa bersalah karena sudah membuat Jihoon kembali marah. Ia kembali mendekat dan memeluk Jihoon.

"Jam berapa kamu ke sini tadi malam? Kok saya gak sadar."

"Gak tahu, gak liat jam."

"Masih mau lanjut tidur? Udah mau jam tujuh ini."

Jihoon membuka selimut yang menutupi wajahnya begitu mendengar pertanyaan tersebut. Kepalanya mendongak menatap yang lebih tua. "Om mau kerja ya? Sekarang?" tanyanya bernada sendu. "Kenapa sih harus kerja! Setiap hari Om kerja! Aku ditinggal terus! Kalo gini mending aku balik kerja aja!" Lanjutnya lampiaskan amarah.

Di sampingnya, Yoshi sedikit terkejut. Wajah manis itu memerah dan bola matanya mulai berkaca. Oh, ini akan jadi kali pertamanya menghadapi sisi Jihoon yang ini, yang mungkin dipengaruhi oleh kehamilannya.

"Hei, jangan sedih gitu dong, kamu bikin saya gak tega loh," ucapnya sambil kemudian mengusap lembut pipi Jihoon yang bersemu merah.

"Yaudah kalo gitu gak usah berangkat!" Balas Jihoon sambil berteriak, tapi masih dengan wajah sedihnya yang hampir basah oleh air mata.

Yoshi sedikit tergelak, lalu kembali memeluk Jihoon dan mengusap punggungnya. "Kamu itu lucu banget ya, kayaknya saya jatuh cinta lagi sama kamu," bisiknya pelan, tanpa sadar buat yang muda terdiam dengan pipi tambah merona sampai ke telinga.

Jihoon membungkam bibirnya, daripada terus berteriak marah dan yang keluar justru jutaan kegugupan yang akan mempermalukannya. Dalam pelukan yang akhirnya kembali membawa sunyi itu, Jihoon dapat dengan jelas mendengar degup jantungnya sendiri yang perlahan mulai berdegup cepat mengikuti dentuman jantung Yoshi.

Alpha Bride [ yoshihoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang