The Ending

680 63 6
                                    

Waktu kian berlalu, beriringan dengan usia kandungan Jihoon semakin tua, maka semakin sibuk juga Yoshi meningkatkan pengawasannya. Sekarang bukan Jihoon lagi yang meminta Yoshi untuk tetap di rumah menemaninya tetapi justru Yoshi lah yang meminta Jihoon untuk tidak kemana-mana sendirian tanpa dirinya.

Mendekati hari persalinan, Yoshi hampir tak bisa tidur setiap harinya karena Jihoon sering tiba-tiba mengeluh nyeri di perutnya dan saat Yoshi terburu-buru ingin membawa Jihoon ke rumah sakit, nyerinya tiba-tiba hilang dan Jihoon bisa kembali tidur dengan nyenyak bagai tak ada yang terjadi sementara Yoshi tetap terjaga karena takut tidak akan siap saat Jihoon tiba-tiba membutuhkannya.

Untungnya Jihoon tidak mengalami hal-hal lain yang merepotkan selain kontraksi palsu. Sehari sebelum hari persalinan, mereka sudah berada di rumah sakit untuk menunggu Jihoon siap melakukan persalinan.

Dari pagi hingga malam Yoshi tak bisa tenang, sementara Jihoon justru santai-santai saja sambil menunggu di ranjang rawat. Yoshi tak bisa tenang, beberapa menit sekali ia bertanya pada Jihoon apakah ada yang sakit dan Jihoon hanya menggeleng.

Ibu Yoshi juga ada di sana, baru datang siang tadi dan ialah juga yang menasehati Jihoon untuk tetap tenang sambil menunggu waktu persalinan. Jihoon justru khawatir pada Yoshi karena soulmate-nya itu sudah hampir tidak pernah tidur dan wajahnya terlihat begitu lelah.

"Om," panggilannya sambil meraih tangan Yoshi dan mengusap punggung tangannya lembut. "Jangan khawatir gitu dong, tenang aja, kata Mama gak akan apa-apa kok, kamu udah kecapean banget loh itu."

Yoshi menggeleng. "Gak kok, saya gak apa-apa," balasnya dengan suara lemas, berusaha tampak kuat walaupun rupa wajahnya saja sudah tak karuan.

Jihoon berdecak, tapi akhirnya tak banyak memprotes, terserah saja bagaimana maunya prianya itu. Mereka mengobrol sambil menunggu.

"Akh, sakit Om...," ringisJihoon sambil meremat tangan Yoshi. Yoshi jelas langsung panik, ia bangkit sambil memegangi lengan Jihoon sementara mulutnya berteriak memanggil perawat, dokter, dan ibunya.

Semua orang berkumpul dengan kepanikan, dan setelah beberapa saat, Jihoon dibawa ke ruang operasi. Yoshi makin panik apalagi saat ia tidak bisa ikut masuk ke ruang operasi. Ibunya bahkan sampai jengah melihat putranya yang tak bisa tenang itu.

"Yoshi, tenanglah, Jihoon akan baik-baik saja. Daripada kamu mondar-mandir gitu, mending kamu duduk, berdoa."

Ajaibnya, kali ini Yoshi patuh dan langsung duduk tenang dan mulai berdoa berharap keselamatan Jihoon dan anaknya. Waktu terasa begitu lama saat menunggu. Sampai akhirnya lampu ruang operasi berubah, dan seorang dokter keluar sambil menggendong seorang bayi laki-laki.

"Selamat ya Pak, anak anda lahir dengan sehat, ibunya juga sehat."

Di detik itu pun, untuk pertama kalinya ibunya melihatnya menangis deras atas alasan yang membahagiakan.

          

*****

            

Memasuki petang, masih berada di rumah sakit, di kamar rawat inap Jihoon yang dijaga tetap tenang karena Jihoon sedang beristirahat, Yoshi duduk di samping ranjang Jihoon menunggunya untuk bangun. Perhatiannya hanya tertuju pada wajah damai Jihoon, sampai akhirnya kedatangan ibunya mengalihkan perhatiannya. Melihat ibunya yang datang sambil mendorong kursi roda ayahnya, Yoshi segera bangkit.

"Jihoon masih tidur?" tanya Ibu pelan, sedikit berbisik, dan dibalas anggukan kepala oleh Yoshi.

"Mana cucu Papa?"

Alpha Bride [ yoshihoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang