08. The Love Without Letter

792 114 25
                                    

Pesan Masuk

Jihoon

Udah om jangan kirim surat lagi

   

Pesan singkat yang Jihoon kirimkan itu membuat Yoshi harus tinggalkan kantornya, sisakan amarah Mashiho mengalun memenuhi ruangan Yoshi yang kembali kosong saat Mashiho kembali setelah menge-print beberapa dokumen yang sebelumnya Yoshi minta. Restoran Ryujin, tempat Jihoon bekerja adalah tujuannya untuk menemui Jihoon secara langsung. Ia pikir dengan semua surat yang ia kirimkan pada Jihoon yang juga atas permintaan Jihoon sendiri itu akan membantunya meluluhkan hati si manis, namun jika jadinya Jihoon tetap mendorongnya mundur entah bagaimana ia harus bereaksi atas harapan palsu ini.

Jihoon sedang melayani pelanggan yang berdatangan saat Yoshi tiba di restoran Ryujin. Suasananya ramai, sesak oleh pelanggan yang mengantri sampai luar restoran. Yoshi pantas beranjak dari mobilnya dan hampiri Jihoon yang baru antarkan pesanan salah satu pelanggan yang duduk di luar restoran. Jihoon terlalu fokus bekerja sampai tak sadari kedatangan Yoshi dan harus terkejut saat lengannya tiba-tiba ditarik.

"Astaga, Om! Kok Om di sini?" Jihoon bertanya dengan santai abaikan raut kesal Yoshi yang kentara.

"Apa maksudnya itu, kenapa kamu minta saya berhenti kasih suratnya?"

"Hah? Oh itu, ya gak apa-apa, emang mau udahan aja." Jawaban itu hanya mengambang di udara tanpa bisa Yoshi terima. Jihoon meringis saat sadari Yoshi yang mulai keluarkan banyak feromon mengganggu. "Eee... Om, kita ngobrol nanti aja ya, aku masih kerja, nanti aja kalau udah waktunya istirahat ya," pelan-pelan Jihoon melepas cekalan tangan Yoshi pada pergelangan tangannya, lalu dengan langkah kaku beranjak dari sana menuju dapur.

Jihoon memperhatikan Yoshi dari dalam dapur. Menolak melayani Yoshi dan menyuruh rekan kerjanya yang lain saja yang tanyakan apakah Yoshi ingin memesan sesuatu atau tidak. Yoshi hanya duduk anteng di dekat jendela sana sambil beberapa kali terlihat dia harus menerima panggilan telepon, namun Yoshi tidak beranjak dari tempatnya duduk walau sekejap.

"Kadang, yang bikin kita tambah sakit itu ego kita sendiri." Celetukan tiba-tiba dari Ryujin itu membuat Jihoon otomatis menoleh padanya. Ryujin tak membalas tatapannya dan justru perhatikan Yoshi di meja makan sana. "Dia kelihatan baik kok, gak ada salahnya nyoba buka hati. Lo belum pernah ngerasain rasanya jatuh cinta, kalau kepo sama sensasinya, tuh tanyain Jaehyuk, kayaknya itu anak juga lagi kasmaran." Ryujin menoleh, lantas mengendik ke arah belakang. Jihoon menoleh mengikuti arah yang ditunjuk Ryujin, dapati Jaehyuk yang terlihat memalingkan wajah setelah ketahuan memperhatikan keduanya. Jaehyuk terlihat salah tingkah sendiri sebelum kemudian pergi menjauh dari pandangan Jihoon dan Ryujin, tinggalkan kekehan kecil di ranum si alpha.

"Ya, dia gak bisa banget sembunyiin perasaannya, gampang banget ditebak," ucap Jihoon sedikit mencibir Jaehyuk dan tingkahnya itu.

"Iya kan. Tapi kayaknya dia cuman naksir diem-diem ya, bego banget yang ditaksir bisa-bisanya gak peka sama tingkahnya."

Jihoon sontak menoleh pada Ryujin setelah mendengar ucapannya barusan. Tatapannya menghakimi Ryujin dari samping, lalu kembali tatap Jaehyuk yang hanya tampak punggungnya itu. Ia berdecak sambil menggeleng tak habis pikir. "Parah banget," bisiknya pelan seraya beranjak dari sana untuk hampiri Yoshi.

Melihat kedatangan si manis membuat Yoshi kembangkan senyum dan ubah moodnya yang sejak tadi tak karuan karena tak betah menunggu Jihoon keluar menemuinya. Keduanya hanya saling diam setelah Jihoon duduk. Yoshi yang menunggu jawaban Jihoon dan Jihoon yang diam menunggu suaranya sendiri untuk keluar.

Alpha Bride [ yoshihoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang