Nia terus mengekor Cita selama fansign berlangsung. Nia tampak seperti seorang anak ayam yang mengikuti Induknya. Entah karena gugup bertemu dengan Treasure, atau-
"Intinya gue harus di belakang lo terus. Bahaya dong kalau gue oleng kesana-kemari" Nia menggeleng frustasi "Dah kayak bawa alamat palsu"
"Lagunya Ayu ting-ting dong kalau gitu?" Nia mengangguk, dan lanjut mengekor.
Hati Nia sudah hampir terketuk, wajahnya memerah karena gombalan Doyoung, dan matanya berwarna hijau karena Hyunsuk.
The real bau uangnya sampai ke sini.
"Yoshiya!!!" Cita memanggil Yoshi.
Disebelah Yoshi ada Haruto dan Junkyu, dan kedua lelaki itu langsung menatap kearah Cita bersamaan, lalu mereka tersenyum-
"Aku sudah mendengar bahasa Koreamu. Sungguh sangat bagus sekali" Yoshi memuji "Bahkan bahasa Koreaku tidak sebaik dirimu"
"Ahh, tidak juga, oppa" Cita menjawab malu. Yoshi tertawa dengan ekspresi Cita.
Sembari tadi Cita memang menggunakan bahasa Korea untuk berbicara bersama para mamber Treasure. Selain memudahkan para member, Cita juga senang bisa menggunakan bahasa itu pada waktu yang tepat.
"Terimakasih untuk pujiannya" tambah Cita mengangguk.
"Sama-sama" Yoshi kembali menjawab mengerti.
"Kapan kamu belajar bahasa Korea?"
"Sebenarnya itu mempunyai cerita yang teramat panjang" Cita tersenyum canggung "Jadi, lebih baik tidak usah"
Yoshi kembali mengangguk mengerti.
"Bagaimana mungkin aku menceritakan jika semua ini bermula karena jiwaku yang tertukar? Akshhh!!! Mana mungkin Yoshi percaya" Cita menggeleng kesal dengan apa yang ia pikirkan saat ini. Benar jika Yoshi akan menganggapnya gila dengan apa yang Cita ucapkan nantinya.
"Kenapa?" Yoshi bertanya singkat. Matanya menatap lebih dalam Cita yang sedang berfikir jauh di dunianya sendiri.
Cita pun salting.
"Tidak apa-apa. Tidak ada apa-apa" Cita tersenyum pepsodent, menyombongkan deretan gigi rapi nan putihnya.
"Oh iya, Yoshi oppa itu biasku"
"Ah? Jinjja?" Yoshi menjawab terkejut. Matanya tampak bersinar melihat Cita yang juga menatapnya.
"Banyak hal yang aku lalui, tapi berkat motivasi oppa, aku selalu bangkit, dan lihat sekarang. Aku bisa di sini menemui oppa" Cita bercerita dengan antusias. Dia banyak berbicara di depan Yoshi, ia juga menunjukkan lukisan Yoshi yang ia buat, lalu memberikannya pada Yoshi.
"Apa itu?" Yoshi menunjuk sebuah rantang yang masih Cita bawa dengan tangan kirinya.
"Ahh, ini? Ini namanya soto lamongan. Makanan yang cukup terkenal di daerah tempat asalku" Cita menunjuk kearah rantangnya, menjelaskan makanan khas lamongan jawa timur itu. "Ini untuk Jihoon oppa. Kalau oppa mau, silahkan minta Jihoon oppa"
KAMU SEDANG MEMBACA
100 Days My Husband
FanfictionBukan mimpi tapi kenyataan. Kehidupan bagai di dunia fantasi seorang gadis kutu buku yang mencintai idolanya sendiri. Adinda Cityaningrum, seorang gadis kutu buku cantik yang terlahir di keluarga kelas bawah. Menemui idolanya merupakan suatu hal yan...