Perpustakaan
"Silahkan dinikmati tuan, nyonya" ucap seorang pelayan memberikan hidangan terakhir diatas meja.
Cita menatap setiap langkah yang di ambil dua pelayam yang barusan saja menghidangkan makanan penutup. Cita menatao dua pelayan itu seperti tengah mungsuhan. Matanya melotot cantik, dan alisnya mengangkat sedikit.
"Kenapa kamu melototi pelayan itu?"
"Aku tidak melototinya" jawab Cita cepat.
Pelayan yang merasa terpanggil, kini hanya bisa menunduk pasrah dan sudah keringat dingin. Bisa mati dia jika ternyata sang tuan tidak menyukai kedatangannya.
"Tapi kamu melototinya tadi" kata Jihoon menatap sang istri "Jangan seperti itu, mereka takut denganmu"
"Bukan begitu, oppa. Hanya saja, kenapa aku harus dipanggil 'nyonya' bukan kah usiaku masih begitu mudah?" ucapnya protes.
Usia 16 tahun itu memang sangat muda, dan tidak cocok dengan panggilan "nyonya". Cita menenggelamkan kepalanya sedikit sedih. Ia ingat jika usianya di sini bukan lagi 16 tahun. "Usiaku masih 23 tahun, aku masih begitu muda"
Jihoon menatap kearah gadis itu sembari tersenyum. Cita sangat mudah sekali sedih dan bahagia, perasaan apa itu?
"Kamu mau dipanggilnya apa dong, sama para pekerja di sini?"
"Nona" jawabnya sangat semangat.
Tidak terbayang bagaimana jika ia nantinya di panggil dengan sebutan "nona" Cita sangat ingin dipanggil dengan sebutan seperti itu. Selain tampak lebih muda, ia juga jadi terhormat dengan sebutan itu. Cita sudah menginginkan nama itu cukup lama.
"Hfppp" Jihoon menatap Cita tidak percaya, dan menertawakannya "Nona?" tanyanya mengulangi ucapan Cita.
"Kau mengejekku!!?" Jihoon menggeleng sembari memegangi perutnya yang terasa keram tergelitiki.
Jihoon ingat betul bagaimana dulu Yun Hee menyuruh para pekerja memanggilnya "Nyonya" Yun Hee saat itu berdiri tegap di sampingnya, dengan menggunakan high heelsnya dan kaca mata hitam kotaknya. Gadis itu tampak keren sekali.
"Kamu benar-benar ingin dipanggil seperti itu?" tanya Jihoon disusul anggukan Cita sangat semangat.
"Baiklah" Jihoon membalas anggukan, sembari meraih satu cangkir berisi kue manis.
"Rasanya manis, seperti dirimu" kata Jihoon mencoba menggombal.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
100 Days My Husband
FanficBukan mimpi tapi kenyataan. Kehidupan bagai di dunia fantasi seorang gadis kutu buku yang mencintai idolanya sendiri. Adinda Cityaningrum, seorang gadis kutu buku cantik yang terlahir di keluarga kelas bawah. Menemui idolanya merupakan suatu hal yan...