"Babe!" Aku mendengar Lisa memanggilku.Lisa, ya dia adalah sahabatku. Dia seorang gay dan aku baik-baik saja dengan dia yang seperti itu. Aku juga lebih menyukainya karena itu. Aku tahu tidak mudah baginya untuk keluar dan aku salut padanya karena cukup berani untuk mengakui kepada keluarganya dan kepada semua orang bahwa dia gay. Dia salah satu gadis paling berani yang pernah aku kenal, tentu saja selain mimi (Ibu) dan nanaku (Nenek) hehe
Aku mengenalnya ketika kami berada di kelas 10 . Dia bahkan awalnya takut mendekatiku karena dia mengatakan bahwa aku mungkin tidak akan menerimanya tapi hey lihat kami menjadi sahabat dan aku menyayanginya tidak peduli apa atau siapa dia, aku menerimanya.
"Oh?" Itu satu-satunya jawabanku kepadanya.
"Dari mana aja kamu? Bersama seorang gadis lagi?"
"Huss.. Aku tau kamu hanya cemburu" candanya padaku.
"Cemburu pantatmu"
Dia tertawa.
Kami sedang berada di lapangan melakukan pemanasan untuk olahraga kami nanti. Guru kami bilang akan sedikit terlambat.
"Babe, aku sudah mendapatkan cincin nenek yang kuceritakan padamu," kata Lisa sambil mengambil kotak cincin dari tasnya.
Dia membukanya dan menunjukkan cincin itu kepadaku.
"Boleh aku lihat?" Aku mengambil cincin itu dari tangannya dan melihatnya dengan hati-hati.
Cincinnya bagus.
Setelah aku memeriksa cincin itu, aku menggigitnya. Melihat itu Lisa segera mengambil kembali dariku.
"Hey! Ini masih milikku" dia mengelap cincin itu dengan ujung bajuku.
"Katanya mau di jual"
"Ya iya mau di jual tapi belum di jual."
Dia mengembalikan cincin itu ke tempatnya lalu menyerahkannya kepadaku.
"Mana Uang" sambil mengulurkan tangannya.
"Uangnya nantilah" aku memasukkan cincin itu ke dalam tas.
"Apa nenekmu tidak akan marah jika kamu menjual cincinnya kepadaku?" tanyaku khawatir.
Ya, itu milik neneknya, mungkin setelah neneknya meninggal, dia akan menghantuiku saat dia tau bahwa aku memiliki cincinnya.
"Tidak akan. Lagi pula, apa kamu lupa? Nenekku adalah seorang penyihir, jadi dia punya banyak yang seperti itu," katanya sambil mengangkat alisnya dan tertawa.
Dalam beberapa tahun Lisa dan aku berteman, tapi aku masih tidak yakin apakah aku bisa mempercayai ceritanya tentang bahwa neneknya adalah seorang penyihir. Aku juga bertanya kepadanya apakah dia juga seorang penyihir, dia hanya mengatakan belum. Jadi aku hanya menertawakannya kadang-kadang.
"Kapan kamu berencana untuk memberikan itu?" Aku mengangkat bahu.
Aku masih tidak tahu bagaimana cara memberikannya pada V.
V adalah pria yang aku sukai. Dia pemain basket di sekolah kami. Dan dia super terkenal. Seperti hampir setiap gadis di sini naksir dia kecuali Lisa.
V mengenalku tetapi dia tidak tahu bahwa aku menyukainya. Dan tentang Cincin ini? Aku berencana untuk memberikan ini kepadanya.
Ini awalnya karena cerita Lisa, dia mengatakan itu adalah cerita ibunya, bahwa neneknya memberi tahu ibunya bahwa jika orang yang kamu suka memakai cincin itu, maka dia juga akan menyukainya.Aku tidak tahu bagaimana dia meyakinkanku tentang cincin itu sampai aku menyetujuinya.
Katanya kasihan padaku karena sampai sekarang aku masih belum punya pacar. Meskipun ada banyak orang yang memperhatikanku, tetapi mereka tidak seperti yang aku inginkan. Selain itu, aku tidak masalah jika aku tidak punya pacar, karena masih ada Lisa yang bisa aku ajak untuk kencan. Tapi, karena kata-kata Lisa yang menarik, aku cukup tergoda dengan apa yang dia sarankan kepadaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiba-tiba Cinta
FanfictionTIDAK! Dia tidak boleh memakai cincin itu. "Aku bilang lepaskan" "Aku tidak bisa melepasnya" "Kamu seharusnya tidak memakai itu" "Dan kenapa begitu?" "Itu bukan cincin biasa... ... itu cincin cinta".