Tertangkap

445 57 7
                                    


Kami memiliki banyak tugas untuk diselesaikan. Kami juga punya kuis besok dan kami juga ada laporan yang harus dikerjakan.

Itu benar-benar bencanan. Kiri dan kanan adalah yang harus diselesaikan.

Aku sedang sibuk mengerjakan laporanku ketika aku tidak menyadari bahwa Jennie telah kembali dari toilet

"My Banjanggggggg" dia hampir bernyanyi ketika dia memasuki kamarku.

Dia benar-benar lama dari toilet.

Dia keluar untuk buang air kecil beberapa waktu lalu dan sekrang baru saja kembali.

"Berapa liter urin yang kamu keluarkan hah? Kenapa lama sekali?" Aku bertanya padanya tanpa mengalihkan pandanganku dari laptop.

Aku mendengar dia cekikikan.

"Aku mampir minum dulu kedapur dan Nana ada disana jadi kita ngobrol dulu." Dia dengan riang mengatakan kepadaku "Dia sedang membuatkan beberapa kue"

"Benarkah? Dan apa yang kamu bicarakan dengannya?" tanyaku penasaran.

Dia menarik kursiku menjauh dari meja belajarku dan memutarnya untuk menghadapnya.

Dia tersenyum padaku saat mata kami bertemu.

"Kamu" jawabnya.

"Aku? Bagaimana denganku?"

"Aku mengatakan padanya bahwa aku menyukaimu"

"Kamu apa?" Aku terkejut dengan apa yang dia katakan.

"Aku mengatakan padanya bahwa aku menyukaimu" ulangnya.

Aku memukul pahanya "Apa kamu mengatakan itu?"

"Jangan khawatir sayang. Dia hanya menganggap aku menyukaimu sebagai teman" dia mengedip padaku.

"Meski begitu. Jika Nana tahu aku ingin dia tau hanya dariku sendiri bukan dari orang lain"

Bibirnya sedikit cemberut "Maaf. Jangan marah. Aku hanya senang karena kamu adalah topik kita".

Ya tuhan bayi raksasaku ini sangat imut.

Aku menghela nafas "Kemarilah" aku membuatnya duduk di pangkuanku dan memeluknya. "Aku tidak marah, oke?"

Aku mendongak sedikit ke arahnya.

"Hmm" aku bergumam ketika dia tidak menanggapi apa yang aku katakan.

Dia melingkarkan tangannya di leherku dan memelukku erat. Aku memberinya kecupan di lehernya karena wajahku terkubur di sana.

"Jika kamu ingin memberi tahu Nana tentang kita maka aku tidak keberatan." kataku padanya.

Dia melonggarkan cengkeramannya padaku lalu menatap mataku "Kamu pikir dia akan baik-baik saja dengan itu? Dengan kita bersama?"

Sebenarnya, aku tidak tahu apakah Nana baik-baik saja dengan hal-hal semacam itu. Aku tidak tahu apakah dia akan menerimaku, kami, cintaku dengan Jennie.

"Jujur, aku tidak tahu"

"Yah, Nana adalah Nana yang sangat baik yang pernah aku temui, jadi kupikir dia akan baik-baik saja jika kita
saling mencintai" dia tersenyum padaku jadi aku balas tersenyum padanya.

Dia akan menciumku tapi ketika itu aku ingat sesuatu. Aku ingin menggodanya. Itu sebabnya aku memalingkan wajahku darinya sekarang.

"Hey itu tidak adil. Kamu bisa menciumku di leherku tapi aku tidak bisa menciummu?" Aku hanya mengalihkan pandanganku darinya.

"Aku sudah cuci mulut. Aku juga berkumur dengan listerine. Aku bahkan mengoleskan alkohol ke bibirku. Apa masih tidak boleh?" Dia mendengus

"Tidak bisa dipercaya."

Tiba-tiba CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang