Kami di sini di sebuah restoran untuk merayakan kemenangan tim V."Girls, pesan saja apa yang kamu mau. Jimin akan mengurusnya" kata seorang pria.
"Ya girls. Pesan saja" kata Jimin.
Kami memesan makanan untuk dimakan "Lisa, apa kamu tidak akan memesanku?" Jekey bertanya, mengusap rambut.
"Siapa kamu untuk aku pesan? Aku tidak suka kamu" kata Lisa. Rekan satu tim V membuat keributan seolah-olah mereka sedang menggoda Jekey
karena apa yang dikatakan Lisa."Bro, kamu ditolak" tawa teman satu grup mereka.
"Kamu tidak akan berhasil dia menyukai perempuan" rekan
satu tim mereka masih tertawa."Baiklah, tertawa saja.. kalau aku suka, memangnya siapa kamu melarangku!" Jekey puas dengan mereka.
"Dalam mimpimu Jekey" jawab Lisa yang membuat teman-teman kami semakin tertawa. Aku juga hanya menertawakan mereka.
Tatapanku beralih ke tingkah laku Jennie yang juga menertawakan apa yang terjadi. Dia bahkan lebih cantik ketika dia tertawa. Gadis ini benar-benar menyebalkan. Kenapa dia sempurna.
Beberapa menit berlalu dan barang yang kami pesan tiba.
Kami sangat bersenang-senang dengan rekan satu tim V sepanjang waktu. Hanya bercanda dan tertawa. Hingga
semua orang memutuskan untuk pulang."Roseanne, aku akan mengantarmu pulang" kata Jimin.
"Ah apa tidak ap-"
"Mereka akan pergi bersama kami Jimin" Aku tidak bisa menyelesaikan apa yang akan kukatakan ketika
Jennie berbicara.Aku menatapnya. Dia juga melihatku "V dan aku akan mengantarmu"
"Aku ti-"
"Aku tidak akan menerima jawaban tidak" dia menyela apa yang aku katakan lagi.
"Dia tidak mau menerima penolakan bes. Jangan bilang tidak. Sayang sekali," bisik Lisa padaku.
"Lisa benar" Lisa sedikit terkejut. Dia bisa mendengarnya walau hanya bisikkan.
Dan saat itulah kami pergi bersama V dan Jennie. Mereka membawa kami berdua. Lisa dibawa ke rumahnya terlebih dahulu dan kemudian aku.
Ketika aku sampai di rumah, aku berterima kasih kepada mereka terlebih dahulu sebelum turun.
Ketika aku keluar, Jennie menurunkan kaca jendela mobil.
"Banjang" panggilnya. Aku menoleh padanya. Dia menyandarkan dagunya di lengannya yang kini bersandar di jendela mobil.
"Oh?"
Dia tersenyum padaku "Apakah ada yang ingin kamu katakan?"
"Tidak ada"
"Baiklah, Banjang, masuklah" katanya setelah itu.
Aku tertegun. Sejak kenapa dia begitu manis? Mengapa itu tampak berbeda bagiku? Ah Cincin itu.
"Jennie, sudah kubilang padamu-"
"Kendalikan" dia menyela apa yang akan aku katakan lagi. Aku belum dibiarkan gadis ini selesai bicara untuk sementara waktu sekarang. Dia menyebalkan.
"Aku tahu. Jangan khawatir, Banjang. Aku belum lupa" bisiknya.
"Apa yang kau bisikkan disana sayang?" V bertanya. Dia duduk di kursi pengemudi.
"Tidak apa-apa sayang. Hanya urusan cewek" jawabnya pada V tanpa mengalihkan pandangannya dariku. Dia kemudian memberiku kedipan.
Aku memutar mataku ke arahnya sambil menggelengkan kepalaku
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiba-tiba Cinta
ФанфикTIDAK! Dia tidak boleh memakai cincin itu. "Aku bilang lepaskan" "Aku tidak bisa melepasnya" "Kamu seharusnya tidak memakai itu" "Dan kenapa begitu?" "Itu bukan cincin biasa... ... itu cincin cinta".