"Kenapa kamu bilang iya?"
Aku melihat ke sisiku di mana Jennie duduk sambil memegang buku seolah-olah dia benar-benar sedang membaca.
Kami saat ini berada di perpustakaan dan siapa sangka seorang Jennie Ruby akan berakhir di perpustakaan ini.
Oh, jika kamu mungkin mengatakan bahwa aku yang memaksanya untuk datang ke sini. Tentu saja tidak! Dia benar-benar bersedia sendiri untuk ikut denganku. Dia bilang dia tidak ingin kehilangan aku dari pandangannya. Aku kaget juga sih waktu dia ngomong gitu.. like, wah posesif juga ya xixix.
"Emangnya kenapa?"
"Seharusnya kamu bilangnya tidak!" katanya sambil tetap melihat buku itu.
Aku hanya mengernyit mendengar apa yang dia katakan.
Aku tidak langsung menjawabnya jadi dia menutup bukunya dan meletakkannya di atas meja.
Dia menghela nafas.
"Apa kamu baik-baik saja?" Aku mengamati gerakannya.
Dia menyilangkan lengannya lalu memutar matanya ke arahku.
"Apa kamu kesal padaku?" Dia tidak menjawabku. Dia hanya mengalihkan pandangannya dariku. "Ayolah. Ada apa denganmu?"
"Mengapa kamu begitu cantik hm??"
"Apa?" Pertanyaan macam apa itu? Apakah dia baru menyadari bahwa aku sangat cantik sejak terlahir di dunia ini?
"Aku punya begitu banyak saingan denganmu. Pertama V lalu June. Dan sekarang Jimin?".
Saingan? Saingan apa? Jelas hanya dia yang aku inginkan. Dia yang memiliki seluruh hatiku, tidak ada yang bisa mencurinya darinya.
"Apa yang kamu bicarakan? Kamu tidak punya saingan, oke?"
Dia memutar matanya.
"Kamu sudah memutar matamu dua kali"
"Nah, lihat itu.." dia memutar matanya padaku lagi "Itu ke tiga kalinya"
Aku menertawakannya sambil menggelengkan kepala "Apa kamu sedang kedatangan tamu?"
"Siapa tamu? Aku tidak punya tamu!" ucapnya seolah kesal.
Aku hanya tersenyum padanya. "Oke, sepertinya ya." Aku mengembalikan perhatianku pada apa yang sedang
kulakukan.Aku merasa dia masih menatapku.
"Apa kamu benar-benar akan pergi ke Prom Night bersamanya?"
Aku menatapnya "Tidak ada yang salah kan? Maksudku, ini hanya Prom"
"Ini bukan hanya Prom, Banjang!"
"Yah, dan kamu dengan V. Jadi sebaiknya aku punya teman kencan sendiri"
"Apa kamu tidak ingin aku menjadi teman kencanmu?"
Untung tidak terlalu banyak orang di perpustakan ini, jadi kami bisa berbicara meskipun suara kami sedikit berbisik.
Aku mendengus "Percayalah kalau aku bilang aku mau. Tapi bagaimana kita bisa melakukannya jika semua yang ada di antara kita hanyalah rahasia"
"Jadi apa? Itu bukan masalah, kamu tahu, selalu ada cara" wajahnya berseri-seri saat dia menyebutkan kata-kata itu. "Kita bisa menjadi kencan rahasia satu sama lain"
Aku hanya tersenyum sambil menatapnya.
"Jadi? Bisakah aku menjadi teman kencan rahasiamu?"
"Kamu sangat Imut. Kalau saja aku bisa menciummu.." aku hampir membisikkan kalimat terakhir padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiba-tiba Cinta
Hayran KurguTIDAK! Dia tidak boleh memakai cincin itu. "Aku bilang lepaskan" "Aku tidak bisa melepasnya" "Kamu seharusnya tidak memakai itu" "Dan kenapa begitu?" "Itu bukan cincin biasa... ... itu cincin cinta".