Cincin Cinta

629 86 2
                                    


"Sebuah Apa?!"

Lisa menjelaskan semuanya kepada Jennie tentang cincin itu.

"Jadi maksudmu cincin ini memiliki kekuatan untuk membuat seseorang jatuh cinta padamu?" Mata Jennie melebar saat dia bertanya pada Lisa.

"Ya, seperti itu" kata Lisa.

"Whoa! Itu... gila!" Dia terlihat kagum.

"Yah.." Lisa mengangkat bahunya
"Apa lagi yang bisa kukatakan. Ini benar-benar gila"

"Di mana kamu mendapatkannya? Maksudku cincinnya?" tanya Jennie penasaran.

"Ini dari Nenekku. Dan jika kamu akan bertanya mengapa Nenekku memiliki cincin semacam itu, yah.. dia penyihir"
kata Lisa seolah bukan apa-apa.

"Tunggu, nenekmu penyihir?" Jennie bertanya dengan tidak percaya.

"Iya benar!"

"Apakah kamu penyihir juga?" Ekspresi wajahnya sedikit berbeda.

Lisa menggelengkan kepalanya "Sayangnya, aku belum," dia mengedipkan mata pada Jennie.

Jennie mendengus.

Dan aku hanya mendengarkan mereka.

"Jadi mengapa cincin ini tidak bisa lepas dari jariku?" Jennie bertanya pada Lisa lagi. Kami sekarang duduk di salah satu bangku di sisi lapangan.

"Sekali kamu memakainya, maka kamu tidak bisa melepaskannya. Tapi jangan khawatir, semuanya memiliki
kedaluwarsa."

"Jadi, apa aku harus menunggu tanggal
kedaluwarsanya? Dan kapan itu?" Jennie bertanya satu demi satu.

"Ya, dan aku tidak tahu kapan, oke"

"Apa yang akan terjadi?" Aku bertanya
kepadanya "Apa yang akan terjadi sekarang jika cincin itu ada di jari orang lain"

"Jujur, aku tidak tahu" dia menyisir rambutnya menggunakan jarinya.

"Cincin ini bisa membuat seseorang menyukai seseorang, kan?"

Lisa dan aku sama-sama mengangguk

"Jadi apakah ini berarti aku akan
menyukaimu?" dia menatapku dengan serius. Aku mengalihkan pandanganku ke Lisa menunggu dia untuk menjawab. Dia juga menatapku.

"Karena tidak ada pilihan dalam cincin cinta. Tidak peduli siapa yang memakai, bahkan jika kamu tidak suka orang yang memakainya, itu tetep cincin cinta" dia dijawab.

"Jadi? Apa dia akan menyukaiku?" tanyaku pada Lisa.

"Mungkin, ya.." Dia hanya mengangkat bahu.

Aku melihat Jennie tersenyum.

Aku tidak tahu apa artinya itu, tetapi aku cukup yakin bahwa aku tidak akan menyukai apa pun yang ada dalam pikiran atau rencananya.

"Ayo Banjang. Ikut aku" kata Jennie sambil menarik tanganku.

Aku merasa statis ketika dia memegang tanganku sehingga aku sedikit terkejut.

"Tunggu, mau kemana?" tanyaku padanya saat kami mendekati guru kami yang baru saja tiba.

Jennie masih memegang tanganku.

"Sir, kami ijin ke toilet" ucapnya berpamitan pada guru kami.

"Apa kalian harus pergi bersama?" Guru kami memandang kami dari sisi ke sisi. Jennie hanya mengangguk padanya sementara aku mencoba tersenyum padanya.

"Baiklah, cepat kembali"

Jennie tidak menyelesaikan apa yang
dikatakan guru kami dan langsung menarikku menjauh dari lapangan. Aku melihat ke Lisa. Gadis gila itu hanya tersenyum dan kemudian mengedipkan mata.

Tiba-tiba CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang