"Kamu yakin tidak akan pulang bersama kami?" tanya LisaAcara sekolah telah usai dan kami memutuskan untuk pulang.
Kami sedang dalam perjalanan menuju area parkir.
"Ya, Terima kasih, tapi aku akan naik Bus saja. Kamu juga masih harus pergi ke tempat lain, kan?"
"Tapi kami bisa mengantarmu lebih dulu"
Aku hendak menjawab ketika Jennie tiba-tiba berbicara."Banjang, ikut aku saja. Aku tidak kemana-mana lagi" katanya sambil tersenyum.
"Terima kasih Jennie tapi tidak, terima kasih! Aku bisa melakukannya sendiri, hmm! Pulanglah sekarang"
Lisa dan Irene sudah mengucapkan selamat tinggal. Aku juga mengucapkan selamat tinggal kepada Jennie.
..
Aku sedang menunggu bus. Tidak sendiri karena ada juga siswa lain disini.
Mobilku sedikit bermasalah jadi itu ada di bengkel sekrang. Jika saja kakek masih di sini, kita mungkin tidak perlu ke bengkel untuk memperbaikinya karena dia suka memperbaikinya sendiri.
Kakekku meninggal 2 tahun yang lalu. Dia mengalami stroke pada awalnya. Separuh tubuhnya lumpuh. Dia juga bertahan beberapa bulan sebelum meninggal. Sekarang hanya aku dan Nana yang tinggal bersama, meski begitu, Nana dan aku bahagia. Mimi? Yah dia sudah lama meninggal. Mereka sebenarnya hampir berselisih dengan kakek dan ayahku. Bahkan jika aku hanya menghabiskan beberapa saat dengan Mimi, kami memiliki banyak kenangan indah bersama. Kami pergi ke banyak tempat. Dia selalu menghabiskan waktunya bersamaku. Tiada hari berlalu tanpa dia memeluk dan menciumku. Mungkin itu caranya untuk menikmati setiap momen yang dia miliki bersamaku selama masih ada. Dia selalu membuatku merasa seperti putri kecilnya. Dia tidak pernah gagal untuk menunjukkan betapa dia mencintaiku. Aku merindukannya.. Aku merindukan kakek dan aku merindukan Pipih. Aku mengangkat kepalaku ke langit.
"Banjang!" Aku menoleh ke suara itu.
Apa yang dia lakukan di sini?
"Apa yang kamu lakukan di sini Jennie?" Aku bertanya padanya.
"Menunggu Bus" Aku mengerutkan kening mendengar apa yang dia katakan. Dia pasti menyadari keterkejutanku jadi dia berbicara lagi "Aku juga akan pulang dengan itu" katanya dengan santai.
"Kamu kan bawa mobil, kenapa harus naik bus?"
"Karena aku ingin" jawabnya.
"Jika kamu naik Bus, bagaimana dengan mobilmu?"
"Aku akan meninggalkannya di sini di sekolah dulu" jawabnya sambil mengangkat bahu "juga satu lagi.. kalau aku pulang dengan mobilku bagaimana denganmu?"
"Hah Bagaimana denganku? Maksudmu?" Dia tidak menjawabku dan hanya memusatkan perhatiannya ke depan.
"Kenapa kamu naik Bus jika kamu punya mobil?"
"Kenapa kamu punya begitu banyak pertanyaan, banjang? Aku hanya akan pergi! Titik! Tidak ada pertanyaan lagi!" Dia mengalihkan pandangannya ke depan lagi.
"Oh bus nya datang"
Kami berdua masuk ke dalam bus dan itu agak sesak karena begitu banyak penumpang.
Aku menatap orang di sebelahku. Apa dia baik-baik saja? Sepertinya dia tidak bisa duduk dengan benar. Seperti hanya setengah dari pantatnya yang duduk, jadi aku memundurkannya.
Jika sebelumnya dia yang berjuang, sekarang aku. Karena sepertinya dia tidak terbiasa, jadi ada baiknya aku yang mengalami kesulitan karena sudah terbiasa dengan hal-hal seperti ini."Apakah kamu baik-baik saja dengan itu?" Dia dengan cemas bertanya.
"Apa kamu baik-baik saja dengan itu?" Aku menanyakannya kembali "jangan khawatir aku bisa menangani ini"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiba-tiba Cinta
Fiksi PenggemarTIDAK! Dia tidak boleh memakai cincin itu. "Aku bilang lepaskan" "Aku tidak bisa melepasnya" "Kamu seharusnya tidak memakai itu" "Dan kenapa begitu?" "Itu bukan cincin biasa... ... itu cincin cinta".