10. Penolakan

121 12 0
                                    

"Gimana kabar Ibu?"

Setelah shalat taraweh, Mala meminta izin pada Kyai Ahmad untuk menjenguk Ainun yang masih dalam keadaan koma. Ia tak pergi seorang diri, namun ditemani oleh Ustadzah Halda.

Kang Zayyan menggeleng. "Ibu masih kritis," jawabnya.

Mala menghembuskan napas kasar, lalu duduk melangkahkan kaki masuk ke dalam ruang inap Ainun. Ia mendrkati seorang wanita yang terbujur lemas di atas brankar, lalu meraih tangannya dan mengecupnya cukup lamat.

Gadis itu sudah menganggap Ainun sebagai ibu ketiganya setelah Bunda dan Umi Saudah. Melihat Ainun yang masih kritis, hati Mala merasa sakit. Sudah hampir satu Minggu wanita itu koma dan belum sadar hingga detik ini.

Tangan Ainun bergerak dengan perlahan, mata yang semula terpejam kini terbuka dengan perlahan tapi pasti. Mala yang melihat itu, terkejut sekaligus bahagia.

"Mala..." panggil Ainun dengan suara parau.

"Dalem, Mala teng ngriki."

Ainun menatap Mala cukup lamat, lalu tersenyum. "Kamu bersedia menjadi istri Zayyan?"

Mala terdiam, lidahnya kelu, bisa saja ia menolak sekarang juga, namun ia takut kondisi Ainun semakin memburuk.

Ustadzah Halda dan Kang Zayyan masuk ke dalam ruang inap Ainun. Ustadzah Halda mengusap lembut punggung Mala, ia sudah tahu tentang perjodohan Mala dengan Kang Zayyan karena Mala sendiri yang bercerita.

"Mbak..."

Ustadzah Halda tersenyum menenangkan, mata adik iparnya sudah berkacar-kaca. Ia tahu apa yang Mala rasakan, namun ia tidak bisa ikut campur lebih dalam. "La tahzan," ujarnya dengan lembut.

Kang Zayyan melirik ke arah Mala sekilas, lalu menatap sang ibu cukup lamat. "Ibu, ada yang harus Zayyan katakan pada Ibu."

"Katakan saja."

"Zayyan tidak bisa menikah dengan Mala."

Mala, Ustadzah Halda dan Ainun tertegur dan terkejut mendengar pernyataan Kang Zayyan.

"Aku tidak bisa bersama dengan Mala hanya karena terikat janji, kami berdua sama-sama memiliki hati, dan itu pun sudah diisi oleh oranglain," jelas Kang Zayyan.

"Tuhan, aku bohong. Meskipun dihati Mala sudah diisi oleh pria lain, tapi aku tetap mencintainya sampai detik ini," sambungnya dalam hati.

Kang Zayyan benar-benar mengingat dengan jelas penuturan Mala satu minggu lalu. Saat Ainun koma masih dalam keadaan koma.

Flashback On

"Mala, apa kamu benar-benar ridha aku nikahi?"

Mala tersentak kaget mendengar pernyataan yang sangat to the point dari Kang Zayyan. "Apa maksud Kang Zayyan?"

"Aku bertanya apakah kamu benar-benar ridha dinikahi olehku? Aku melihat ada sebuah harapan lain di mata kamu, aku tau kamu tak mencintai aku. Aku tidak ingin memaksa kamu dan hatimu dalam pernikahan yang dari awal kamu memang tidak meridhainya," jelas Kang Zayyan.

Mala menghela napas pelan, lalu berkata, "Harapan tetaplah harapan, nggak ada kesempatan untuk mewujudkannya."

"Kalau saya boleh tahu, siapa pria beruntung di dunia ini yang dicintai olehmu?"

Mala tersenyum manis, sangat manis hingga Gus Ghazali seperti terhipnotis. "Cukup aku dan Allah saja yang mengetahuinya."

"Aku tidak bisa menolak permintaan Ibu secara langsung karena aku tidak ingin melukai hati Ibu," sambungnya.

Basmalah || Tahap RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang