36. Hancur

96 12 0
                                    

Rayyan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju taman kota. Laki-laki itu tak mempedulikan klakson-klakson dari kendaraan lain yang saling bersauhatan akibat ulahnya, ia pun tak mempedulikan keselamatab dirinya, yang ia pikirkan hanyalah wanitanya.

Sesampainya di taman kota, Rayyan keluar dari mobil. Ia melihat kerumunan orang di lingkungan taman. Tanpa banyak pikir, berusaha masuk ke dalan ke rumunan itu. Seketika, dirinya dibuat terkejut bukan main saat jasad yang bersimbah darah yang tergeletak di atas tanah.

Entah harus bersedih atau bagaimana. Itu adalah jasad Zayyan, bukan Mala. Satu sisi ia sedih melihat jasad Zayyan yang begitu mengenaskan, terdapat bekas tembakan di dada laki-laki itu. Namun, satu sisi ia sedikit lega karena itu bukan Mala. Lalu, dimanakah wanita itu sekarang?

"Pak, bantu saya membawa teman saya ke dalam mobil saya," ucap Rayyan pada seorang pria.

"Tapi kita harus menunggu ambulans, dikhawatirkan—"

"Jika dibiarkan begitu saja justru nyawanya dalam bahaya, dia kehilangan banyak darah," potong Rayyan cepat.

"Baiklah," final pria itu, lalu segera membantu Rayyan untuk membawa Zayyan ke dalam mobil laki-laki itu.

"Apakah Anda bisa mengendarai mobil?" tanya Rayyan.

Pria berambut putih itu mengangguk. Rayyan pun memberikan kunci mobilnya pada pria itu. "Tolong bawa teman saya ke rumah sakit, saya percaya Anda orang baik."

"Jika sudah sampai, kabari saya." Setelahnya, Rayyan pergi dari sana dan melanjutkan mencari Mala. Dalam keadaan seperti ini tidak mungkin baginya mengantarkan Zayyan ke rumah sakit, dirinya sedang kacau. Ia tidak akan bisa mengendarai mobil dengan tenang.

♥ ♥ ♥

Mala terus berlari sekuat tenaga untuk menghindar dari Cia. Ia tidak boleh menyerah begitu saja setelah Zayyan mengorbankan nyawa untuknya. Masih begitu jelas bayang-bayang saat Zayyan tertembak di depan matanya, ia tak menyangka laki-laki itu datang untuk menolongnya.

Flashback on.

DOR!

"MALA!"

Detik-detik sebelum peluru mengenai Mala, Zayyan terlebih dahulu mendorong wanita itu sehingga dirinyalah yang terkena tembakan dari peluru itu. Peluru itu tepat mengenai jantung Zayyan. Mala masih terkejut dengan apa yang terjadi, Zayyan datang menolongnya.

Laki-laki itu mengorbankan nyawa demi nyawanya. Air mata Mala meluruh begitu saja melihat Zayyan yang terkapar lemah tak berdaya dan darah mulai mengalir dari dalam tubuhnya. Mala berlari ke arah Zayyan dan memeluknya erat. "Zay... Zay nggak boleh pergi," ucapnya.

Zayyan tersenyum simpul. "Zay nggak pergi, Zay tetap ada disisi Mala," jawabnya memaksakan kehendak. "Sekarang Mala harus lari cari tempat yang aman, Mala harus selamat dari Cia."

Mala menggeleng. "Mala di sini aja."

"Mala.. harus selamat... dari Cia. Inget, Mala lagi ngandung malaikat kecil," ujar Zayyan susah payah, nanun tetap memaksakan senyumnya.

"Pergi..."

Mala masih terdiam kaku. Ia tidak tega meninggalkan Zayyan yang sekarat sendirian di sini, namun satu sisi Cia sudah mengarahkan pistolnya ke arahnya, bersiap menembaknya.

Basmalah || Tahap RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang