15. Permen Dan Cokelat

82 14 0
                                    

“Kadangkala, lelah dan kecewa adalah suatu HARGA yang harus dibayar untuk membeli KEBAHAGIAAN.”
-Basmalah Rayyanka-



Tidak ada rasa bersalah yang dapat mengubah masa lalu dan tidak ada kekhawatiran yang dapat mengubah masa depan.”
-Inna Athoina Kalkautsar-



“Jadilah seperti pohon yang tumbuh dan berbuah lebat. Dilempar dengan batu, tapi membalasnya dengan buah."
-Nuri Aisyah-



“Bahagia sesunguhnya itu ketika kita berhenti untuk membandingkan hidup kita dengan hidup orang lain."
-Naysila Raihana-



“Hidup itu terlalu berat ketika kamu menjalani semuanya sendiri tanpa melibatkan Tuhan.”
-Shafiyya Nahdliyah-



“Allah membuat semuanya indah di waktu yang tepat. Jika tidak indah, itu hanya waktunya saja yang belum tepat.”
-Fatimah Az Zahra-

♥ ♥ ♥

Pondok Pesantren Raudhatul Jannah dibuat gempar dengan kepulangan putra ke tiga Kyai Ahmad dan Umi Saudah yang telah menyelesaikan berkuliah di Universitas Kairo, Mesir, dan mendapat gelar kehormatan atau biasa disebut cumlaude.

Seluruh santri menyambut kedatangan Gus Rayyan dengan suka rela. Hati para santriwati menjerit histeris karena pesona Gus Rayyan yang memakau. Namun yang disambut hanya menampilkan wajah datar dan sesekali tersenyum pada santri putra yang menyapa.

"Ini kenapa sih santri putri pada teriak-teriak heboh? Padahal mah Gus Rayyan biasa, paling senyum ke santri putra," ketus Aisyah.

Perlu diketahui jika Mala, Aisyah, Raihana, Shafiyya dan Fatimah tidak turut serta menyambut kedatangan Gus Rayyan karena tidak diharuskan juga oleh Kyai Ahmad dan Umi Saudah. Mereka berlima hanya melihat dari atas balkon kamar.

Mala segera masuk ke dalam kamar karena mendengar dering telepon yang berasal dari ponsel miliknya. Kemudian, ia segera mengangkat panggilan telepon yang ternyata dari Umi Saudah.

"Assalamualaikum, nduk?"

"Waalaikumusallam warohmatullahi wabarokatuh. Dalem, Umi. Wonten nopo?"

"Kamu ke ndalem sekarang ya, Umi ada perlu sama kamu. Assalamualaikum."

"Waalaikumusallam warohmatullahi wabarokatuh, Umi."

Mala menaruh kembali ponsel miliknya di atas ranjang, lalu berjalan keluar dari kamar Al-Khansa menuju ndalem. Ia melihat Umi Saudah yang sedang berada di teras rumah, lalu mendekati dan menyalami punggung tangan Nyai Saudah dengan sopan.

"Sore ini kamu ada kegiatan tidak, nduk?"

Mala menggeleng. "Mungkin nanti ba'da maghrib baru ada kegiatan."

"Umi mau minta tolong sama kamu untuk membeli keperluan pondok, kamu bisa?"

Mala mengangguk. "Bisa Umi, Mala ajak temen boleh kan?"

"Boleh dong, tapi kamu akan diantar oleh Zayyan." Umi mengambil beberapa lembar uang dan secarik kertas yang sudah ditulis apa saja yang harus dibelum, lalu menyerahkannya pada Mala. "Ini uangnya dan catatannya," katanya, lalu kembali masuk ke ndalem.

Mala kembali ke asrama putri, ia mengajak Fatimah untuk Shafiyya untuk menemaninya berbelanja. Kemudian, keduanya menuju masjid karena Kang Zayyan sudah menunggu mereka di sana. Mapa dan Shafiyya masuk ke dalam mobil, dan Kang Zayyan mulai menyetir mobil dengan kecepatan sedang.

"Muka Kang Zayyan pucet banget, Kang Zayyan sakit?" tanya Shafiyya.

Kang Zayyan menggeleng seraya tersenyum. "Nggak, ini faktor nunggu buka puasa, Sha."

Shafiyya terkekeh pelan. "Kang Zayyan udah punya calon? Mondoknya udah sepuluh tahun lebih lho, emang nggak bosen ya?"

Kang Zayyan menggeleng. "Kalo calon aku memang belum punya, tapu kalo masalah bosen mondok atau nggak, ya pasti ada kalanya kita bosen dan jenuh."

"Kamu sendiri gimana, Sha? Udah punya calon?" lanjutnya.

Shafiyya menggeleng, ia tidak boleh memberitahu tentang rencana pernikahannya pada banyak orang, cukup Tuhan, keluarga dan para sahabatnya saja. "Doain aja, Kang."

Mala tak ada niatan menimbrung obrolan antara Shafiyya dan Kang Zayyan, gadis itu tengah melamun dan menatap jalanan yang cukup ramai di sore hari. Hal itu tentu saja membuat Kang Zayyan sesekali meliriknya lewat kaca.

Beberapa menit, akhirnya mobil pesantren berhenti di sebuah parkiran Indoapril. Mala, Sahfiyya dan Kang Zayyan keluar dari mobil, lalu masuk ke dalam Indoapril. Mala mengambil barang-barang yang tercatat di kertas dan dimasukkan ke dalam keranjang belanja dengan dibantu oleh Shafiyya dan Kang Zayyan.

Setelah selesai, Mala membayar semua belanjaan di kasir menggunakan uang milik Umi Saudah. Kemudian, mereka bertiga keluar dari ruang yang dingin itu.

"Kalian masuk dulu ke mobil, ada sesuatu yang ingin aku beli," ujar Kang Zayyan, lalu memberika. kunci mobil pada Mala dan kembali masuk ke dalam Indomaret.

Mala dan Shafiyya masuk ke dalam mobil karena kunci mobil ada ditangan Mala. Sedangkan di dalan ruangan yang dingin, Kang Zayyan mengambil Chupa Chups Tropical Fizz dan Cadbury Dairy Milk Love, lalu membayarnya di kasih.

Kemudian, Kang Zayyan keluar indomaret dan masuk ke dalam mobil. Mala memberikan kunci mobil pada Kang Zayyan, lalu laki-laki itu mulai mengendarai mobil dengan kecepatan sedang.

Sesampainya di Pondok Pesantren Raudhatul Jannah, mereka bertiga segera membawa barang belanjaan ke dalam rumah Kyai Ahmad.

"Jazakumullah khairan katsiran," ucap Umi Saudah.

Mala, Shafiyya dan Kang Zayyan mengangguk kecil. "Umi, kami izin untuk kembali ke pondok karena sebentar lagi adzan maghrib tiba. Assalamualaikum," pamit Kang Zayyan.

"Waalaikumusallam warohmatullahi wabarokatuh."

Mala, Shafiyya dan Kang Zayyan keluar dari ndalem.

"Mala," panggil Kang Zayyan.

Mala menoleh. "Iya, ada apa?"

Kang Zayyan memberikan kantong berisi permen dan cokelat yang tadi dibeli di Indomaret pada Mala. "Sepertinya kamu sedang ada masalah, ini Chupa Chups dan Dairy Milk kesukaanmu, semoga harimu kembali cerah."

Mala menerima pemberian Kang Zayyan dengan senang hati. Permen Chupa Chups dan cokelat adalah kesukaannya, dan Kang Zayyan sudah sangat tahu tentang itu karena ia dan Kang Zayyan bersahabat dari sejak kecil. "Makasih, Kang. Sebenarnya Mala nggak lagi sedih, tapi lagi kesel aja soalnya hari ini hi-tech Mala udah jatuh tiga kali."

Kang Zayyan terkekeh pelan, lalu mengambil pen pilot hi-tec C dari saku baju kokonya. "Ini milikku dan sekarang jadi milikmu, jaga baik-baik, jangan sampai jatuh lagi."

"Makasih orang baik dan semoga cepet dapet istri yang baik juga." Mala menerima dengan senang hati, Kang Zayyan benar-benar pengertian, kalau dihatinya belum ada penghuni mungkin ia sudah menerima perjodohan Ainun dengan senang hati, namun sudah ada seseorang yang bertatah di dalam hatinya cukup lama.

"Bolehkah sampai saat ini aku masih berharap kamulah yang menjadi istriku?"

♥ ♥ ♥

Bab ini kependekan ya?

Maaf ya, tapi di bab selanjutnya aku punya kejutan menarik untuk para readers ‘Basmalah’

Ditunggu ya!!

Basmalah || Tahap RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang