18. Keras Kepala dan Egois

90 12 0
                                    

"Rayyan koma."

Entah mengapa mendengar kabar bahwa Gus Rayyan koma membuat hati Mala sakit. Pasalnya esok hari adalah hari pernikahannya dengan Gus Rayyan, semua persiapanpun sudah disiapkan dengan matang. Iya, esok hari adalah hari pernikahan Mala dan Rayyan yang telah disepakati oleh kedua pihak.

Namun malam ini, Mala mendapat kabar buruk jika Gus Rayyan jatuh sakit dan dinyatakan koma. Bagaimana dengan hari esok? Apakah pernikahannya akan dibatalkan? Atau ditunda dihari lain? Bukankah semuanya sudah dipersiapkan?

"Dek..." panggil Ali dengan lembut.

Mala menghembuskan napas berat. "Mala nggak masalah kalo pernikahannya harus ditunda dihari lain, tapi bagaimana jika pernikahannya gagal?"

Ali meraih bahu Mala, lalu tersenyum menenangkan. "Insya Allah pernikahannu tidak akan gagal. Percayalah jika Allah mempunyai rencana terbaik untuk pernikahanmu dan Rayyan," ujarnya, lalu menarik adik perempuannya ke pelukannya.

Detik itu juga Mala meneteskan air matanya. Sedih, sangat sedih. Besok pagi harusnya menjadi hari terbaik selama hidupnya, namun malam ini hatinya dipatahkan karena kabar Gus Rayyan koma. Ia berharap jika pernikahannya tidak akan gagal.

"Kenapa Gus Rayyan koma disaat pernikahan kita tinggal menunggu matahari terbit?"

"Itu semua kehendak Allah, manusia tidak ada yang mengetahui semua rencana Allah. Sebagai hamba-Nya, kita harus tabah dan sabar menerima semua ujian dari-Nya," jawab Ali.

"Bukankah setelah kesulitan ada kemudahan? Kamu harus mempercayai kalimat itu, karena Allah langsung yang berfirman," lanjutnya.

Mala terdiam, ia menangis pilu hingga sesenggukan. Dirinya merasa hancur, pikirannya benar-benar sudah berkelana terlalu jauh. Ia takut jika pernikahannya akan gagal. Namun harusnya ia tidak perlu takut, karena ia hanya seorang hamba biasa yang menjalani perannya di dunia sesuai apa yang Tuhan takdirkan untuknya.

Tangan Ali terus setia mengusap punggung Mala dengan lembut. Dunia adik perempuan satu-satunya ini sedang hancur, bahu adiknya bergetar hebat karena tengah menangis. "Malam ini kamu boleh nangis sepuas kamu, tapi jangan sampai besok kamu mengeluarkan air mata lagi. Abang nggak suka lihat adik Abang yang kuat ini rapuh," tuturnya.

"Sekarang Mala bobo ya, kamu harus istirahat yang cukup, jangan sampai sakit. Besok Abang ajak kamu ke rumah sakit ketemu sama Rayyan," titahnya, lalu menuntun Mala menuju ranjang. Ali menidurkan tubuh Mala di atas kasur dengan hati-hati, lalu menyelimuti adik kesayangannya itu.

Ali menemani Mala hingga gadis itu benar-benar tertidur lelap, lalu ia mengecup kening adiknya cukup lama. "Tushbukhiina 'alal khair," ucap Ali dengan lembut.

♥ ♥ ♥

Mala dan Ali berjalan di lorong rumah sakit menuju ruang ICU. Di sana, di depan pintu ruang ICU, mata Mala melihat Ahmad dan Saudah yang sedang duduk di bangku panjang. Ali dan Mala menghampiri dua orangtua yang sudah mengajari ilmu agama dan pendidikan lainnya, lalu Mala menyalami tangan Saudah dan Ali menyalami tangan Ahmad.

"Assalamualaikum," salam Ali dan Mala.

"Waalaikumusallam," jawab Ahmad dan Saudah.

"Umi, kenapa Gus Rayyan bisa koma?" tanya Mala.

"Semalam dia keluar bersama Zayyan untuk sekedar mencari makan dan jalan-jalan, namun siapa yang tahu jika saat itu mereka dalam bahaya. Ada sebuah mobil yang menabrak mobil yang ditumpangi Rayyan dan Zayyan dari belakang. Polisi sudah melacaknya, pelakunya masih berusia 17 tahun, Polisi bilang pelaku sedang dalam keadaan mabuk berat," jawab Saudah dengan penjelasan yang cukup panjang.

Basmalah || Tahap RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang