2. Sedih

212 16 0
                                    

⚠️PERHATIAN⚠️
•Cerita ini mengandung banyak typo yang bersebaran
•Jikalau kalian membaca dan menemukan typo, tolong beritahu saya
•Cukup sekian terima kasih

Happy reading🧡

♥ ♥ ♥

"Mau kemana, Mal?"

Mala menoleh sekilas ke arah Fatimah, lalu tersenyum tengil membuat Fatimah merasa kesal sendiri.

"Coba tebak aku mau kemana?"

"Ngapel?" celetuk Inna.

"Astagfirullah, Inna..." sebut Shafiyya.

"Biasa, Sha. Mulut dia emang gitu, kagak pernah dzikir," ucap Raihana.

Aisyah yang baru saja masuk ke dalam kamar menatap Mala lamat dan bingung. "Mau kemana?"

"Biasa, perintah dari calon mertua," jawab Mala dengan santai dan senyum tengilnya.

"Ck, ck, ck... haluanmu setinggi langit, awas lho kalo jatuh sakit," ledek Aisyah.

"Bukannya doain yang baik-baik, malah doain yang buruk-buruk, nggak asik ah," sebal Mala yang membuat kelima kawannya tertawa.

"Aku mau ke mall, ada yang nitip nggak?" tanya Mala.

"Aku nitip sandal, Mal. Bayarnya nanti kalo udah kiriman," sahut Shafiyya.

"Kiriman-kiriman! Kemarin aja baru liburan," desis Raihana.

"Biasalah, anak horang kaya!" sahut Mala.

"Ke mall sama siapa?" tanya Fatimah.

"Gus Fatih calon suami orang."

"Ya iyalah calon suami orang, ya kali calon suami mimi peri," gurau Aisyah.

"Hush! Nggak boleh gibah, ini bulan suci," tegur Shafiyya.

Mendengar itu, mereka menutup mulut rapat-rapat, beristighfar sebanyak-banyaknya dalam hati.

"Ini yang nitip Shafiyya doang? You-you nggak ada yang mau nitip?" tanya Mala.

"Nggak, titip salam aja buat Gus Fatih," celetuk Inna, sengaja mengompori Aisyah.

"Awas lho ya, nanti Aisyah cemburu loh," goda Raihana yang ditujukan pada Aisyah.

"Ngapain cemburu? Bukan suami aku," balas Aisyah.

♥ ♥ ♥

Mala berjalan di sebelah Husein yang menenteng banyak paper bag belanjaan. Mereka sudah membeli beberapa barang seserahan mulai dari perhiasan, skincare, make up, dan lain-lain.

"Mbak Mala lulusan ini mau langsung kuliah atau ngabdi dulu?" tanya Hasan yang berjalan di sebelah Gus Fatih.

"Tergantung," jawab Mala.

"Tergantung, apa?" tanya Husein.

"Ya tergantung, kalo belum ada yang ngelamar Mala ngabdi, begitu pun sebaliknya."

"Apalagi yang harus dibeli?" tanya Gus Fatih menyela obrolan Mala dan kedua adik kembarnya.

Mala mengambil secarik kertas dari dalam tas ranselnya karena Umi Saudah mencatat semua barang seserahan yang harus dibeli di kertas, lalu membaca barang yang belum dibeli, ia menjadi panik seketika itu membuat ketiga Gus itu bingung.

Basmalah || Tahap RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang