16. Meminta Restu

98 12 0
                                    

Hello, pa kabar penduduk bumi?
Diem-diem bae, ngopi napa ngopi

Siap untuk baca bab 16?

Athallah Rayyanza Hamdalah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Athallah Rayyanza Hamdalah

♥ ♥ ♥

Mala merasa canggung duduk bersama salah satu anggota keluarga ndalem, padahal biasanya ia sering bercengkerama bersama mereka semua, tapi entah mengapa kali ini dengan Gus Rayyan susananya sangat berbeda jauh.

Awalnya Mala sedang piket pendopo bersama Aisyah, dan setelah selesai piket Aisyah langsung kembali ke asrama terlebih dahulu karena Mala dipanggil oleh Gus Rayyan yang tiba-tiba datang. Dan di sinilah mereka, di pendopo yang banyak santri berlalu lalang.

"Mala," panggil Gus Rayyan.

Mala menoleh. "Dalem, Gus. Pripun?"

Gus Rayyan menarik napas dalam, lalu berucap, "Menikah adalah salah satu sunnah yang dapat menyempurnakan separuh agama dua orang insan manusia. Dan sekarang saya juga sudah lama menanti-nanti kehadiran sosok bidadari dunia yang taat kepada RabbNya. Maukah kamu menemaniku menjadi satu-satunya bidadari dunia dengan menerima lamaranku?"

Jantung Mala berdetak lebih cepat dari sebelumnya setelah mendengar penuturan Gus Rayyan yang cukup panjang dan mampu membuatnya tidak keruan.

"Gu...Gus Rayyan lagi ngelamar saya jadi istri?" tanya Mala dengan gugup.

Gus Rayyan mengangguk. "Jadi, maukah kamu menikah denganku?"

Mata terdiam cukup lama, lalu menghela napas. "Apakah Gus Rayyan benar-benar mencintai saya?"

"Bagaimana bisa saya melamarmu untuk menjadi istriku jika saya tidak mencintaimu?"

Mala meresa sesak napas, dirinya benar-benar dibuat terbang tinggi ke atas awan oleh Gus Rayyan. Seperti ada banyak kupu-kupu yang beterbangan di perutnya.

"Tapi, bukannya ini terlalu cepat?"

Gus Rayyan tersenyum tipis. "Apa kamu ingin tahu niat utama saya pulang ke Indonesia?"

Mala mengangguk karena penasaran.

"Niat saya pulang dari Mesir ke Indonesia tidak lain dan tidak bukan hanya untuk melamarmu. Di sana, saya belajar bersungguh-sungguh agar bisa cepat pulang ke tanah air, lalu melamarmu."

"Sejak pertama kali kamu masuk pesantren dan saya bertemu dengan mu, di situlah saya merasa sesuatu aneh yang sebelumnya tidak pernah saya rasakan. Namun seiring berjalannya waktu, saya tahu jika cinta telah hadir dalam hati saya dan kamulah yang telah menaklukkan hati saya."

"Namun saat itu saya dan kamu sama-sama belum dewasa dan kamu belum cukup umur untuk menikah, saya tidak ingin cinta saya padamu membuat saya melangkah ke jalan yang salah, sepeti pacaran. Maka dari itu, saya memutuskan untuk memendam perasaan itu dalam-dalam."

Basmalah || Tahap RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang