24. Bukber

86 11 0
                                    

Jika hari Jum'at kemarin Rayyan gagal mengajak Mala menonton bioskop, maka hari Minggu ini Rayyan mengganti untuk pergi jalan-jalan ke taman bermain. Awalnya, Mala ingin pergi ke taman bermain saat malam Minggu, namun Rayyan tak setuju. Angin malam tidak baik, dan ia tidak ingin nanti istrinya masuk angin.

Wajah Mala terlihat begitu berseri-seri karena bahagia, ia dan suaminya berjalan-jalan menjelajahi taman bermain. Wanita itu ingin sekali menaiki wahana ekstrem, namun Rayyan tidak bisa menaiki wahana seperti itu karena nantinya perutnya akan mual dan muntah.

"Naik biang lala, mau?" tanya Mala, menurutnya biang lala bukankah wahana yang ekstrem.

Rayyan berpikir sejenak, lalu mengangguk setuju. Kemudian, mereka berjalan menuju wahan biang lala dan masuk ke dalam sangkar wahana itu tanpa mengantre karena Rayyan membali tiket VIP.

"Pemandangannya bagus, apalagi objek yang lagi duduk di depan aku. Masya Allah luar biasa cantik," kata Rayyan.

"Aku baru tau ada Gus tukang gombal."

"Mas bukan tukang gombal, tapi kalo gombalin istri sendiri, easy."

Mal mencubit gemas kedua pipi Rayyan, lalu mengecupnya singkat. "Boleh karungin kamu nggak sih?"

"Karungin? Untuk apa?"

"Untuk dibuang ke ragunan," jawab Mala dengan gamblang, lalu tertawa renyah.

"Sayang..."

Bulu kuduk Mala berdiri, dirinya merinding mendengar panggilan dari Rayyan dengan nada penuh penekanan.

"Bercanda, Mas."

Setelah berada di sangkar cukup lama, akhirnya Mala dan Rayyan keluar dari sangkar wahana biang lala kerena wahana itu berhenti berputar dan sang penjaga membukakan pintu sangkar yang terdapat mereka di dalamnya.

Rayyan dan Mala kembali menjelajahi  taman bermain. Manik mata wanita itu melihat dua dua yang sudah tak asing lagi baginya, tapi entah siapa. Ia tidak bisa melihat dengan jelas karena hanya terlihat punggungnya dua orang itu saja.

"MALA!!!"

Mala terkejut mendengar panggilan dari sosok yang tadi hanya terlihat punggungnya. Dan sekarang ia melihat dengan jelas siapa dua orang itu. Mereka berjalan menghampiri Rayyan dan Mala.

Itu Inna dan Ghazali.

"Kalian disini juga?" tanya Inna.

"Refreshing otak," sahut Mala.

"Setelah nikah, ada banyak perubahan ya kamu, Mal?"

"Perubahan gimana? Itu menurut kamu aja kali, orang masih sama aja."

"Iyain aja deh."

"Ekhm!"

Ghazali berdehem cukup keras membuat Mala dan Inna menyadari bahwa mereka telah mengacuhkan Ghazali dan Rayyan yang berstatus suami mereka.

"Inna, kita duluan ya," pamit Mala.

"Eh? Iya, Mal," sahut Inna.

Mala dan Rayyan berjalan meninggalkan Ghazali dan Inna. Wanita itu bingung karena tadi Rayyan dan Ghazali sama sekali tak berinteraksi, bukankah mereka kakak beradik kandung?

"Mas," panggil Mala.

Rayyan menoleh, mengangkat satu alisnya. "Kenapa, hm?"

"Kenapa tadi kamu nggak ngomong sama sekali sama Gus Ghazali?"

Raut wajah Rayyan berubah seketika itu, Mala melihatnya dengan jelas. "Kenapa kamu bertanya seperti itu?"

"Aku hanya ingin bertanya. Maaf kalo itu membuat Mas marah."

Basmalah || Tahap RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang