6. Berbagi Itu Indah

114 16 0
                                    

Beberapa santri Pondok Pesantren Raudhatul Jannah sedang berbagi takjil dan nasi kotak kepada sesama manusia di sekitar jalan. Mereka sudah berinisiatif saling mengumpulkan uang yang akan digunakan untuk mempersiapkan takjil dan nasi kotak.

Mala dikelompokkan dengan Zayyan, mereka bertugas untuk membagikan takjil di sebelah barat. Inna dan Kang Fahri di sebelah utara. Aisyah dan Fatimah di sebelah timur. Raihana dan Shafiyya di sebelah selatan. Sedangkan sisanya bertugas berkeliling medatangi rumah warga untuk membagikan takjil.

"Kak, aku nungguin lho," cicit seorang anak kecil yang sudah menengadahkan tangannya.

"Eh iya, Dek, semoga berkah ya. Jangan lupa makan yang banyak, supaya cepat besar," ucap Mala sembari mengelus kepala anak itu, sampai bibirnya mengembang tipis.

"Makasih, Kak." Raut wajah anak itu tampak bahagia, lalu berlari kecil menjauh.

"Yuk maju bagi yang belum! Antre yang tertib ya, jangan saling berebut," kata Kang Zayyan sambil mengayunkan tangannya ke mereka. 

"Saya belum dapet takjilnya!"

"Saya juga!"

Suara seruan mereka yang belum mendapatkan takjil dan nasi kotak dengan antusias.

"Sini maju! Yang lain sabar dulu ya!" intruksi Mala.

Rasa bahagia menyelimuti hati para santri melihat senyum bahagia penerima takjil dan nasi kotak dari mereka, banyak ucapan terimakasih yang tertedengar ditelinga mereka.

Di saat ada orang yang bingung berbuka dengan apa karena terlalu banyak pilihan makanan, ada mereka yang merasa bingung ingin berbuka dengan apa karena tidak ada pilihan sama sekali.

Setiap amalan kebajikan yang dilakukan pada bulan Ramadhan bernilai ibadah menjadi lebih tinggi daripada dilakukan pada bulan-bulan yang lain jika dilakukan dengan ikhlas untuk mengharapkan ridha Allah Ta'ala akan mendapatkan balasan dengan pahala yang berlipat ganda.

♥ ♥ ♥

Mala CS sedang berada di aula santri putri, hanya bincang santai dengan santri karena siang ini tida ada kegiatan. Sebagian santri lain sedang bobo cantik di siang hari yang cukup panas.

"Shalawatan yu," ajak Fatimah.

"Gas keun!"

"Eh? Tapi banyak santri yang lagi tidur, nanti ngeganggu tidur mereka," ucap Shafiyya.

"Hadeh, Shafiyya. Jarak aula sama bilik kan cukup jauh, jadi nggak akan ngeganggu, Insya Allah," sahut Inna.

"Yodahlah, gas kita shalawatan, dari pada ghibah," sela Mala.

"Kuy lah!" seru Aisyah.

Gadis itu segera mengambil alat musik hadroh, dan memilih untuk memainkan tam. Mala memilih darbuka, Inna memilih bass hadrah, dan sisanya memilih rebana.

"Diawali dari Mala," kata Fatimah.

"Nggak, lebih enak suaramu," tolak Mala.

"Ya udah, dari aku aja," final Inna.

"Wahdana dan dana, wahdana dana..."

"Wahdana wahdana wahdana, wahdana wahdan."

"Adif 'alaina layalil jamilah. Bainal qomar walhudu walhududil asliyah."

"Walghommi wal hana asfan jamilah. Syarrofu adi wa ansa biha farhan."

"Walghommi wal hana asfan jamilah. Syarrofu adi wa ansa biha farhan."

"Wahdana dan dana, wahdana dana..."

"Wahdana wahdana wahdana, wahdana wahdan."

"Wahdana dan dana, wahdana dana..."

Basmalah || Tahap RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang