37. Habibie dan Tsurayya

189 11 0
                                    

Dirgahayu Republik Indonesia ke-78

♥ ♥ ♥

Hari berganti bulan. Bulan berganti tahun. Waktu demi waktu berlalu, namun tak ada yang berubah. Rayyan menjalani hari-hari dengan hampa, tanpa adanya sosok wanita yang selalu menjadi obatnya kala lelah.

Si kembar sudah berusia 3 tahun, mereka kembar tidak identik. Sang kakak berjenis kelamin laki-laki dan sang adik berjenis kelamin perempuan. Habibie dan Habibah.

Habibie Nizama Athallah, memiliki arti: Anak laki-laki kesayangan yang berjiwa kepemimpinan sebagai anugerah terindah dari Allah. Habibie memiliki wajah perpaduan antara Rayyan dan Mala. Ia anak yang manis dan tampan.

Anak kedua bernama, Habibah Tsurayya Athallah. Yang artinya: Perempuan tercinta yang bercahaya bagai bintang serta sebagai hadiah terindah dari Allah. Wajah Habibah sangat mirip persis dengan mendiang Ummanya. Ia anak yang ceria, persis seperti Mala.

Habibie dan Habibah yang menjadi penyembuh luka bagi Rayyan. Dengan kehadiran mereka membuatnya tidak merasa kesepian. Mereka yang menghibur Rayyan di saat dirinya rindu dengan wanitanya.

Pagi ini Rayyan berencana mengajak kedua anaknya pergi ke makam sang Umma, karena hari ini tepat hari pernikahan mereka yang ke-4 tahun.

Rayyan meletakkan buket bunga di depan batu nisan, Habibie dan Habibah menebarkan bunga tabur di atas makam sang Umma.

Tabur bunga dalam Islam didasarkan pada riwayat sahih yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah meletakkan dahan yang masih basah di atas kuburan. Tindakan Rasulullah ini dimaknai sebagai cara untuk meringankan siksa kubur penghuni makam.

Pria itu mengusap dan mengecup batu nisan bertuliskan nama sang istri. "Selamat hari ulang tahun pernikahan yang ke-4 tahun sayang, 3 tahun tanpa kamu, aku selalu merindukanku," ucapnya.

"Sayang, anak-anak kita semakin tumbuh besar, semakin menjadi anak-anak yang cerdas, semakin tampan dan cantik, mereka juga merindukanmu."

"Kita udah melewati segala macam rintangan, ujian dan cobaan. Kita hadapapi itu sama-sama. Kamu wanita terhebat setelah Umi, wanita yang sangat aku cintai."

"Habibie dan Habibah gak butuh ibu pengganti, karena sampai kapanpun kamu tak akan pernah terganti. Kamu selalu terkenang di hatiku dan anak-anak."

"Mala, aku merindukanmu, dan selamanya akan terus mencintai kamu. Aku titip salam untuk Zayyan, suatu saat nanti aku akan menyusul kalian."

Setelah mendoakan Mala, Rayyan menoleh ke Habibie dan Habibah yang sedari tadi memperhatikannya dengan tatapan polos. "Sekarang Habibie dan Habibah doain Uma, supaya Allah masukkan Uma ke dalam surga," titahnya.

Habibie dan Habibah mengangguk, mereka duduk menghadap makam sang Uma, lalu mengusap batu nisan itu sembari melantunkan sholawat.

"Assalamualaikum, Umma."

"Ini Habibie, jagoan kecil Umma dan Abba," kata Habibie. "Walaupun Habibie belum pernah liat Umma, tapi Habibie yakin kalo Umma selalu jaga kita dari sana."

"Umma, ini Habibah bidadari kecil Umma dan Abba," celoteh Yaya disertai kekehan. "Habibah belum pernah lihat wajah Umma, tapi Abba selalu bilang Umma itu sangat cantik, Abba juga bilang kalo hati Umma itu baaaiik banget."

Habibie dan Habibah menengadahkan tangannya. Habibie yang berdoa dan Habibah yang mengaminkan. Kemudian, Rayyan menuju makam Zayyan untuk mendoakan laki-laki itu. Setelahnya, mereka pergi meninggalkan makam.

♥ ♥ ♥

"Om Ucen!"

Habibie dan Habibah menyambut kedatangan Husein dengan riang gembira. Husein merentangkan kedua tangannya hingga membuat kedua anak kecil itu lari ke dalam pelukannya.

"Om Ucen apa kabar?" tanya Habibah.

"Alhamdulillah baik, kalian apa kabar?"

"Baik juga," sahut Habibie, lalu mereka melepaskan pelukannya.

"Om Ucen ayok masuk," ajak Habibah, ia menarik tangan Husein untuk masuk ke dalam rumah.

Husein duduk di sofa panjang, sedangkan Habibie dan Habibah kembali bermain sendiri. Tak lama Rayyan datang dengan membawa nampan berisi makanan dan minuman. Ia meletakkannya di atas meja, lalu duduk di sofa tunggal.

"Kamu sendirian?" tanya Rayyan.

Husein mengangguk. "Hasan lagi ada acara di Lampung."

Rayyan mengangguk paham. "Umi sama Abi sehat?" tanyanya.

"Alhamdulillah mereka sehat. Mereka juga nyuruh Abang ke pesantren, katanya kangen sama Habibie dan Habibah."

"Habibah rewel kalo dibawa ke pesantren, jadi kalo ke sana Abang tunggu mereka sampai tidur dulu. Makanya sekarang Abang gak bisa lama-lama di sana."

"Abang gak nyewa babysitter?"

"Kamu kan tau sendiri Habibie dan Habibah itu gimana, kalo sama orang lain mereka gak akan mau. Abang juga pernah titipin mereka ke Inna waktu Abang mau ke Bandung buat ngisi acara, tapi mereka gak mau."

Husein mengangguk paham, keponakannya itu memang tidak mudah beradaptasi dengan orang baru. "Tapi syukurlah kalo mereka jadi anak yang berbakti."

"Alhamdulillah, Sen."

Hari itu Husein habiskan dengan bemain bersama Habibie dan Habibah, kedua keponakannya yang sanga menggemaskan.

T A M A T

Basmalah || Tahap RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang