31. Sakit

105 11 0
                                    

Acara berjalan dengan lancar hingga selesai tepat pukul 23.30, Rayyan dan Mala memutuskan untuk menginap satu malam di pesantren. Mereka diberi satu rumah oleh Ahmad dilingkungan pesantren.

Rayyan sedang membersihkan diri di kamar mandi, sementara Mala sedang menunggu Rayyan keluar dari kamar mandi karena ia ingin buang air kecil.

"Mas Rayyan masih lama?" tanya Mala di depan pintu kamar mandi.

"Masih, kamu kalo mau pipis masuk aja," jawab Rayyan sedikit berteriak.

"Nggak mau! Maunya Mas Rayyan keluar dulu!"

"Ya udah, tunggu aja kalo kuat."

"Mas Rayyan!"

"Apa, Sayang? Jangan teriak-teriak, ini udah malem."

"Cepatan!"

"Sabar! Ini Mas gak bakal selesai kalo kamu gedor-gedor terus!"

"Ya makanya cepet—"

Sebelum Mala melanjutkan ucapannya, pintu kamar mandi terbuka. Alhasil, setelah Rayyan keluar dari kamar mandi Mala segera masuk.

"AAA! MAS RAYYAN!"

Namun belum lama Mala berada di dalam kamar mandi, tiba-tiba saja lampu di rumah mereka padam. Rayyan segera membuka pintu kamar mandi yang memang tidak dikunci, ia menggunakan senter ponsel sebagai penerangan. Laki-laki itu segera mendekap istrinya untuk menangkan karena wanita itu takut kegelapan.

"Aku takut," cicit Mala.

"Jangan takut, Mas di sini," ujar Rayyan dengan lembut. "Sekarang kita keluar ya, pegang tangan aku terus."

Mala mengangguk, mereka segera keluar dari kamar mandi. Rayyan menunggu Mala yang sedang memakai hijab, setelahnya mereka keluar dari rumah.

"Anwar!" panggil Rayyan.

Merasa namanya dipanggil, santri itu menoleh dan mendapati Gus Rayyan yang dibuntuti oleh Ning Mala. Ia pun segera menghampiri mereka. "Iya, Gus. Ada apa?"

"Ini kenapa listrik pesantren mati?"

"Katanya salah satu listrik warga desa ada yang koslet, Gus. Jadi petugas PLN mematikan semua aluran listrik yang terhubung karna dikhawatirkan terjadi kebakaran," jawab Anwar, menjelaskan.

"Kira-kira sampai kapan?" tanya Mala.

"Saya gak tau pasti, Ning," jawab Anwar. "Saya permisi, Gus, Ning. Assalamualaikum."

"Waalaikumusalam," jawab Rayyan dan Mala bersamaan.

"Ayok masuk, ini udah malem kamu harus istirahat," ucap Rayyan.

"Tapi..."

"Jangan takut, Mas selalu disisi kamu."

Mala menghembuskan napas, lalu berjalan masuk ke dalam rumah dengan berpegangan tangan kekar Rayyan.

Sesampainya di kamar, Rayyan mencari lilin lalu menyalakannya sehingga kamar menjadi ada sedikit cahaya penerangan. Ia dan Mala naik ke atas ranjang. Rayyan membawa istrinya ke dalam dekapan hangatnya hingga Mala mulai tenang dan memejamkan matanya.

"Good night my wife, have sweet dreams," bisik Rayyan, lalu mengecup lamat kening istrinya.

♥ ♥ ♥

Mala membuka matanya perlahan, listrik sudah menyala, lilin sudah meleleh. Ia menatap lamat Rayyan yang masih tertidur. Hidung mancung, kulit mulus, alis tebal, bibir ranum, kumis tipis, nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan?

Wanita itu mendekatkan bibirnya pada bibir suaminya dan mengecupnya, namun ia dikagetkan kala tangan kekar milik Rayyan menahan kepalanya agar ciuman itu berjalan cukup lama.

Basmalah || Tahap RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang