Bab 21: Bertemu Kembali di Tempat Orang

13 4 0
                                    

DIA langsung melompat dari atas pohon dan mendarat dengan sempurna.

Aku mundur beberapa langkah karena takut. Kaie mengeluarkan pedangnya. Dia melangkah ke depan, bermaksud melindungi aku dan Kak Tallu. Inso dan Qeon juga ikut melangkah ke depan, mengikuti Kaie dengan menggeram kuat. Mereka secara terang-terangan tidak suka dengan orang yang ada di depan mereka.

Andai panah dan busurku masih ada, mungkin aku bisa melangkah ke depan dan membantu Kaie beserta dua hewan itu.

Kaie mengangkat pedangnya ke atas. Hendak membuat badai atau mengeluarkan petir lagi sepertinya. Aku memasang kedua tangan ke telinga. Bersiap, Jika Kaie benar-benar hendak mengeluarkan petirnya lagi.

Kak Tallu melangkah ke depan sambil mengernyitkan dahi. Mencoba mengira-ngira siapa gerangan yang membawa bumerang itu.

Aku hendak memberitahunya untuk menjauh, tapi suara Kak Tallu mendahului mulutku yang hendak berucap.

"Vail?"

Aku mengernyit. Kaie juga. Dia menoleh ke arah Kak Tallu dengan bingung. Aku juga sama bingungnya dengan Kaie. Kami berdua sama-sama menatap Kak Tallu.

Vail? Siapa itu Vail?

"Vail, apa itu ... kau?" Kak Tallu serta-merta menunjuk subjek yang ada di depannya. Matanya sedikit memicing, mencoba melihat dengan lebih jelas. Orang itu juga tampaknya mulai berani menatap Kak Tallu. Dia juga ikut mengernyitkan dahi dan terus mendekat.

"Tallulah?"

Aku kaget. Anak laki-laki dewasa itu ... menyebut nama Kakakku?

Kaie menyarungkan pedangnya kembali. Tak jadi bertarung karena tampaknya lawan yang ada di depannya mengenal kakakku. Oh, mungkin lebih tepatnya, sang lawan tampaknya lebih tertarik pada kakakku daripada bertarung.

Inso dan Qeon juga berhenti menggeram, lantas duduk santai di rerumputan dan lebih memilih menatap Kakak. Sepertinya, mereka juga tahu kalau tidak akan terjadi pertarungan jika ekspresi lawan mendadak berubah--yang awalnya menatap kami bengis, tiba-tiba terkejut.

Kak Tallu berlari kecil ke arahnya. Anak laki-laki dewasa itu juga berjalan ke arah Kak Tallu dengan langkah cepat. Aku mengikuti Kak Tallu karena aku sangat penasaran dengan apa yang terjadi. Dia mengenal orang itu, dan ... bagaimana aku menjelaskannya?

Ah! Kukira cuma aku anak perempuan pertama yang bertemu dengan anak laki-laki, tapi ternyata ... Kak Tallu juga pernah menemuinya, ya?! Jadi, kapan Kak Tallu dan dia pernah bertemu?! Kenapa aku tak tahu?! Apa dia merahasiakannya?!

"Apa yang kau lakukan disini?" Keduanya langsung melontarkan pertanyaan yang sama. Aku diam di tempat dan berdiri diantara keduanya. "Kalian saling kenal?"

Kak Tallu dan anak laki-laki dewasa itu menoleh ke arahku. Anak laki-laki itu sontak mengernyit ke arahku dan memandangku tak suka. Mataku melebar. Oh! Aku tahu siapa dia!

"Kau!" Kami berdua kemudian sama-sama saling menunjuk. Dia menunjuk ke arahku dan aku menunjuk ke arahnya. Kami sama-sama menunjukan wajah bengis dan tidak suka, dan tampaknya hal itu malah mengundang keingintahuan Kak Tallu dan Kaie.

"Kalian saling kenal?" Sekarang giliran Kak Tallu yang bertanya. Aku dan anak laki-laki dewasa ini menatapnya, kemudian kami saling tatap lagi. Aku hendak membuka mulut, ingin menjelaskan, tapi mulut anak laki-laki itu kalah cepat dariku. "Ya, aku hendak melindunginya dari Arakne, dan dia malah membela Arakne itu."

Aku menoleh cepat ke arahnya dengan ekspresi tidak menyangka. Kak Tallu melebarkan matanya seraya mengeluarkan nada tinggi yang tidak kuinginkan. "Apa?!"

Dia kemudian menghampiriku lantas mengguncangkan kedua pundakku. "Apa benar begitu, Nila?!" tanyanya, histeris.

Aku menelan ludah lantas mengangguk pasrah. Anak laki-laki itu juga melanjutkan, "dia juga bahkan meninggalkanku dan mengira aku orang jahat. Arakne itu hendak memakanku, tapi beruntung aku bisa kabur."

GLACIER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang