The Battle

18 2 0
                                    

Setelah semua ujian praktek selesai, sampailah kami pada ujian yang terakhir. Yaitu ujian berpedang.

"... Ujian ini akan ditonton oleh semua siswa-siswi Akademi, jadi jangan permalukan diri kalian, bertarunglah dengan adil, dan kita lihat pemenangnya," ucap instruktur di atas balkon.

Sementara, aku dan Rey old berdiri berhadapan dari ujung ke ujung dengan memegang pedang.

", Pertandingan.... DIMULAI!"

Dengan begitu, aku melesat begitu cepat sampai tak ada satupun ekor mata yang dapat melihat. Lalu kupejamkan mata dan memprediksi beberapa kemungkinan yang akan terjadi.

Walaupun demikian, itu tidak pula menurunkan kewaspadaan ku. Aku membuka mata saat sampai di belakang Reynold dan menyerangnya.

Seperti yang sudah kuduga, ia bisa menangkis serangan itu dengan mudah. Bukan karena aku tahu itu akan terjadi maka aku melakukannya. Tetapi karena.... AKU BELUM LATIHAN MENGAYUNKAN PEDANG?!!

Kami bertarung dengan sengit sampai tak terasa ternyata sudah sore menuju waktu senja. Pemandangan langit senja yang indah mengalihkan perhatianku. Dan pedangku pun bisa dijatuhkan oleh Reynold.

Walau begitu, itu bukan berarti kalah. Aku melepaskan sarung tanganku. Dan aku pun mengeluarkan dua bilah belati dari pergelangan tangan.

Melesat mengitari lapangan, meloncat, dan mengarahkan belatiku untuk menusuk kepala Reynold. Serangan mudah ditangkas karena bukan serangan utama. Pedangnya dan belatiku menciptakan percikan api. Kami berdua terhempas menjauh.

Semua itu kami ulangi sampai beberapa kali.

Setelah beberapa saat, Reynold pun mulai terlihat kelelahan, maka aku melakukan ulti.

"Thousand Shadow" Bisikku. Dan seketika, aku di duplikasi sampai memenuhi arena. Persis seperti Nar*to.

Dengan perlahan, aku berjalan mengitari arena, dan sampai di sebelahnya. Aku memegang bilah pedangnya, perlahan menarik pedang tersebut, dan ku lempar sejauh mungkin.

Aku mengarahkan bilah belati yang kugunakan pada leher Reynold.

"Aku... Hah,. Aku... MENYERAH!" Ucapnya.

"BERARTI PEMENANG PERTANDINGAN INI ADALAH LADY OLIVE!" Teriak instruktur.

Semua orang bersorak Sorai melihat pemenang dengan hasil yang membagongkan.

"Selamat Lady. Sepertinya saya lah yang harus mendapatkan pelatihan setahun lagi" ucap Reynold menyodorkan tangannya padaku untuk berjabat tangan.

Aku melihatnya dengan tatapan jengkel dan menunjukkan kedua tanganku yang berdarah-darah.
"Sialan kau" ucapku

"Ah, iya. Maaf aku lupa" balasnya menggaruk-garuk kepala.

"Permisi Lady, Yang mulia, silahkan ikuti saya ke Unit Kematian Sekolah" ucap seorang pelayan yang mendadak muncul di belakangku.

"Kesehatan" -Reynold
"Kami belum mati" -Aku.
"Yang jelas silahkan ikuti saya ke UKS"

Aku dan Reynold saling tatap dan setuju untuk mengikuti pelayan itu.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

HELLOOOO!!! Makasih udah setia baca! Jangan lupa Vote yaaa~

Happy Reading~!

Two YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang