Semuanya gelap.
Sakitnya hilang.
Aku berbaring.
Duduk.
Berdiri.
"Ti-tidak mungkin"
"AAYA!" Aku meneriakkan nama anakku. Kalau perempuan.
"ALEX!" Nama anakku kalau laki-laki.
Tak ada yang menyahut.
"MAMA!"
"REYNOLD!"
"KANYA!"
"ALEA!"
"CARMEN!"
"ELLA!"
"ACAPELLIA!"
"KYLE!"
"AMILLIANO!"
"REYMOND!" Teriakku pasrah."Hiks"
"Hiks.."
"Fel-"
.
.
.
"-lix".
.
.
.
."....Ya..."
"A....ya....."Ada yang memanggilku dengan nama lama ku. Suara ini.... Mirip dengan suara Ella...
Aku membuka mata dan mendapati diriku sedang berbaring di kasur. Ruangan putih bersih dengan suara alat-alat medis. Ini.... Di rumah sakit!
Aku tersentak dan segera duduk. Namun, tubuhku ditahan oleh tangan yang sangat lembut. Tangan yang dengan perlahan membaringkan ku kembali.
Terlihat seorang pria bersurai pirang dengan mata hijau langka. Dia.... Mirip dengan Reynold.
"Amaya? Apa kau ingat aku? Ini aku, Simeon, kau ingat kan?" Ucapnya menangis.
Ah, Simeon. Dia teman masa kecilku yang selalu bersamaku. Anak kecil.
"Anak kecil" kau mengulurkan tanganku ingin menyentuh pipinya.
"Iya, Ini aku, kau bahkan mengingat nama panggilan ku" tangisnya bertambah.Tubuhku... Terasa lebih ringan. Aku memang masih mengingat berat badanku ketika terjun ke sungai... Dua puluh tahun yang lalu....
"Sekarang..... Kapan?" Tanyaku.
"Tahun 2045," jawab Simeon
"Dua tahun?" Setelah semua 20 tahun yang telah ku alami.... Aku pada akhirnya kembali? Aku..... Kembali.
Aku mulai meneteskan air mata. Namun aku segera mengelapnya. Dan ketika itulah, seorang anak berusia 2 tahun memasuki ruangan.
Anak itu memiliki warna rambut pirang dengan mata coklat. Warna yang sama dengan mataku....
"Mamma" gumamnya.
-Eh? Tapi di sini hanya ada aku dan Simeon.
"Papa! Mamma cudah banun?" Tanya-nya berlari ke arah Simeon.
EEEEEHHHHH?????? PAPAAAA???!!!! Aku menatap Simeon yang hanya tersenyum.
Aku melirik sekeliling dan hanya melihat Drovan, pengawal sekaligus ajudan pribadi ku.
Jangan bilang?!
"baiklah Aya, sepertinya Mama mu seperti ya sedikit kehilangan ingatan"
"Celihanan inyatan?" Tanya anak kecil yang imut itu.
"Maksudnya lupa beberapa hal""Aaaa cuppa!"
"Maukah kau membantu papa?"
"Bantu appa?"
"Ayo kita berkerja sama memulihkan ingatan mama mu!"
"Pemulian! Pemulian!".
.
.Setelah mengobrol panjang, aku jadi teringat. Sebelum aku terjun ke sungai, aku sedang hamil 2 bulan anak pertama ku yang notaben anak Simeon juga karena kami sudah menikah.
Berarti..... AKU MENIKAH SAAT AKU MASIH DALAM STATUS ISTRI ORANG?! DAN LAGI NAMA ANAKKU SAMA DENGAN NAMA ANAKKU YANG LAIN?!
"... dan kau diselamatkan oleh seorang wanita yang bernama Embun. Aku tak tahu kenapa namanya begitu, tapi dia memperkenalkan dirinya seperti itu." Jelas Simeon.
"Embun.... Sepertinya tak asing."
"Kami sudah melacaknya selama dua tahun terakhir. Namun tak ada yang menemukan tanda-tanda dirinya"
"Benar-benar tak ada?"
"Hasilnya selalu Nihil"
"Kalau Felix?" Tanyaku mendadak.
Ruangan terasa sunyi. Tak ada suara yang terdengar selain suara mesin medis.
"Ah, aku mengerti. Tak usah diberi tahu. Aku yakin dia hidup bahagia di sana." Ucapku mendongak ke langit.
"Oh, dan anak itu anak kita? Siapa yang menamakannya?" Tanyaku menunjuk Aya.
"Kau sendiri yang menentukan namanya sebelum lahir. Maka aku menggunakannya" jawab Simeon.
"Ah, aku memiliki mimpi dimana aku juga memiliki anak yang akan dimakan Aya kalau perempuan dan Alexander kalau laki-laki"
Simeon menggenggam tanganku. Aku tak tahu bagaimana ekspresi ku. Tapi aku cukup bahagia karena ternyata aku memiliki anak di dua alam...
"Euhm? Mamma.... Aichitelu" Aya mengigau.
"Eh? Bahasa Jepang? Kau mengajarinya bahasa Jepang?"
"Mana ku tahu"
"Bisa saja kau anak kecil," aku mencubit pipi dan hidung Simeon.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Allo gess! Belum tamat kok! Masih ada tambahan. Semangat nunggu tamatnyaa~ aku pun nggak tau kapan tamat~
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Years
Разное'Halo?' 'Hmm?' 'Kok dingin' ... Tangisan bayi... Ya. Ini bukan alam baka. ...