Kami sampai di atas jembatan penghubung antara negara Karol dan Decritesin."Mario, sampai sini saja. Kami akan turun di sini. Kau boleh pergi." Ucap Felix dengan tegas.
Kami pun keluar dari dalam mobil dan berjalan menuju tiang penopang."Pemandangan ini.... Ah, iya. Tak kusangka sudah lama berlalu." Ucapku yang menundukkan kepala melihat genangan air sungai jernih, atau lebih tepatnya air laut(?).
"Kau bisa melakukannya di sini..." Bisik Fel
"Ap-"
"Kau bisa membunuhku di sini. Malam ini."
"Kena-what? Aku kan udah gagal"
"Tidak benar benar gagal kak, kau.... Bukan. Kakak, aku tak sepintar itu sampai tahu kalau akan ada yang membunuhku. Aku bukan orang yang bisa sembarang dibunuh pula. Aku juga tak mau dibunuh selain orang yang merawat dan membesarkan namaku sampai aku sesukses ini. Seharusnya kau yang membunuhku karena aku telah merebut segalanya darimu..... tapi mengapa," Dia mulai menangis, " KENAPA KAU TAK BERNIAT MEMBUNUHKU DAN HANYA MELAKUKANNYA KETIKA ADA YANG MEMINTA?! APA KAU TAK MUAK DENGAN SEMUA RUMOR TENTANGMU YANG SUDAH TERSEBAR?! APA KAU TAK INGINMENYINGKIRKAN PENGGANGGU DALAM KARIRMU?! ORANG YANG SEENAKNYA MENGAMBIL KEHIDUPAN GEMILANGMU?! YANG MENGHANCUTKAN KARIRMU SAAT BERADA DI MASA KEJAYAANMU?! Apa kau tahu selama ini aku tak pernah berhenti mencela dirimu demi kau agar terpancing, KENAPA?! KENAPA KAU MASIH MEMBIARKANKU HIDUP?! KENAPA?!""Haaaaahhh, Hei bocah. Kau mau tahu kenapa?"
"Jangan jawab pertanyaan dengan pertanyaan"
"Baiklah-baiklah aku mengerti. Aku tak membunuhmu karena aku masih punya moralitas. Aku bukan pembunuh yang sembarang membunuh seseorang hanya karena mau. Sementara untuk kasusmu..." aku terdiam sejenak, "Kau adalah keluargaku, adikku, satu satunya orang yang aku miliki, BAGAIMANA BISA AKU MEMBUNUHMU?! KALAU KAU INGIN AKU MEMBUNUHMU, BILANG SECARA LANGSUNG PUN AKU TAKKKAN MEMBUNUHMU! Apa kau tahu seberapa berharga nya nyawamu? Hah? AKU MMPERTARUHKAN MASA KECILKU UNTUK MEMBANGUN ALIANSI KUAT UNTUKMU! UNTUK MEMBANTUMU MENJALANI KEHIDUPAN TANPAKU! Apa kau tahu berapa sakitnya hatiku saat kau ingin membuang semuanya dan mati? APA KAU TAK PEDULI DENGANKU?! TERSERAH KAU MAU MENJATUHKANKU SENGAN APPUN ITU! Asalkan kau tak mati...." Tangisku tak terbendung."I'm sorry, i have Made up my mind"
*Maafkan aku, aku sudah membuat keputusan*Felix lalu melemparkan diri ke sungai di bawahnya.
"FELIX!" Teriakku yang ikut menyeburkan diri.
"FELIX! KAU DIMANA?!"
"FELIX!" aliran di sungai terlalu keras bahkan untuk mendengar suara teriakanku sendiri.Aku berkali kali diterjang ombak, namun aku tetap bertahan. Sampai pada akhirnya aku terhempas dan mulai tenggelam karena kehabisan tenaga.
Apakah ini akhirnya?
Apakah ini saat-saat terakhirku?Semirik cahaya menembus kegelapan air di malam hari. Cahaya itu tepat mengenai wajahku.
'Anakku... Putriku...'
Suara ini... Aku percaya ini adalah suara ibu.....
.
.
.Sekali lagi mohon dimaafkan bila ada ke cringean dalam cerita tak sempurna ini

KAMU SEDANG MEMBACA
Two Years
Random'Halo?' 'Hmm?' 'Kok dingin' ... Tangisan bayi... Ya. Ini bukan alam baka. ...