Sejak kejadian di kota dan pergumulan yang panjang, Damar berusaha menerima kenyataan. Jika Tuhan sudah mentakdirkan hidupnya seperti ini, apa lagi yang bisa dilakukan? Menggugat? Seperti akan menang saja menantang Tuhan. Bukankah dia hanya wayang? Menjalani hidup sesuai garis ketentuan. Toh, dia yakin takdir tak akan mempertemukan lagi dengan ibunya setelah hari itu. Biarlah mereka berjalan sesuai alur yang ada. Jika suatu saat kembali bersinggungan, dia berharap bisa lebih lapang dada. Walau untuk sekarang masih teramat sulit memaafkan.
Untuk mengalihkan semua duka, Damar tak membiarkan waktu senggang mengusiknya dengan perandaian juga keluhan. Berpikir bisa mengatasi semua. Bukankah dia berhasil berdiri selama dua tahun. Bahunya sudah ditempa oleh kegagalan juga pergolakan dan dikuatkan oleh senyuman juga ucapan polos Danu. Yang membakar semangatnya untuk menjalani hidup. Setidaknya, dia tak benar-benar sendirian.
"Mar, ini pesanan sedikit-sedikit tetapi banyak tempat." Pak Wahyudin yang sudah menyiapkan barang, lekas kembali ke kios dan menyerahkan alamat yang dituju. Tak lupa ponsel untuk menghubungi pelanggan.
Diserahkan pada Damar yang langsung melihat tujuannya. Beberapa pelanggan setia Pak Wahyudin yang sudah dihafal dan beberapa masih baru. Tempatnya pun lumayan jauh. Di jalan Samas.
Menyimpan kertas di saku celana, Damar bergegas pergi. Jika ditanya dari mana kemampuan mengendara, tentu jawabannya dari Pak Wahyudin. Beberapa bulan sejak ikut kerja, dia diajari membawa motor matic. Tak banyak kesusahan yang didapat. Hanya jalanan yang belum terlalu dihafalnya saat itu. Sekitar dua minggu, Pak Wahyudin membimbingnya mengantarkan pesanan hingga diberi kepercayaan sampai sekarang.
Terbersit ketakutan saat membawa pertama kali. Tentu karena masih di bawah umur untuk berkendara, tak memiliki SIM juga harus bertanggung jawab atas motor yang dibawa. Namun, seiring berjalannya waktu mulai terbiasa. Jalan kecil juga sudah dihafalnya sehingga tak perlu lewat jalan besar yang dijaga polisi.
Kini pesanan tinggal sedikit. Matahari sudah condong, tetapi panasnya tetap membakar kulit yang setiap hari bertambah gelap. Berhenti di pinggir jalan, dia memastikan sekali lagi rute yang akan ditempuhnya kali ini lalu mulai memacu kendaraan.
Ketika di sebuah perempatan, Damar yang sudah menghidupkan lampu sign juga melihat kanan kiri sebelumnya. Segera membelokkan motor ke kanan. Nahas, sebuah motor muncul dari arah kiri, melaju kencang. Jarak yang semakin dekat, membuat motor yang sudah menarik tuas rem tetap tak bisa menghindari tabrakan.
Motor Damar langsung terjatuh ke sisi kanan, begitu pula tubuhnya yang terseret beberapa meter. Beruntung memakai helm, kalau tidak wajahnya sudah tergores aspal.
Beberapa detik, napas Damar mendadak tersengal. Rasa sakit langsung terasa di kaki juga lengan kanan yang mencium aspal. Dia berusaha mengatur napas sebelum menggerakkan tubuh, bangkit.
Beberapa orang yang berada di perempatan, langsung memberi pertolongan. Seorang lelaki yang berada di atas motor, lekas turun membantu Damar, ada pula yang mengabadikan di ponsel. Sedang penabrak justru berhasil kabur setelah bangun dan berhasil menghidupkan motor.
Seorang lelaki paruh baya tergopoh membantu Damar bangkit dan memapah ke tepi jalan. Seorang lagi membantu mengangkat motor. Ada juga ibu-ibu yang memungut pesanannya yang berhamburan, mengembalikan ke gantungan motor juga memberi air putih.
Damar yang masih shock hanya bisa mengangguk saja saat ditanya keadaan. Padahal sudah terlihat, betis juga lengan sebelah kanan mencium aspal. Kulitnya terkelupas perih dan berdarah. Namun tak dihiraukannya rasa sakit dan mengucapkan terima kasih untuk bantuan yang diberikan.
Beberapa orang yang membantu, mulai membubarkan diri setelah memastikan Damar sanggup melanjutkan perjalanan. Duduk di atas rumput punggir jalan, dia melihat lukanya yang cukup dalam. Setelah lebih tenang, dia mencoba berdiri dan menyadari pergelangan kakinya sedikit bengkak. Kemungkinan akibat tertimpa motor.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Brother (Danu dan Damar) Spin Off Arga ; Repihan Rasa
RandomKisah kakak beradik yang bertahan hidup di tengah kemiskinan. Juga perjuangan sang kakak menjaga dan membahagiakan sang adik. Hidup yang keras, memaksa dirinya dewasa oleh keadaan. "Apa kami minta dilahirkan? Bukankah kalian yang meminta kehadiran k...