CHAPTER IX : HANGUS, BERPIJAR, MEMERCIK DAN MENGELUARKAN ASAP

125 16 1
                                    

Sorot matanya beralih pada jam di sudut kanan atas layar ponsel tepat setelah menekan tombol untuk mengirim pesan teks kepada Takeru. Hampir memasuki pukul sepuluh pagi, tentu saja, perjalanan dari Nerima menuju ke Itabashi hanya memakan waktu begitu singkat, pikirnya.

Krei melepas helmnya. Turun dari motor kemudian berjalan mendekati pagar yang tingginya hanya se-perut orang dewasa. "Permisi... apa ada orang di dalam?" Ia tengok ke sisi kiri dan kanan halaman. Hamparan rumput agak menguning, terbelah oleh batu pipih yang ditanam sebagai pijakan langkah menuju pintu masuk bangunan sederhana beratap kayu ulin. Krei terlamun sejenak. Senyap.

"Tidak ada."

Krei segera berbalik sesaat setelah mendengar ucapan tersebut. Adalah Takeru. Berdiri sembari menjinjing sebuah kantong belanjaan berukuran kecil di tangan kanannya, "Ayahku sedang ada urusan di luar, hanya ada kita berdua di rumah ini. Aku habis dari toserba, kami miskin, tetapi setidaknya bisa menyajikan teh untuk menghormati Omotenashi."

Krei membungkam lantaran tak tahu harus membalasnya dengan kalimat apa.

🌙

"Saat Kakakku tak sadarkan diri, aku dan Saori langsung melarikannya ke rumah sakit. Tetapi ketika dia sadar, dia bukan lagi Aya yang kami kenal. Tatapannya kosong, seolah tak menyadari keberadaan aku dan Ayah," silu hati Takeru bak meringis.

Keduanya duduk beralaskan tatami, menikmati secangkir teh hijau di atas meja berkaki pendek pada salah satu ruangan yang pintunya dibiarkan terbuka menghadap ke selatan, biarkan sang jumantara menyorot cerahnya masuk.

"Bagaimana dengan Saori? Dia belum juga kembali?" Tanya Krei.

Takeru menggelengkan kepala, "Bagaikan ditelan bumi. Kau tahu, satu-satunya alasanku menyetujui permintaan Kakakku untuk merekamnya berburu hantu adalah Melina Pairin itu sendiri. Aku mempelajarinya sejak lama, mengikuti perkembangan beritanya, bahkan hingga pada kasus Malam Pembantaian."

Bola mata Krei membulat tanpa aba-aba, "Maaf, Apa?" Sergahnya—heran.

Takeru menyeruput teh. "Ada banyak teori yang bertebaran," jawabnya sembari meletakkan kembali cangkir tehnya, "Beberapa orang percaya kalau teror sebenarnya bukanlah Melina Pairin, melainkan si iblis itu sendiri, Go'Um. Coba kau cerna baik-baik, Melina adalah pion, boneka bagi Go'Um untuk membantunya menuntaskan rasa lapar. Sementara keabadian yang ditawarkannya pada Melina tidak lain hanyalah rayuan kosong belaka. Jadi setelah Melina mati, Go'Um mencari boneka berikutnya. Terus menerus hingga pada tahun dua ribu sembilan, Malam Pembantaian pertama! Seluruh penduduk komplek perumahan Melina Pairin tewas dengan kondisi yang begitu menghenaskan. Namun ada satu kejanggalan. Setiap penghuni rumah memiliki data kependudukannya masing-masing dengan total tujuh puluh orang yang tinggal di komplek perumahan tersebut. Namun, hanya di temukan lima puluh delapan mayat di sana. sebelas orang memiliki alibi yang kuat untuk ketidakhadirannya di rumah pada malam itu. Sedangkan satu orang yang tersisa, Kensho Takao, putra dari pasangan kaya raya yang pada saat itu menjadi penghuni Kediaman Melina Pairin, dinyatakan menghilang begitu saja. Pihak kepolisian pasti memasukkannya ke dalam daftar tersangka yang sedang diburu. Tapi aku yakin, seratus per seratus yakin, Kensho Takao jelas-jelas adalah pelaku utama terjadinya Malam Pembantaian atas perintah Go'Um. Dan dia melakukannya dengan sangat hebat, maksudku, lihat perbuatannya, terus menerus memberi makan Go'Um. Lima ratus dua puluh satu korban dari Shibuya ... Nagoya ... Osaka ... Kobe ... Kyoto ... Fukuoka ... dan Seta ..."

"—Baiklah, cukup!" Sela Krei, "Aku kesini untuk mengetahui caramu masuk ke dalam komplek perumahan Melina Pairin, hanya itu. Karna jelas sekali jalan masuknya sudah di tutup, bahkan dijaga oleh seorang petugas keamanan," sambung Krei.

Takeru terdiam sejenak, menghela nafas panjang hingga kemudian berkata, "Itu bukan satu satunya jalan masuk."

"Beri tahu aku!"

[TERBIT] Krei and the Night of Massacre (Krei dan Malam Pembantaian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang