CHAPTER XIV (TERAKHIR) : SAAT-SAAT ANAGNORISIS

162 10 1
                                    

Didera gempita lelah tak berima kala meniti riuh gemuruh badai kesibukannya, hanya sesekali menyapa pulang, kembali pergi hingga hadirnya semakin tak dinanti. Namun malam itu, Mishima tiba membawa serta raut wajah berseri-seri, masih mengenakan jas putih seraya menjinjing messenger bag pada tangan kiri, tergesa melepas alas kaki hingga tanpa sengaja bertemu tatap dengan Krei saat sedang membuka pintu lemari pendingin.

"Papa?"

"Lho Krei? Kenapa kau belum tidur?" Mishima berlari memijak tiap-tiap anak tangga, naik dan tinggalkan Krei bermendung heran tanpa bahkan diberi sempat tuk mengucap balas. Heran, mungkin bukan kata yang cukup untuk dapat dengan sempurna memberikan penggambaran. Krei bahkan sampai dibuat ragu terhadap ingatannya sendiri, menerka hari ulah kebiasaan sang ayah yang selalu mengambil masa liburan di jadwal yang sama pada setiap bulannya.

Membuka pintu tepat setibanya ia di hadapan ruang tidur, sang istri yang masih terjaga di atas ranjang pun sontak terkesiap tak lagi memberi hirau pada serial drama yang tengah ditontonnya itu, "Lho kok? Tumben sekali kau pulang tiba-tiba tanpa memberi kabar."

Krei menghampiri perlahan, bersandar pada ambang pintu seraya mengerutkan dahi.

"Sayang, dengar! Kerabatku menyampaikan berita yang begitu besar barusan! Dan aku sangat tidak sabar untuk dapat dengan segera menceritakannya kepadamu, karena itulah aku memutuskan untuk pulang," tuturnya dengan nada yang memekik girang. Dan dengan pasang tatap mata memicing serta tangan yang ia lipatkan ke dalam, sang isteri menaruh kesiapan untuk menyimaknya lebih lanjut.

"Ini di mulai sejak awal tahun dua ribu enam lalu di Desa Oshika, Prefektur Nagano; Ratusan kucing mendadak jadi agresif seperti habis mengonsumsi senyawa katinona. Dan, saat ini sudah terhitung sebanyak tiga puluh empat ribu orang mulai menunjukkan gejala yang sama, seperti ... seperti delirium, atau ... euforia, tetapi menular! Kemungkinan besar akan menyebar ke seluruh Asia, dan tebak! Menteri Kesehatan mengadakan sayembara nasional bagi siapa pun yang dapat menemukan penawarnya! Gila kan!"

Sang istri tersenyum saksikan semangat suaminya yang begitu menggelora itu.

"Aku akan segera melakukan penelitian! Menemukan penawarnya dan memenangkan hadiahnya! Hahahaha."

----

CHAPTER XIV (TERAKHIR) : SAAT-SAAT ANAGNORISIS

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER XIV (TERAKHIR) : SAAT-SAAT ANAGNORISIS

Sebuah kapak pemotong kayu memohon agar pohon dapat memberinya gagang.
Dan pohon pun memberikannya.
(Rabindranath Tagore dalam Stray Birds, LXXI)

.

5 Mei 2012, 02:18 Malam
Halaman Depan Emergency Exit (Sebelum kedatangan J.S.O.C. dan Letnan Jendral Wallace BlackBurn)
Mengalir dingin darahnya. Percayalah, kalian belum pernah melihat mimik kesuraman dalam wajah seseorang hingga sepekat ini. Tiada bahkan filsafat atau logika apa pun bahkan mampu untuk menjelaskannya. Sebut saja keempat Yokai terkuat seperti; Nurarihyon, Tamamo-no-Mae, Shuten douji, hingga Kaisar Sutoku, sungguh tak terbantahkan! Niscaya bergidik bulu kuduk mereka walau hanya dengan sesaat mendengar desir langkah kaki milik Krei saat ini.

[TERBIT] Krei and the Night of Massacre (Krei dan Malam Pembantaian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang