CHAPTER II : PEROSOTAN MERAH DAN BUKU HARIAN UMEKO

206 46 6
                                    

Sebuah kecelakaan. Namun, beberapa sudut pandang menyebutnya sebagai kelalaian. Pada tahun seribu sembilan ratus sembilan puluh satu, seorang pria ditugaskan untuk membersihkan fasilitas bermain sebuah taman kanak-kanak di distrik Higashioizumi, Nerima, Tokyo.

Waktu pembersihan yang berdekatan dengan jam istirahat menyebabkan seorang anak laki-laki berusia lima tahun meninggal dunia usai jatuh terpeleset dari perosotan fiber berwarna merah dengan tangga besi galvanis setinggi dua meter yang pada saat itu kebetulan masih berada dalam kondisi basah. Fatalnya, anak itu sempat berpegangan pada perosotan yang rupanya justru ikut terbawa jatuh dan menimpa kepalanya sampai mengalami pendarahan otak.

Beberapa hari seusai peristiwa memilukan tersebut, ragam kejadian mengerikan lainnya kerap kali bermunculan. Mulai dari jasad seorang murid yang entah bagaimana di temukan dalam kondisi leher terikat pada rantai ayunan, hingga aroma anyir dari mayat salah seorang murid di gudang penyimpanan alat kebersihan yang sudah berada dalam kondisi kulit menghijau serta dikerumuni semut dan belatung.

Berdiri sejak tahun seribu sembilan ratus lima puluh empat, taman kanak-kanak Mizuho pun pada akhirnya terpaksa berhenti beroperasi usai tercatat mengalami delapan kasus kematian janggal secara berturut-turut. Dan para penduduk setempat percaya, kutukan roh penuh dendam merupakan dalang dibalik itu semua. Hingga kini, Taman Kanak-Kanak Mizuho—atau Youchien Chimamire—menjadi salah satu cerita rakyat yang cukup terkenal di telinga para penduduk Nerima.

🌙

Angin berembus cukup kencang, cakrawala kelabu sembunyikan lingkar cahaya sang rembulan. Begitu suram. Bahkan, lampu-lampu penerang jalan pun tertidur nyenyak walau beberapa masih mampu berkedip—justru semakin menyempurnakan atmosfer kecekaman. Krei mengarahkan sorot senternya pada ransel di punggung Hitomi, "Kau kenapa bawa-bawa tas segala?" Kemudian kembali memperhatikan sekitar, "Kayak mau piknik."

"Aku bawa laptop dan tiga macam kamera," jawab Hitomi, kemudian berimbuh untuk sertakan penjelasan sebelum Krei bahkan memberinya kalimat tanya—padahal tak terlintas sekelibat pun rasa ingin tahu di dalam kepala hingga ke batin anak laki-laki itu. Jouska yang terlampau bisu dan sunyi.  "Yang kau pegang itu berlaku sebagai kamera utama. Di tasku ada satu kamera thermal untuk menangkap perbedaan suhu, dan satu kamera Statis untuk ditempatkan pada satu titik paling berpotensi terjadi aktivitas astral—kau tahu, taman bermainnya—dan akan merekam secara terus-menerus selagi kita menjelajahi bagian dalam bangunan. Semua yang terekam ditransmisi langsung ke dalam laptop dan akan tersimpan di dalam hard drive. Aku juga punya perekam suara analog untuk menangkap frekuensi yang tidak mampu tertangkap telinga. Dan tentu saja—yang paling klise; EMF Meter. Kalau kau suka nonton film horor kau pasti tahu apa fungsinya."

Krei mengangguk tanpa makna, kembali perhatikan sekeliling sambil terus mengikuti jejak Hitomi di tengah gelapnya perumahan tak berpenghuni—Akiya—pada distrik Higashioizumi, menuju bangunan taman kanak-kanak Mizuho. "Baiklah, persiapkan dirimu!" Titah Hitomi sesampainya mereka berada tepat di hadapan gerbang.

"Cepat selesaikan, sudah mendung. Aku tak nyaman berada di luar rumah pukul dua malam seperti ini, terlebih di tempat yang tidak seharusnya dikunjungi manusia waras."

"Baiklah," balas Hitomi—sedikit merapikan rambut, hadapkan diri pada lensa kamera dalam posisi membelakangi bangunan taman kanak-kanak—dan mulai bermonolog; "Sebuah kecelakaan, namun beberapa sudut pandang menyebutnya sebagai kelalaian. Malam ini, Jumat, tiga belas April tahun dua ribu dua belas, pukul satu lewat lima puluh delapan menit. Aku, Hitomi Kamamoto, kembali melakukan eksplorasi tempat angker pada lokasi terlahirnya cerita rakyat Youchien Chimamire demi mendapatkan bukti-bukti rekaman gambar atau pun audio dari eksistensi roh penuh dendam seorang anak yang menjadi korban kelalaian pihak taman kanak-kanak pada tahun seribu sembilan ratus sembilan puluh satu silam. Langsung saja kita masuk agar rasa penasaran kita cepat terbayarkan."

[TERBIT] Krei and the Night of Massacre (Krei dan Malam Pembantaian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang