CURATOR'S ANNOTATION

335 55 23
                                    

Sebagai seorang melankolis, fanatisme saya terhadap kisah-kisah bernuansa angst terbilang sangatlah besar. Rasa cemas, rasa takut, rasa sakit, keputusasaan dan kesedihan yang berbuih-buih, umpama indah kepakan sayap kupu-kupu muda dengan diri kita sebagai kepompongnya. Saya merasakannya begitu dalam merasuki tulang. Teror dan rasa jijik, jantung menggebu-gebu, hingar-bingar, riuh rendah yang dihasilkan, berbaur dan saling bertatap muka, berbincang dan saling mengilhami, bertengkar dan hancur, melebur dan bersatu-padu kembali, bermesra ria, bercinta hingga lahirlah organ-organ tubuh sebuah karya sastra nan fantastis. Seperti yang satu ini;

Walau pun, menurut Saya pribadi, sub-genre yang diangkat oleh kisah ini agak sulit untuk diproses oleh jiwa-jiwa konvensional, tetapi horor psikologis adalah rumah bagi orang-orang berotak miring yang isi pikirannya terlampau ribut, ruwet, berisik...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Walau pun, menurut Saya pribadi, sub-genre yang diangkat oleh kisah ini agak sulit untuk diproses oleh jiwa-jiwa konvensional, tetapi horor psikologis adalah rumah bagi orang-orang berotak miring yang isi pikirannya terlampau ribut, ruwet, berisik, dan arogan. Oh, Saya bahkan tidak sedang mencoba untuk mendramatisir, kau mungkin baru akan memahami ketika semuanya sudah terlambat.

Krei and the Night of Massacre seperti ditulis oleh orang sinting yang baru saja menenggak obat bius. Dibuat bukan sekadar untuk menakuti, namun memberi perasaan resah, mengacak-acak pikiran, mengganggu kondisi mental serta emosional para pembacanya. Jadi saya harap kalian sudah mempersiapkan diri.

Di sini, penulis mencoba untuk mengangkat etiologi PTSD, yakni salah satu dari multifaktorial pemicu patologi kejiwaan yang paling luas, yaitu; depresi—si pendongeng dan penipu yang begitu ulung.

PTSD—atau gangguan stres pascatrauma—merupakan bentuk kegagalan untuk pulih setelah mengalami mau pun sekadar hanya menyaksikan peristiwa traumatis di masa lalu—seperti; selamat dari bencana alam, sekembalinya prajurit dari peperangan, hingga korban pelecehan seksual.

Lewat diri sosok Krei Callaghan, pembaca diharapkan untuk mampu dengan sendiri merasakan serta memahami makna PTSD sebagai salah satu faktor yang memicu seseorang mengalami gangguan mental depresi. Hal ini berkenaan dengan minimnya pemahaman banyak orang yang justru meremehkan seolah hanya dengan jentikan jari penuh rasa sabar kondisi tersebut dapat hilang begitu saja.

Selamat datang di taman pustaka Saya.

Dan siapa Saya? Saya punya cukup banyak nama sepertihalnya jumlah cara manusia mati. Saya sang Medium, Raconteur, Spinner of Yarns, Griot, seorang Curator sekaligus pembimbing kalian sepanjang berjalannya kisah karya Nicky Bayu Prasetya ini.

Saya Letnan Jenderal Wallace BlackBurn.

Kita bicara lagi nanti. Saya harap.

 Saya harap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(22/8/23)

[TERBIT] Krei and the Night of Massacre (Krei dan Malam Pembantaian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang