- Part 11 -

161 24 24
                                    

Yuna POV

" Apa Mom merasakan kalau unnie bertingkah aneh akhir-akhir ini?" Tanyaku pada Mom saat aku melihat Mom sedang memanggang kue. Mom balas menatapku dan mengerutkan alisnya.

"Apa maksudmu?"

"Apa Mom tahu, unnie tiba-tiba memutuskan untuk menjual galeri seninya." jawabku.

"Dia apa ?!"

Mom tiba-tiba berseru membuatku tersentak di kursi tempatku duduk.

"Tapi bukankah galeri itu properti yang dia miliki bersama Haechan?" Tanya Mom ketika dia duduk di bangku sampingku.

"Ya, dan selama dua tahun terakhir unnie selalu mengunjungi galeri seni itu karena menurut unnie, galeri itu mengingatkannya dengan Haechan oppa." aku menjelaskan.

"Ommooo...aku mengingat sesuatu yang aneh juga." kata Mom. Aku mengangkat alis menatapnya.

"Beberapa hari yang lalu, unniemu menelepon dan bertanya apa aku bisa mengajari dia cara memasak." tambah Mom.

" Apa?! Unnie tidak pernah suka memasak bahkan ketika Haechan oppa ingin dia memasak untuknya. Ya Tuhan!"

"Kenapa dia ingin memasak? ... omo ... mungkin dia punya pacar?"  Mom berspekulasi.

“Mom, aku juga berpikir begitu karena menurut sekretarisnya, ada seorang pria datang menjemput unnie dua minggu yang lalu.” aku memberitahu Mom.

"Jinjja? Apakah pria itu tampan? Apa kau mengetahui namanya? ”

Mom bertanya dengan bersemangat. Aku hanya menggelengkan kepala.

"Apa? Dia tidak tampan? "Tanya Mom lagi.

"Aku tidak tahu Mom. Pria itu tidak kembali setelah malam itu dan mereka tidak tahu namanya, tapi mereka semua mengatakan pria itu sangat tampan dan terlihat sangat berpendidikan. ”aku menjelaskan.

"Mungkin seorang pelamar pekerjaan?" Tanya Mom dan aku hanya mengangkat bahu.

"Jiika unnimu mulai dekat dengan pria lain lagi, berarti unniemu siap berkencan lagi. bukankah begitu? " Mom berspekulasi lagi.

"Mom, aku tidak suka dengan perkataan Mom sekarang. Mom pasti merencanakan sesuatu dalam pikiran Mom itu. ”

Mom hanya tersenyum kepadaku dan mulai sibuk dengan ponselnya.

***

Jeno POV

"Aku sudah memberitahumu Jun, tidak ada yang terjadi di antara kita."

Ini sudah ketiga kalinya aku mengatakan kalimat itu tetapi Renjun masih tidak akan percaya.

"Percayai apa pun yang ingin kau percayai, aku tidak peduli!!" kataku akhirnya menyerah mengangkat tangan di udara.

"Wow, Ryujin pernah mengatakan hal yang sama persis kepada Haechan saat itu." kata Renjun sambil bertepuk tangan perlahan.

Aku menggelengkan kepalaku mencoba menahan emosiku yang mendidih.

"Oke, karena sepertinya kau benar-benar marah padaku sekarang, aku akan meninggalkanmu kalau begitu." Renjun berdiri dari kursi tempat dia duduk.

“Ya, pergi dan tinggalkan aku sendiri. Kau merusak moodku.” aku mengusirnya.

Renjun hanya tersenyum dan berjalan menuju pintu keluar ruanganku tapi dia berhenti di tengah jalan lalu menatapku.

"Apa?"

Aku melontarkan pertanyaan pada dia sebelum dia bisa mengatakan sesuatu.

"Gadis-gadis itu akan pergi ke Jeju, apa kau ingin ikut?" Tanyanya.

You Are My Destiny | JenRyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang