- Part 15 ⚠️ -

433 30 56
                                    

Ryujin POV

Aku tidak berpikir aku akan bertahan menjadi Dokter hanya dalam sehari. Hanya melihat Heejin dilarikan ke rumah sakit membuatku sangat ketakutan, apalagi jika aku yang menanganinya?

Sekarang, aku berusaha menenangkan diri didalam ruangan Jeno. Sudah hampir dua jam sejak Jeno mengatakan kepadaku untuk menunggunya di sini untuk membicarakan hal-hal yang belum kita selesaikan.

Aku awalnya tidak ingin berbicara dengannya setelah pertengkaran kita sore tadi, tapi aku berpikir aku tidak bisa mengemudi dalam kondisi aku sekarang. Jadi, aku mengiyakan tawarannya untuk menunggunya di ruangannya sementara Jeno memeriksa Heejin.

Tapi, bukankah ini terasa aneh. Aku tidak menyangka Jeno akan sepanik itu. Maksudku, Jeno sudah biasa melihat pasien yang mungkin jauh lebih parah keadaanya daripada Heejin tapi kenapa dia masih merasa panik seperti beberapa saat yang lalu? Apa karena kali ini dia mengenal pasiennya??

Ya, mungkin karena itu..

Selama aku menunggu dia, aku memutuskan untuk berkeliling ruangannya dan melihat-lihat isi ruangannya. Jeno banyak memiliki sertifikat yang dipajang di dinding. Dia memang pintar, harus aku akui itu. Sejak kita di sekolah menengah Jeno selalu memiliki prestasi.

Jeno juga memajang foto keluarganya, Paman & Bibi Jessica duduk, Jeno berdiri di belakang orang tuanya sementara empat Noonanya berdiri di kedua sisinya. Aku harus mengatakan ketampanannya menurun dari Ayahnya.

Jeno juga memiliki foto dirinya yang di cetak besar yang menggambarkan sikapnya yang dingin dan berwibawa. Dia juga mempunyai beberapa bingkai foto juga yang berisi foto dirinya dengan Jaemin, Renjun dan Eric. Mereka bertiga terlihat sangat tampan di foto-foto mereka di masa lalu dan selalu Jaemin yang berada di tengah, well, harus seperti itu karena dalam kebanyakan foto Renjun dan Jeno selalu memberikan aura dingin sementara Jaemin seperti matahari yang bahagia. Mungkin ini alasan kenapa para perawat mengira Jeno gay. Karena tidak ada foto seorang gadis selain Noonanya.

Jadi, Jeno memang tidak memiliki seorang gadis yang dekat dengannya selain Noonanya?

Apa Jeno tidak pernah mempunyai pacar sebelum aku jadi pacarnya?

Tapi, bagaimana Jeno bisa begitu baik dan berpengalaman jika dia tidak pernah punya pacar?

Tunggu...Apakah aku baru saja menganggap diriku sebagai pacarnya?

Aku menggelengkan kepalaku untuk menghapus pemikiran yang aku pikirkan.

Aku terus melihat-lihat ruangannya, ketika tiba-tiba aku melihat wajah yang sangat aku rindukan di salah satu bingkai foto.

Foto itu diambil ketika mereka masih Senior High School. Aku ingat sekali karena kita bertengkar hari itu. Kita berdebat karena dia mengecat rambutnya tanpa memberi tahuku, meskipun aku benci mengakui bahwa warna rambut barunya cocok untuknya.

Aku tersenyum melihat Haechan, dia terlihat begitu tampan dalam foto itu. Untuk beberapa alasan, melihat foto Haechan lagi terasa sangat aneh bagiku. Aku tidak bisa menjelaskan emosi apa yang aku rasakan saat ini.

Ya, aku bisa merasakan bahwa aku sangat merindukannya, tapi rasa itu tidak sama dengan sebelumnya di mana aku masih mengharapkan dia kembali dan mendatangi ataupun selalu mengingat segala sesuatu yang aku rasa mengingatkanku dengan Haechan, yang membuatku merasa dekat dengannya, tapi sekarang saat aku melihat wajahnya lagi terasa berbeda bagiku.

Sebenarnya ada dua foto Haechan yang Jeno pasang di bingkai. Yang satu mungkin diambil saat mereka berkumpul bersama karena mereka berada di kamar. Haechan terlihat seperti anak kecil dengan ekspresi terkejut seperti itu. Aku tersenyum melihat betapa lucunya Haechan. Tapi kemudian aku melihat Jeno di foto itu dia terlihat asik melihat ponselnya, dengan ekspresi yang sangat serius di wajahnya.

You Are My Destiny | JenRyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang