Ryujin POV
Saat ini aku sedang memainkan pasir dengan kakiku. Kita baru saja selesai makan malam, Heejin tidak bergabung dengan kita. Jadi Shuhua dan aku membawakan makanan untuk Heejin ke kamarnya.
Kita sempat mengobrol sedikit, Shuhua dan aku menghindari bertanya kepadanya mengapa dia bertengkar dengan Jaemin.
Sekarang aku bisa mendengar suara musik dari pesta yang jauhnya beberapa meter dari tempat aku berada sekarang. Heejin dan aku tetap berada di vila sementara yang lain pergi ke pesta, aku tidak ingin pergi ke pesta dan mengatakan kepada mereka bahwa aku ingin tinggal bersama Heejin.
Aku kira Jaemin tidak pergi juga, tapi lihat saat ini dia tidak ada di vila. Jeno ingin tinggal di vila juga tapi aku memaksanya untuk pergi bersama yang lain.
Aku memang sedikit menghindari Jeno. Aku kewalahan dengan kehadirannya, terganggu oleh reaksinya, bingung dengan sikapnya dan ingin tahu tentang cinta pertamanya.
Aku takut apa pun yang aku katakan kepada Jeno tentang sesuatu yang membuat aku penasaran akan membuat hubungan kita memburuk dan akan membuat hal-hal canggung terjadi di antara kita berdua. Dan aku juga tidak tahu apa yang harus aku lakukan jika aku mengetahui siapa cinta pertamanya.
Aku tidak bisa sepenuhnya menjelaskan apa yang aku rasakan saat ini. Aku merasa cemas sekaligus marah, kecewa, dan tidak percaya diri. Aku merasakan sesak di dadaku.
Aku duduk di tepi pantai, sudah jam 8 malam dan rasa kantuk belum datang. Angin terasa dingin di kulitku. Tapi aku menikmati angin sepoi-sepoi menerpa tubuhku, sampai tiba-tiba aku merasakan kehangatan selimut di pundakku.
"Kau tidak boleh sendirian di sini dalam cuaca dingin."
Aku mendongak ke atas dan melihat Renjun yang meletakkan selimut di pundakku. Renjun juga memegang sekaleng coke. Aku membungkus selimut di tubuhku dan berterima kasih padanya. Dia hanya mengangguk dan duduk di sampingku.
"Dimana yang lain?" Tanyaku memecah kesunyian di antara kita.
"Masih di pesta." jawabnya singkat.
Aku dan Renjun tidak pernah banyak bicara sebelumnya. Waktu di restoran, itu mungkin yang terpanjang dan paling serius yang pernah kita obrolkan. Aku tahu sedikit tentang dia dari Haechan.
"Bagaimana kabarmu Jin?" Tanya Renjun setelah menyesap minumannya.
"Aku baik-baik saja." jawabku. Dan dia menganggukkan kepalanya sebelum bertanya lagi padaku.
"Bagaimana dengan Jeno?"
Tiba-tiba aku merasakan jantungku berdebar kencang mendengar namanya. Salah satu alasan mengapa aku tidak ingin berbicara banyak dengan Renjun karena dia tahu terlalu banyak tentang aku dan Jeno.
Renjun mungkin tahu apa yang sebenarnya terjadi antara aku dan Jeno. Dan rasanya canggung untuk berbicara dengan sepupu dari mantan tunanganku tentang pacar aku saat ini.
"Dia juga baik-baik saja ... Aku rasa."
Renjun hanya menggumamkan "Hmmm.." sebagai respon atas jawabanku. Keheningan kemudian menyelimuti kita berdua lagi.
Lalu sebuah ide muncul di benakku.
Tapi, apa menguntungkan bagiku untuk bertanya kepada Renjun? Dari semua orang kenapa harus Renjun? Tapi aku tidak bisa menahan rasa ingin tahuku tentang hal itu."Jun... bolehkah aku bertanya padamu?"
"Hmmm?"
Renjun tersenyum menggoda kepadaku. Dan aku menyesal mengatakan itu, jadi aku berkata, "ahh...tidak apa-apa, aku tidak jadi." aku memalingkan muka darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Destiny | JenRyu
Fanfiction"Tidak ada lagi kita, Ryui." . "Buang cincin itu!" . "Ryui, pernikahannya batal! Tidak ada lagi kita!! " . "Aku mencintaimu, Shin Ryujin." . "Bohong jika aku mengatakan aku tidak mencintai Ryujin karena perasaanku padanya lebih dari cinta. Karena ji...