Bab 28. Last Day of Revenge

376 77 17
                                    

Seorang pria digantung dengan posisi terbalik, di mana salah satu kakinya diikat dengan rantai dan kaki satunya dibiarkan menjuntai ke bawah seperti kepalanya. Pria itu sudah terlihat tak berdaya, sebab dua peluru dibiarkan tetap bersarang di perutnya. Dialah Andreas Allister yang Launa biarkan hidup untuk membuatnya menderita.

Byur!

Logan mengguyurkan air ke wajah Andreas dengan sekali ayunan dalam ember kecil. Andreas pun terbangun, namun belum sepenuhnya sadar. Dia melihat wajah-wajah dalam posisi terbalik yang sedang tersenyum jahat. Saat menyadari tubuhnya terikat, dia berusaha berontak, namun tidak ada hasilnya. Malah rasanya makin sakit.

"Ck. Ck. Ck. Berhenti menyakiti diri sendiri, sayang." Launa tersenyum.

"Aku akan membunuhmu." Andreas berkata lirih, bahkan tidak memiliki tenaga untuk memaki.

"Lakukanlah, aku di sini."

Andreas terpancing untuk menggapai Launa, namun tak kunjung berhasil. Malah, tubuhnya makin terayun dan itu sangat menyakitkan. Setelah lelah tubuhnya terkulai lemas, makiannya terdengar tidak jelas.

"Sekarang, giliranku." Launa dengan ekspresi seperti iblis mengambil cambuk, lalu berputar-putar di antara tubuh Andreas.

"Kau tahu tempat ini dipersiapkan oleh siapa?" tanya Launa berhenti di depan Andreas. "Axton, laki-laki yang sudah kau renggut nyawanya."

"Kau benar, kami memang memiliki hubungan di belakangmu. Kami selalu bercinta di kamar tidurmu."

Andreas mengerang.

Launa tertawa. "Ini untuk Axton!!" Cambukan keras mendarat di tubuh Andreas.

Andreas memekik seiring cambukan Launa yang makin menggila. Wanita itu meluapkan kesedihannya karena kehilangan Axton dengan menyakiti Andreas sesakit-sakitnya.

Selama hampir lima menit Andreas dirajam oleh kesakitan yang teramat pedih hingga tubuhnya dipenuhi goresan luka. Dia tidak lagi berteriak, rasa sakit itu telah menyatu.

Logan menurunkan rantai yang mengikat kaki Andreas, pria itu pun terbaring tak berdaya di lantai dalam posisi tengkurap. Sekujur tubuhnya dipenuhi luka cambuk yang mulai berdarah.

Dan Launa belum selesai.

"Aku ingin memberitahumu sesuatu yang mungkin akan terdengar buruk di telingamu." Launa berjongkok di depan Andreas. "Selama ini bukan aku yang tidur denganmu, melainkan wanita lain. Aku sengaja membuatmu mabuk dan memberi obat tidur pada minumanmu agar kau tidak menyadarinya."

Launa menarik rambut Andreas hingga pria itu mendongak. "Kau pikir aku sudi bercinta denganmu?!" teriaknya.

Andreas membuka matanya dengan susah payah. Dia mengucapkan sesuatu yang tidak jelas, sudah pasti sebuah makian.

"Ada satu rahasia lagi yang tidak kau ketahui, Andreas. Aku bukan istrimu, aku bukan wanita yang sama dengan yang kau bunuh bersama keluargamu saat itu." Launa menarik rambut Andreas lebih tinggi sehingga pria itu bisa melihatnya. "Aku memiliki saudara kembar bernama Laura. Kau menikahi saudaraku, bukan aku. Wanita yang kau dan keluargamu bunuh malam itu bukan aku, tetapi saudaraku Laura."

Andreas tampak terkejut, namun tidak bisa mengatakan apa-apa.

"Kalian begitu bodoh percaya wanita yang sudah mati bisa hidup kembali." Launa menggeleng. "Dan kalian tidak pernah tahu kalau aku datang untuk membalas dendam."

Launa lantas berdiri. "Bukankah kau sangat suka berhubungan seks? Itu sebabnya kau berselingkuh di malam pertamamu dengan saudaraku." Dia kembali duduk dan berbisik, "Now, I will give you pleasure on your last day alive."

Pricilla datang bersama lima orang pria berpakaian wanita yang tampak seperti memiliki kelainan seksual dan sangat buas. Melihat Andreas seperti itu membuat mereka menyeringai tidak sabar, seolah ingin segera menerkamnya. "Mereka sudah siap," ucapnya.

Andreas menggeleng dalam lemahnya. "Bunuh saja aku. Kau bunuh saja aku," lirihnya.

Launa tertawa. "Tenang saja, mereka akan mengantarmu ke neraka dalam kenikmatan yang tidak pernah bisa kau bayangkan," ucap Launa.

Logan dan Pricilla saling rangkul dan tersenyum jahat.

"Guys, lakukan sebaik mungkin agar dia menikmatinya," suruh Launa.

Seketika itu juga kelima pria aneh itu berlari mendekati Andreas. Terakhir kalinya Andreas berteriak, namun Launa tetap melangkah pergi dari sana. Dia tidak peduli sekeras apapun teriakan Andreas, ini sebanding dengan kejahatan yang dia lakukan pada Laura, kakek Vince dan Axton.

***

Sudah cukup lama Launa duduk di tepi jurang, mengamati air yang berlomba-lomba membentur karang di bawah sana. Dia masih berharap bisa melihat Axton, meski kenyataan itu terasa mustahil. Sudah tujuh hari sejak pria itu jatuh ke bawah sana, bahkan tim penyelamat menyerah mencarinya. Sama halnya seperti Laura, yang menghilang begitu saja bersama dinginnya air.

"Nyonya Launa, sudah waktunya." Lima orang polisi wanita sejak tadi sudah menunggu.

Hari ini, Launa resmi ditahan untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatannya. Dia tidak menyangkal kejatahan apapun yang dilakukan, namun juga tidak membawa-bawa nama Logan dan Pricilla. Paman dan Bibinya itu Launa minta untuk menjaga Aaron dan Rebecca yang tidak punya siapapun lagi di dunia ini.

Launa berdiri. Dia pasrah saat tangannya diborgol, lalu dibawa ke mobil polisi. Dia menoleh lekat pada tebing jurang itu, sampai pandangannya hanya diisi oleh hutan yang rimbun.

Launa akan menanggungnya sendiri. Dia sudah cukup puas semua dendam telah dibalaskan. Sekarang yang akan Ia lakukan adalah mengenang Axton selamanya di dalam hatinya, bersama dinginnya penjara.

I miss you, Axton Allister.

***

Epilog-nya baru aku update kalau komennya udah mencapai 500.

Soalnya kalau langsung ditamatin, kebiasaan langsung pergi gak ninggalin jejak.

Ayo ramaikan...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love, Money and RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang