Bab 11. Masa Lalu Launa

536 76 1
                                    

"Kenapa kau bertukar peran dengan Laura?" Axton sepertinya bertanya bukan karena dia tidak tahu, namun justru ingin memberitahu kalau dia sudah tahu rahasia Launa.

"Apa maksudmu?" Launa mulai resah.

"Aku sudah menceritakan semuanya padamu. Kau tidak mempercayaiku? Bukankah untuk menjadi partner in crime, kita tidak boleh menyimpan rahasia?" Axton terkekeh.

"Sejauh apa informasi yang sudah kau dapatkan tentangku?" tanya Launa penasaran.

"Aku tahu Launa dan Laura adalah saudara kembar. Saat berusia lima tahun kalian hidup terpisah setelah Ibu kalian tiada. Launa diasuh oleh kakek Vince, sementara Laura tinggal bersama Bibi Pricilla."

Launa menatap Axton dengan serius. "Lalu apalagi yang kau ketahui?" Dia tidak menyangka Axton benar-benar tahu segalanya.

"Entah bagaimana, kau dan Laura bertukar peran. Kau yang seharusnya menikah dengan Andreas, tapi Laura yang menggantikanmu. I am right?" Satu alis Axton terangkat.

Launa merasa sudah ditelanjangi oleh Axton. Tidak ada lagi yang tidak pria itu ketahui tentang dirinya. Bila Axton saja bisa dengan mudah mendapat informasi seperti ini, bagaimana bila Andreas juga mengetahuinya?

"Kau tenang saja, hanya aku yang mengetahui ini dan aku tidak berniat memberitahu siapapun. Aku cukup pandai menjaga rahasia," ucap Axton seolah bisa membaca pikiran Launa.

"Tapi bagaimana kau bisa semudah ini mendapatkan informasi yang bahkan keluarga kami saja tidak ada yang tahu kalau Laura masih hidup?" tanya Launa tidak habis pikir.

"Kakek Vince," jawab Axton.

Laura terlihat shock, tapi juga bingung. "Kau pernah bertemu dengan kakekku?"

Axton mengangguk. "Ada satu rahasia yang sebenarnya hanya grandpa dan Kakek Vince yang simpan. Namun saat sadar kematiannya sudah dekat, grandpa memberitahuku rahasia ini. Aku juga sudah bertemu dengan kakek Vince secara rahasia bersama grandpa dan mereka menceritakan segalanya," beritahunya.

"Rahasia apa?"

"Grandpa dan Kakek Vince berencana menikahkanku dengan Laura setelah pernikahan Andreas denganmu. Tapi sayangnya rencana itu tidak sempat terwujud karena grandpa dan Kakek Vince sudah meninggal."

Launa menutup mulutnya dengan telapak tangan, benar-benar terkejut. Dia bahkan tidak tahu tentang ini sama sekali. Kakeknya tidak pernah sekalipun membahasnya. Kalau sudah begini apalagi yang harus dia rahasiakan dari Axton?

"Kau pasti sangat terkejut." Axton memahaminya. "Tapi kalau kau mau buktinya, aku menyimpannya. Untuk berjaga-jaga, grandpa telah merekam pertemuan itu sebagai bukti bahwa aku dan Laura memang dijodohkan."

Launa sempat termenung beberapa saat, mengingat bagaimana masa lalunya ...

"Saat itu untuk menyelamatkan kami berdua dari kebrutalan Ayah, kakek terpaksa memisahkan kami dengan mengatakan kalau Laura sudah tiada. Laura tinggal di tempat yang jauh bersama Bibi Pricill, kami hanya bisa berkomunikasi lewat telepon karena takut rahasia itu terbongkar." Launa mulai menceritakan segalanya.

Karena tidak tahan dengan sifat Carlos yang selalu mabuk-mabukan dan kasar, Diana memutuskan untuk bercerai. Namun saat itu Carlos tidak setuju hingga mengancam akan membunuh salah satu putri kembar mereka. Demi mencegah hal ini terjadi, Kakek Vince yang merupakan Ayah kandung Carlos mengatur rencana bahwa Diana membawa kabur Laura, namun meninggal dalam kecelakaan agar Carlos tidak lagi menemukan mereka. Diana terpaksa setuju, karena memang tidak mungkin untuk kondisinya saat itu membawa dua bayi kembarnya. Namun lambat laun, kesehatan Diana memburuk dan tak lama setelah itu dia tiada. Laura pun diasuh oleh adik Diana, yaitu Pricilla yang akhirnya menikah dengan Logan.

"Aku dan Laura memang kembar, tapi karakter kami sangat jauh berbeda. Aku sudah tidak bisa percaya pada komitmen sejak Ibu berselingkuh dan Ayah membunuhnya. Tapi Laura selalu melihat dari sudut pandang yang dewasa dan dia ingin sekali menikah. Itu sebabnya saat Kakek menjodohkanku dengan Andreas, aku mengajak Laura untuk bertukar peran dan dia menyetujuinya. Dia menggantikanku menjadi Launa, calon istri Andreas."

"Itu artinya ..."

Launa mengangguk, "Wanita yang sudah mereka bunuh adalah Laura." Dia mulai terlihat emosi. "Aku benar-benar sudah menjebak Laura. Kalau bukan karena aku minta Laura menggantikanku, pasti dia tidak akan ..." Launa menangis.

Axton memeluk Launa. "Ini bukan salahmu, takdir yang memilih Laura."

Perlahan, tubuh Launa menjadi rileks dan ini pertama kalinya dia merasa mampu menenangkan diri dengan cepat di saat kendali dirinya terlepas. Pelukan Axton terasa nyaman.

"Kau pasti menyalahkanku juga, kan? Aku sudah membuatmu kehilangan Laura," isak Launa.

"Kau ingin tahu satu rahasia lagi?"

Keduanya melepaskan pelukan untuk saling menatap kembali.

"Saat mengetahui rencana itu, aku diam-diam mencaritahu siapa kalian. Aku hanya ingin melihat seperti apa wanita yang dijodohkan denganku."

"Itu artinya kau pernah melihat kami berdua sebelum ini?"

Axton mengangguk. "And you know what? Aku lebih menyukaimu, Launa. Bukannya aku tidak suka pada Laura, hanya saja ada dari dirimu yang tidak ada pada Laura. Bagaimana ya aku mengatakannya ..." Dia mencari kalimat yang tepat.

"Kau benar, karakter kalian berbeda dan aku lebih menyukai wanita yang dingin sepertimu. Sifatmu itu sangat misterius, berbeda dengan Laura yang sangat mudah ditebak." Axton tersenyum sungguh-sungguh.

Jantung Launa berdetak kencang saat Axton mengatakan itu, ditambah cara pria itu menatapnya sangat berbahaya untuk hatinya.

Axton menyentuh wajah Launa dan mengusapnya dengan lembut. "Kau tahu, saat mendengar kabar tewasnya dirimu dalam kecelakaan itu, aku sangat marah. Alasanku untuk menghancurkan mereka jadi lebih kuat, karena aku yakin kecelakaan itu hanya kamuflase," jujurnya.

"Namun saat tiba-tiba kau kembali yang seakan-akan bangkit dari kematian, aku tidak bisa mempercayainya. Itu sebabnya aku mencari tahu tentang siapa kau sebenarnya." Axton lalu tersenyum. "Maaf kalau aku harus mengatakan ini ... Aku senang Launa saat tahu ternyata yang menjadi istri Andreas saat itu bukan dirimu."

Hati Launa benar-benar sudah tersentuh sekarang, tapi dia mencoba menepisnya. Dia pun mundur dari Axton. "Kita tidak boleh mencampur urusan pribadi dengan rencana ini, Axton. Bagaimanapun tujuanku untuk membalaskan dendam Laura, aku harap kau juga fokus pada tujuanmu," ucapnya dingin.

Axton kembali berubah menjadi pria menyebalkan yang Launa benci. Cara pria itu tersenyum membuatnya selalu merasa diejek, seolah-olah apa yang dikatakannya tadi tidak benar.

"Kenapa kau tersenyum seperti itu?" tanya Launa jengkel.

Tanpa diduga, Axton memeluk pinggang Launa hingga tubuh mereka menempel.

"Axton, apa yang kau lakukan?" Launa berupaya melepaskan diri, akan tetapi kekuatan Axton tidak bisa ditandingi.

"Bibirmu mungkin pandai berbohong, tapi tidak dengan hatimu, Launa. Aku bahkan bisa merasakan detak jantungmu yang sangat kencang ini. Bukankah itu karena aku?"

"Kau sangat konyol!" Launa akhirnya berhasil melepaskan diri dari Axton. Dia dengan cepat melarikan diri dari sana.

"Hei, kita belum selesai. Bukankah kita bertemu di sini untuk membahas rencana kita?" Axton meninggikan suara.

Launa tidak peduli, dia tetap pergi dengan terburu-buru.

Axton terkekeh geli, namun kemudian menjadi datar. Maaf Launa, Aku belum bisa memberitahumu tentang perbuatan mereka pada Kakek Vince. Aku tidak ingin membuatmu sedih.

***

Vote dan komen guys, ramaikan agar tetap dilanjut.

Love, Money and RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang