Bab 13. Serbuan Wartawan

542 82 5
                                    

Pagi ini, semua orang dibuat terpana dengan penampilan Launa yang baru. Wanita itu mengenakan dress ketat berwarna merah menyala, sangat pas di tubuhnya yang ramping. Riasan di wajahnya sederhana, namun justru membuatnya sangat cantik. Ditambah sepatu hak tinggi, wanita itu terlihat lebih berkelas.

Andreas mendekati Launa. "Sayang, kau sangat ..." Dia sampai tidak bisa berkedip melihat perubahan wanita yang menyamar sebagai istrinya itu.

"Bagaimana penampilanku?" tanya Launa dengan senyum manis.

"Sangat cantik," ucap Andreas tanpa kedip.

"Itu berarti aku tidak akan membuat kau malu di L' Mode?"

Mendengar pertanyaan Launa, Nensi dan yang lainnya terkejut. Andreas belum memberitahu kalau hari ini Launa akan ikut Andreas ke L' Mode.

"Andreas, kau akan mengajak Launa ke L' Mode?" tanya Agatha.

"Iya Ibu, aku akan ikut Andreas hari ini." Launa yang menjawab, ekspresi senangnya itu membuat Andreas tak berkutik. Pria itu menunduk ditatap murka oleh nenek dan ibunya.

Tampaknya semua anggota keluarga cemas atas keputusan Andreas yang gegabah ini. Nensi pun angkat bicara, "Launa, bukankah kondisimu masih belum stabil? Dokter bilang kau harus banyak beristirahat. Sebaiknya kau di rumah saja."

"Benar, kau harus banyak beristirahat agar kondisimu pulih, sweetheart," bujuk Agatha juga.

Launa merangkul lengan Andreas, tak ingin pria itu sampai goyah. Dia tidak akan bisa pergi kalau Andreas berubah pikiran. "Grandma, Ibu aku bosan di rumah saja," rengeknya sok manja.

"Tapi, Launa ..."

"Sudahlah Ibu, tidak apa-apa. Launa akan ikut denganku. Aku yang akan menjaganya di sana," potong Andreas.

Launa diam-diam tersenyum puas.

Bila Andreas sudah memutuskan, tak ada yang bisa mencegahnya lagi. Nensi dan Agatha saling lirik, pasti ada yang akan mereka rencanakan.

"Sepertinya Andreas mulai tunduk pada istrinya," sindir Abigail sengaja ingin memanasi Agatha.

William tertawa. "Bagus Andreas," ucapnya bodoh. Dia senang bila benar Andreas tunduk pada istrinya, karena dengan begitu bukan hanya dia saja yang takut pada istri di sini.

Nensi menatap William tajam, putra bodohnya itu langsung menunduk.

"Baiklah kalau begitu. Berhati-hatilah di sana, kau harus jaga kesehatanmu, Launa. Ibu sarankan, jangan terlalu lama," ucap Agatha.

"Baik Ibu, aku akan mendengarkan nasihatmu," sahut Launa.

"Ayo kita pergi," ajak Andreas sambil merangkul lembut pundak Launa.

Launa tersenyum mengangguk.

Di tempatnya bersembunyi, Axton tersenyum senang melihat Launa berhasil dengan rencana mereka. Sekarang, gilirannya menjalankan bagiannya.

Di perjalanan menuju ke L' Mode, Launa dan Andreas duduk di kursi belakang. Sejak tadi, Andreas terus memandang Launa, sama sekali tidak berpaling bagaikan wanita itu sosok baru yang dikaguminya.

"Kenapa kau terus menatapku? Aku jadi malu," ucap Launa sok polos.

Andreas tersenyum. "Kau sangat cantik, sayang. Kenapa baru sekarang kau tunjukkan kecantikanmu ini?" Dia mengusap pipi Launa.

Launa menepis lembut tangan Andreas, berpura-pura malu. "Berarti selama ini aku tidak cantik?" rajuknya.

"Bukan begitu, sayang. Maafkan aku, selama ini aku terlalu sibuk sampai tidak memperhatikanmu." Andreas ingin memegang tangan Launa, tapi kembali ditepis.

Launa tersenyum.

Saat Andreas berniat mencium bibir merah Launa, lagi-lagi wanita itu mencoba menghindar. "Jangan di sini, aku malu pada supirmu," ucapnya sebagai alasan.

Andreas menoleh supirnya, kemudian mengesah. "Dia hanya supir, kenapa harus membuatmu malu?" Dia pun mencoba mendekati Launa lagi, akan tetapi tetap ditolak.

"Aku pikir kau akan sabar menunggu sampai aku siap," rajuk Launa.

"Hanya berciuman, kau tidak mau?" Andreas terus membujuk.

Launa menggeleng.

Andreas mengesah kecewa. "Baiklah, aku tidak akan memaksa. Kumohon, jangan terlalu lama mengabaikanku, sayang," bujuknya.

Hanya karena aku berpenampilan seperti ini, kau begitu mudah tergoda. Kau memang murahan, Andreas. Pantas saja kau lebih memilih pelacur itu dibandingkan Laura.

***

Saat Andreas dan Launa baru saja turun dari mobil, tiba-tiba wartawan menyerbu mereka berdua. Andreas yang tidak bisa lagi berkutik terpaksa meladeni mereka semua dengan memasang senyum palsu. Dia rangkul Launa bersamanya agar para pencari berita itu memotret mereka dengan baik.

"Maafkan aku. Aku tidak tahu kalau ada banyak wartawan di sini," bisik Andreas, pikirnya Launa akan merasa tidak nyaman.

Launa diam saja, namun tersenyum puas dalam hati. Kau pasti panik, kan, Andreas?

"Nyonya Launa, bagaimana perasaan anda bisa kembali dengan selamat?" tanya salah seorang wartawan.

"Saya sangat senang," jawab Launa.

"Bagaimana dengan anda Tuan Andreas?" tanya wartawan lainnya.

"Tentu saja saya senang. Pertanyaan itu sepertinya tidak perlu dilontarkan, karena kalian pasti tahu jawabannya. Saya sangat mencintai istri saya dan bersyukur sekali dia kembali setelah kejadian yang membuat saya sangat sedih itu," jawab Andreas diliputi amarah yang tertahan.

"Nyonya Launa, bagaimana akhirnya anda bisa selamat? Apakah ada yang membantu anda setelah terjatuh saat itu?"

"Di mana anda tinggal selama ini?"

"Apakah anda mengetahui penyebab kecelakaan yang menimpa anda? Itu murni sebuah kecelakaan murni atau percobaan pembunuhan seperti dugaan semua orang?"

Andreas terlihat makin gusar. "Tolong jangan bertanya hal-hal yang bisa membuat istri saya sedih, dia baru saja kembali. Dia butuh waktu," ucapnya, terpaksa harus tetap sopan meski sudah sangat emosi.

"Kalau begitu, apakah berarti L' Mode akan diserahkan pada nyonya Launa? Seperti yang anda katakan dulu kalau L' Mode bukan milik anda, itu artinya L' Mode sudah seharusnya diberikan kepada pemiliknya."

Launa cukup terkejut mendengar pertanyaan itu, tidakkah terlalu frontal? Dia yakin semua skenario ini sudah dirancang oleh Axton. Kira-kira di mana pria itu sekarang, Launa melirik ke sekitar untuk mencarinya.

"Cukup. Saya rasa cukup, istri saya harus beristirahat." Andreas langsung merangkul Launa dan dibawanya ke dalam.

Para wartawan dihadang oleh semua sekuriti yang diperintahkan oleh Andreas sehingga tidak bisa masuk mengejar keduanya.

Launa diam-diam tersenyum. Andreas pasti sangat kesal sekarang. "Kau terganggu dengan pertanyaan mereka? Kulihat kau sangat kesal," tanyanya polos.

"Tidak, aku tidak kesal. Aku hanya mengkhawatirkan keadaanmu. Kau pasti belum siap menjawab semua pertanyaan mereka, jadi aku berusaha melindungimu," jawab Andreas.

"Kau sangat mengerti isi hatiku. Aku senang sekali." Launa merangkul lengan Andreas.

"Tentu sayang, sejak dulu aku selalu memahamimu." Andreas memegang tangan Launa.

Senyum Launa berubah jadi datar saat Andreas tidak menatapnya lagi.

***

Next, bakalan ada adegan panas Launa dan Axton.

Skip jangan nih?

Love, Money and RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang