75

3.3K 103 0
                                    

Tandai typo!

***

POV Layla

"Hiks... lepasin aku... aku gak mau...," gadis menjerit-jerit ketika seorang pria tua menyentuh tubuhnya dan merobek bajunya.

Dia Layla Avelina yang baru menginjak usia 13 tahun.

Jika tau akan berakhir seperti ini ia tidak akan ikut teman-teman pengkhianatnya yang tega menjebaknya sampai ia berada di tempat asing ini.

Pria tua itu tertawa terbahak-bahak kala melihat air mata mangsanya semakin deras. Walau masih anak-anak akan tetapi tubuh Layla sangat bagus.

"Kamu akan om puaskan," ujarnya dengan nada bergairah.

Layla pasrah dengan ini semua, bagaimana ia akan menjelaskan kepada daddy dan mommynya nanti kalau ia sudah diperkosa. Syukur-syukur kalau ia belum dibunuh setelah dilecehkan.

"Kenapa harus aku? Aku masih kecil om," suara gadis itu melemah lantaran terlalu banyak menangis dan sempat dibuat pingsan.

"Kecil? Tubuh kamu sepantaran anak remaja, sayang. Bagaimana om tidak tergiur," bisa-bisanya ia berbicara begitu pada remaja yang masih labil.

Layla semakin menjerit kesetanan karena ia sudah dibuat bugil. Pintu terbuka menampakan teman-temannya yang tersenyum mengejek.

Kamera mengarah padanya, ia berusaha menutupi tubuhnya yang terekspos sempurna tanpa sehelai benangpun.

"Hahaha, lihat wajahmu, Layla," ujar salah satu temannya.

Ketika pria itu hendak meremas benda kenyal milik Layla, pintu dibuka dengan kasar. Semua orang terkejut melihat dua orang gadis yang berbeda usia.

Tak berbicara banyak lagi, ia mengambil kamera itu lalu memukul kepala si pemilik kamera dengan brutal dan bisa dikatakan kalau kepalanya bocor dengan darah segar yang mengakir deras. Ia membanting kamera ke lantai. Teriakan heboh memenuhi ruangan.

Gadis lainnya berlari dan tanpa aba-aba menginjak wajah pria tua itu dan terjungkal ke belakang. Ia melepas jaketnya dan menutupi tubuh polos Layla yang masih bungkam.

Matanya melirik kesana kemari, lalu melepas celana seorang lelaki yang kakaknya buat pingsan dan tersisa celana pendek saja. Ia dengan susah payah memakaikan celana itu ke Layla.

Layla masih tersedu-sedu berusaha memikirkan apa yang terjadi. Siapa dua gadis yang menolongnya.

"Ingat nama kakak ya, kakak Ivy," ujar gadis yang brutal tadi dan ternyata Ivy.

Chloris mengusap bahu Layla pelan, "Aku Chloris."

Layla memeluk tubuh Ivy dan menangis dalam pelukannya. Soal orang-orang tadi, mereka sudah ditangkap oleh suruhan papanya. Dean tak mau anak-anak gadis ini dilecehkan seperti putrinya lagi, ia trauma akan hal itu.

Semenjak hari itu, Ivy sangatlah berarti dalam hidup Layla. Ivy juga disayang oleh keluarga Layla karena kejadian hari ini.

POV end

****

POV Atha

Atha berjalan-jalan sambil mengejek gadis di sampingnya yang sedari tadi cemberut.

"Lo jelek kalo cemberut kek gitu," ledeknya.

Gadis itu, Ivy menatap gemas pada sahabat laki-lakinya yang selalu saja mencari kesempatan untuk meledek dirinya. Namun, tak ayal Ivy begitu suka dekat dengan Atha.

"Gak papa jelek, pasti bakalan cantik di mata si dia," balas Ivy bersedekap dada.

Atha mengerutkan alisnya bingung. "Si dia? Cieee Vica udah punya ehem ehem ya, kasih tau om Dean ya."

"Ishh, bukan udah punya, Tha. Gue aja gak tau dia siapa, gue kan asal bicara," Ivy mencak-mencak tak terima.

"Gak mau! Gue kasih tau lm Dean, wlee," Atha menjulurkan lidahnya membuat Ivy bertambah kesal dan mengejarnya.

Kedua remaja berbeda jenis kelamin itu salong kejar-kejaran di taman yang penuh dengan penghuni. Sampai tak sadar mereka berlari memasuki hutan dekat taman.

"Atha, balik yuk," ajak Ivy yang entah mengapa ia merasa gelisah setelah memasuki hutan tersebut.

Atha melihat raut wajah gadis itu dan mengangguk. Hendak melangkah keluar tapi teriakan terdengar dari dalam hutan, jantung Ivy maupun Atha berdebar.

"Akhh! To... long!" Sayup-sayup kembali terdengar teriakan itu.

"Mau lihat?" Tawar Atha.

Ivy memberanikan diri dan menggandeng tangan Atha, ia menempel pada Atha takut jika tiba-tiba makhluk dunia lain muncul.

Ivy yang memperhatikan jalan mereka merasakan getaran tubuh Atha yang tak biasa. Ia mendonggak menatap manik mata hitam kelam milik Atha, terlihat buliran air mata menghujami pipi. Ia beralih menatap ke depan.

Dan ya, ia membulatkan matanya tak percaya. Di sana, di sebuah dahan pohon tubuh seorang gadis berusia dua tahun lebih muda dari mereka dengan tusukan pisau di perutnya, lebih mengenaskan lagi mayatnya digantung di atas pohon dengan mata melotot dan kulit pucat.

"A...dek...," Atha berlari menghampiri mayat itu, mayat itu adiknya. Mentarinya, Pelangi.

Ivy mengambil batu besar dan melempar seseorang di sana yang berusaha sembunyi. Bisa-bisanya ia bersembunyi dari insting predator Ivy.

Atha menangis sejadi-jadinya melihat keadaan Pelangi yang tak terkondisikan. Ia segera menelpon ambulans dan berbisik di telinga adiknya.

"Pelanginya kakak, jangan tinggalin abang. Kakak bakalan kabulin semua keinginan Pelangi, ya ya Pelangi harhs bertahan ya sayang, masa Pelangi ninggalin kakak," oceh Atha dengan deraian air mata.

Tangannya bergetar saat tak lagi merasakan deru napas Pelangi, jantungnya seakan sudah menyelesaikan tugasnya. Ia juga tak berani mencabut pisua di perut sang adik.

"PELANGI!! BANGUN DEK... KAKAK MAU ADEK BANGUN. PLEASE... PELANGI KESAYANGANNYA KAKAK, KAKAK MOHON," Atha meraung-raung penuh penyesalan.

Ivy menghajar lawannya dengan membabi buta mengabaikan perbedaan usia mereka yang terlampaui jauh. Dengan deraian air mata, ia membabat habis orang yang berani membunuh adik kelasnya sekaligus adik dari sahabatnya, Pelangi.

Orang-orang mulai berlarian ke tempat kejadian dan terkejut bukan main dengan keadaan korbannya. Petugas rumah sakit langsung mengambil alih tubuh dingin itu.

"JANGAN AMBIL ADEK GUE... PELANGI SAYANG BANGUN, KAKAK GAK MAU KAMU PERGI SEPERTI INI," ia kembali meraung-raung ketika mereka membawa mayat adiknya.

Ivy membawa Atha ke pelukannya, sampai saat ini ia belum memberikan pelukan seperti ini kepada selain keluarganya karena traumanya akan amsa lalu, tapi Atha pengecualian. Dia patah hati karena adiknya dibunuh secara mengenaskan.

Atha memeluk batu nisan bertuliskan Pelangi Athia binti Mahendra Sufyan dengan deraian air mata yang tak mau berhenti. Kedua orang tua Atha juga merasakan sakit teramat dalam melihat kepergian putri mereka dengan tiba-tiba. Atha akan membalas dendam pada orang-orang yang membunuh adiknya, akhirnya ia menerima ajakan Ivy untuk membuat organisasi perlindungan perempuan. Ia tak ingin Pelangi kedua dan seterusnya ada lagi.

"Dia udah tenang, Tha, ikhlasin...," ucap Ivy memeluk tubuh Atha, menepuk untuk menyalurkan ketenangan.

Siapa bilang ia tidak dekat dengan Pelangi, Pelangi yang selalu menjadi pembelanya ketika diejek Atha, Pelangi yang selalu datang mai ke rumahnya, dan Pelangi gadis kecil yang manis bagai permata berkilauan itu kini telah pergi menemui Tuhan-nya meninggalkan keluarga yang amat ia cintai.

POV end

***

Semua orang punya masa lalu yang tidak bisa dijabarkan dengan kata-kata tapi mereka berusaha untuk tetap menatap masa depan dan berani belajar dari masa lalu itu sendiri.

~Safaraxn~


Kamu milikku! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang