Albert menepuk pelan pipi Kai, sudah sampai disekolah tapi anak kecil itu belum juga membuka mata. "Adek."
"Kai, bangun. Kamu nggak mau sekolah?" Ernes turut serta membangunkan Kai, anak itu menepuk lengan Kaizar.
Kai melenguh kecil, perlahan membuka matanya. Hal pertama yang Kai lihat adalah Ernes yang menatapnya, lalu pandangannya beralih pada Albert.
"Kai kok disini?"
Tersenyum. "Kan, hari ini adek masih harus sekolah."
"Nggak mau sekolah."
"Tapi kamu udah pake seragam, ini juga udah disekolah," Sahut Ernes.
Kaizar melirik baju yang ia kenakan. Rasa lesu saat bangun tidur, dan kesal menjadi satu. Anak itu mulai terisak lirih, Ia tidak suka dipaksa.
"Jangan nangis," Albert beralih kebelakang untuk menenangkan anak kecil yang tengah merajuk.
Ernes menyumpal mulut Kai dengan botol yang dibawakan juliana tadi. "Jangan nangis, diminum dulu ... Aku tungguin."
Mata bulat milik Kai mengerjap pelan, Kai yang masih merasakan lesu bangun tidur lebih memilih menyandarkan tubuhnya sambil menghisap nipple buatan itu. Jemarinya menyangga ujung botolnya.
Tangan besar Albert mengusap sudut mata Kai. "Sekolah, ya? Nanti ayah jemput."
Ernes mengangguk mengerti, sedangkan Kai tak merespon. Menyedot susu coklat kesukaannya dengan tenang. Ingatkan Kai kalau ia tengah merajuk.
Sedangkan Albert tersenyum, ia mengerti. Mengusap surai Kai dengan lembut, sembari menunggu botol itu kosong, dan menunggu Mood anak kecil itu sedikit membaik.
Albert nampak berfikir. Rayuan apa yang bisa mengembalikan mood seorang Kaizar?
"Gimana kalo pulangnya ayah beliin mainan baru buat adek? Nanti buat main sama Kak Ernes?"
Tak ada jawaban. Kai memberian botol yang sudah kosong kepada Ernes, setelahnya, anak kecil itu menempeli Ernes. Memeluk yang lebih tua dari samping.
Kai menguap lebar, membuat Ernes langsung menutupi mulut kecil itu.
"Sekarang kita masuk kelas, ya?" Ujar Ernes sembari mengusap punggung Kai.
Mau menolak pun sudah tidak bisa. Jadi, yang Kai lakukan hanya mengangguk, menurut saja. Lagian, nanti Kai akan menagih ucapan Om ayah tadi.
Albert yang sedari tadi menyaksikan interaksi putranya dan juga kesayangannya pun tersenyum. Andai Kaizar tidak punya orang tua, sudah pasti Albert akan mengangkat Kai sebagai bungsunya. Jangan bilang-bilang pada Sena, nanti ia akan mengamuk jika tau.
Tangannya besar Albert mengusap kepala Kai dan Ernes bersamaan. Lalu memberikan kecupan hangat dikening keduanya.
"Semangat sekolahnya, nanti ayah jemput. Jangan berantem, kalo main harus sama-sama."
Kedua laki-laki kecil itu mengangguk secara bersamaan.
"Masuknya mau ayah yang anter apa kalian mau masuk sendiri?"
Ernes menjawab. "Masuk sediri aja, ayah."
"Yaudah, gih, masuk. Nanti kalian telat."
Keduanya menyalimi Albert secara bergantian, tak lupa juga meminta uang saku. Setelahnya mereka turun dari mobil putih milik Albert dan berjalan memasuki sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nawasena [Completed]
RandomKai nggak suka Mommy gendong adek bayi. Terbiasa menjadi anak kesayangan membuat Kai terbiasa. Kelembutan Mommy membuat Kai merasa kesal ketika pakdenya menitipkan dua anak yang selalu menempeli mommy. Kai cemburu Mommy, Kai tidak suka.