Kai menatap heran, meski anak itu anteng digendongan Albert, Kai tetap merasa aneh karena diajak kerumah sakit.
Memangnya, siapa yang sakit?
Kai menatap Albert dari samping. "Ayah, siapa yang sakit?"
Pria itu tak menjawab, dia hanya tersenyum dan terus mengayunkan kakinya entah menuju kemana.
"Ayah nggak jawab," Gerutu Kaizar. Anak itu melipat kedua tangannya didepan dada.
***
Dari jauh, Kai bisa melihat kedua abangnya yang berdiri didepan ruangan. Entah, Kai tidak tau. Kedua abangnya tampak lesu dan tak bernyawa.
"Abang," Kai menyapa Charli dan Maren begitu riang. Anak itu memang tak tau situasi macam apa, yang terpenting ia senang bisa melihat Charli dan Maren.
Kai berpindah ke gendongan Charli. "Abang ngapain disini?"
"Gapapa, nanti adek tau sendiri," Memejamkan kedua matanya. Charli mencium pelipis Kaizar sedikit lama. "Adek udah makan? Mau beli jajan nggak?"
"Mauuu, adek mau Ais."
"Jangan deng, tadi dia udah beli Ais. Nanti pilek kalo kebanyakan."
Kai menatap kesal Albert. Harusnya kan, diam saja. Kai merasa tak puas hanya memakan satu, ia ingin lebih.
"Mau bohongin Abang nih?"
"Enggak bohong, adek ngerasa kurang kalo cuma mam satu," Jemari kecil Kaizar memainkan kancing baju Charli.
"Satu apa? Tadi adek beli dua," Albert kembali mengadu kepada Charli. Haha, biar saja Kai terkena omelan kakaknya.
"Hm? Bohong lagi sama Abang, kan?"
Memeluk leher Charli erat, mendusal seperti anak kucing agar abangnya tidak jadi mengomel.
"Halah, caper," Maren mencibir. Meskipun mencibir, setidaknya Maren senang dengan kehadiran Kaizar. Suasana yang terasa mati kini kembali hidup.
"Maaf Abang, nggak maem dua lagi. Besok-besok tiga aja."
Mendelik. "Malah makin ngelunjak."
***
Kelima laki-laki berbeda generasi itu memutuskan memasuki sebuah ruangan.
Dari pintu mereka sudah bisa melihat seorang pria tengah berbaring diatas ranjang. Tenang dan damai dari wajahnya membuat takut Kai.
"Daddy kenapa?" Kepalanya mendongak, menatap sang kakak pertama. "Daddy capek ya? Makannya bobok disini?"
Charli tersenyum. "Iya, adek mau lebih Deket lagi?"
Diluar dugaan alam, Kaizar menggeleng cepat. "Nggak mau, adek takut."
"Kenapa takut? Itu Daddy."
"Daddy nggak gerak, adek takut, Abang."
Maren tetap diam, pemuda itu bersandar pada dinding dan tampak tenang. Maren tak mengeluarkan ekspresi apapun.
Dan Albert, pria itu menunduk menatap lantai yang terasa begitu dingin.
"Hei, jangan takut ... Ada Abang," Charli memeluk erat adik bungsunya. Kepala Kai ia sandarkan didadanya. "Jangan takut, oke?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nawasena [Completed]
RandomKai nggak suka Mommy gendong adek bayi. Terbiasa menjadi anak kesayangan membuat Kai terbiasa. Kelembutan Mommy membuat Kai merasa kesal ketika pakdenya menitipkan dua anak yang selalu menempeli mommy. Kai cemburu Mommy, Kai tidak suka.