Kai menyantap telur mata sapi dan nasi hangat dengan lahap. Apalagi tangan Juliana langsung yang menyuapkan nasi kemulutnya.
Kai menyengir lebar. "Yummy," Kai memberikan kedua ibu jarinya kearah Juliana, membuat wanita itu tertawa dibuatnya.
"Nasinya udah abis, mau nambah lagi?"
Mengangguk antusias. "Tambahin kecap juga."
"Oke, tunggu ya ganteng."
Kedua pipi bulat Kai tampak memerah, anak itu tersipu malu karena Juliana mengatakan kebenaran. Kai tau kok, dia ganteng. Tidak-tidak, jangan memuji Kai, tanpa dipuji pun Kai sudah sadar diri.
"Idih, ada yang tersipu malu," Albert membersihkan sisa nasi dipinggir mulut Kai. Pria itu tertawa geli ketika melihat semburat merah karena ucapan sang istri.
Kai memeluk Albert, menyembunyikan wajahnya didada pria itu. "Ayah, adek malu."
Tertawa kecil. "Anak ayah emang ganteng kok."
"Iya, adek tau kok," Cicit anak itu. Suara tawa Albert kembali terdengar ketika mendengar perkataan Kai. Ya ampun, gemas sekali.
"Kenapa? Kok ketawa?" Tanya Juliana sambil mendudukkan dirinya ditempat semula.
Saat akan menjawab, Telapak mungil itu menutup mulut Albert. Kedua mata bulatnya melotot tajam, seakan mengatakan 'jangan bilangin bunda'. Hal itu kembali membuat Albert tertawa gemas.
"Kenapa sih, dek? Kok mulut ayah ditutupin gitu."
Kai menerima suapan. Sembari mengunyah, anak itu menjawab. "Ayah nakal."
"Kok jadi ayah?"
"Adek nggak mau sama ayah."
Mengusap sudut bibir Kai. "Dimakan dulu, nanti lagi ngomongnya. Nanti keselek."
Kaizar mengangguk, anak itu duduk anteng dihadapan Juliana. Sesekali mata bulatnya melirik Albert sinis. Ingatkan kalau Kai masih marah pada pria itu.
***
Malam harinya, Albert berserta keluarga kecilnya tengah berkumpul diruang keluarga sambil menonton televisi.
Diatas karpet bulu juga ada Kai dan Ernes yang tengah bermain. Atau, hanya Kai yang bermain dan Ernes menemaninya. Sesekali Ernes tampak menciumi pipi bulat itu. Mungkin saja Ernes merasa gemas.
Sedangkan Juliana dan Albert, mereka duduk disofa.
"Menurut kamu, perlakuan ibunya Kai udah keterlaluan nggak si?" Juliana memulai pembicaraan.
Albert tampak mengangguk. "Dia jadi aneh sekarang."
"Aku cuma kasian sama adek, yah. Dia anak yang lucu dan aktif. Aku takut tiba-tiba dia berubah jadi anak pendiem."
"Enggak, kita temenin adek, ya? Kita jaga dari belakang."
"Boleh nggak sih, aku minta adek jadi anak kita aja?"
Tertawa kecil. "Bisa-bisa Sena nelen kita hidup-hidup."
Juliana ikut tertawa. Namun, tawa sepasang suami istri itu terhenti ketika Kai berjalan kearah mereka dengan bibir bawahnya yang maju beberapa senti.
"Adek kenapa?" Kai langsung memeluk Juliana ketika wanita itu membuka lebar-lebar kedua tangannya.
"Ngantuk," Kedua mata bulat itu memejam perlahan. Ibu jarinya sudah mendarat didalam mulut Kaizar dan dihisap pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nawasena [Completed]
RandomKai nggak suka Mommy gendong adek bayi. Terbiasa menjadi anak kesayangan membuat Kai terbiasa. Kelembutan Mommy membuat Kai merasa kesal ketika pakdenya menitipkan dua anak yang selalu menempeli mommy. Kai cemburu Mommy, Kai tidak suka.