Semua wali murid sudah duduk dikursi masing-masing. Kini, mereka tinggal menunggu juara yang akan diumumkan.
Kai, anak itu duduk dipangkuan Juliana sambil memainkan jemari Juliana. Betsy yang duduk disampingnya pun hanya bisa tersenyum kecil.
Sedangkan Ernes, dia duduk ditengah-tengah Maren dan Charli.
"Bunda," Mendongak menatap wajah ayu Juliana. "Nanti kalo adek nggak dapet juara gimana?"
"Gapapa, bunda udah bangga sama adek karna udah berani ikut lomba."
"Mommy juga bangga sama adek," Sahut Betsy sambil menatap Kai.
Kaizar menoleh kearah sang ibu sebentar, lalu matanya kembali menatap kedepan. Kearah guru yang akan membacakan juara satu hingga tiga.
Kembali, senyuman sendu terukir dibibir tipisnya. Betsy lebih memilih menatap kedepan. Jujur saja hatinya sedih.
Menatap kedepan bukan berarti Betsy memperhatikan guru yang akan membacakan juara lomba. Rasanya, seperti Betsy merasa tak mendengar apa yang diucapkan guru tersebut. Pikirannya melayang entah kemana.
Bagaimana kalau Kai nyaman pada Juliana lebih jauh? Kalau iya, bagaimana kalau Kai meninggalkannya?
Betsy menggeleng, mencoba menepis semua pikiran buruk tentang putranya.
"KAIZAR ERFAN," Suara itu membuyarkan lamunan Betsy. "Selamat, adek Kai dapet juara tiga," Guru itu tersenyum kearah Kai.
Betsy menoleh kesamping. Putranya tengah memeluk Juliana dengan senyum yang lebar, dan Juliana mengecupi kening putranya berkali-kali.
"Selamat anak bunda, adek hebat."
Tersenyum lebar. "Makasih bunda," Katanya lalu mencium pipi Juliana.
"Adek, gih buruan naik ke panggung," Kai menoleh kearah Sena dan mengangguk. Setelahnya, anak kecil itu langsung berjalan menuju sumber suara.
Terlihat diatas panggung Kai berdiri malu-malu dan bersembunyi dibelakang gurunya.
Guru muda itu tersenyum. Sudah hafal dengan tingkah laku seorang Kaizar. Selanjutnya, guru itu kembali membacakan juara dua dan satu. Kedua juara juga sudah bergabung diatas panggung.
Pertama, Kai diberikan sertifikat berlogo sekolahnya. Lalu sebuah mahkota simpel yang cantik. Juara dua juga mendapat sama dengan Kai. Tapi berbeda dengan juara satu, ia mendapatkan mahkota dan piala juga sertifikat.
"Oke, terimakasih dan selamat untuk para juara. Semoga lomba menggambar ini dapat dilaksanakan lagi tahun depan. Dan juga, semoga bermanfaat untuk anak-anak manis ini. Silahkan turun kembali dan peluk orang tua kalian, sebagai tanda terimakasih karena sudah mendukung apapun yang kalian minati."
Ketiganya kompak berlari turun dari panggung untuk memeluk orang tua masing-masing.
Betsy tersenyum. Kai berlari kearahnya.
"Bunda," Kaizar mengkode Juliana agar sedikit menunduk. "Mahkota cantik buat bunda adek yang paling cantik didunia," Katanya sambil memasangkan mahkota itu Juliana.
Sena, Albert, Charli, dan Maren hanya diam.
Juliana mencium pipi Kai. "Terimakasih sayang, selamat ya ... Anak bunda emang hebat."
"Makasih bunda ... Love bunda," Tersenyum malu. Kaizar langsung menyembunyikan wajahnya didada Juliana, ia tersipu malu.
Tertawa. "Love adek juga."
Betsy memalingkan wajahnya. Tanpa sepatah katapun Betsy langsung beranjak pergi dengan air mata yang mengalir.
Hatinya sakit. Betsy berfikir mahkota itu untuknya, ia sudah membayangkan bagaimana manisnya ketika Kaizar memasangkan mahkota itu dikepalanya, lalu memujinya cantik seperti tadi Kai memuji Juliana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nawasena [Completed]
SonstigesKai nggak suka Mommy gendong adek bayi. Terbiasa menjadi anak kesayangan membuat Kai terbiasa. Kelembutan Mommy membuat Kai merasa kesal ketika pakdenya menitipkan dua anak yang selalu menempeli mommy. Kai cemburu Mommy, Kai tidak suka.