Setelah mendengar kabar dari Maren, Rima dan Betsy pergi kerumah sakit pada malam harinya. Sejenak Rima akan melupakan masalah Kaizar.
Sedari tadi pun diantara Betsy dan Rima tidak ada percakapan. Hanya ada hening, dan itu membuat Maren sedikit serba salah.
Maren berjalan didepan sambil membawa tas berisikan pakaian ganti Sena, Charli, dan Kaizar. Diikuti Betsy dan Rima dibelakang.
Sampai didepan ruangan Sena dirawat, Maren membuka pintu. "Adek sama Abang mandi dulu sana, ini baju gantinya," Meletakkan tas disamping Charli duduk.
Kedua mata Kaizar dan Betsy sempat bertemu. Buru-buru Kai menyembunyikan wajahnya didada Charli.
"Adek mandi bareng sama Abang, mau?" Kai mengangguk. Kai merasa tak nyaman berada satu ruangan dengan sang ibu. Apa, Kai belum menyadari kalau ada nenek kesayangannya?
Mendudukkan dirinya disamping Charli. "Eh, om Albert pulang?"
"Om Albert sama Ernes mau pulang mandi, nanti kesini lagi sama Tante Juliana juga," Maren hanya menanggapi dengan anggukan, lalu memejamkan kedua matanya.
"Kalo Kai dilap aja, ini udah malem. Nanti masuk angin," Ujar Rima.
Charli menatap Rima. "Dek? Ada nenek lho."
Kai menggelengkan kepalanya tanda ia tak mau mengangkat wajah dan menatap orang disana.
Rima tersenyum tipis melihat cucu kesayangannya. Rima berfikir, mungkin Kai malu karena memang sudah lama tidak bertemu dengannya.
"Gapapa. Abang, adeknya dilap ya, biar nggak lengket. Sekalian kamu mandi."
Charli mengangguk, lalu beranjak dengan Kai digendongannya. Tak lupa juga membawa tas yang dibawakan Maren tadi.
Sepeninggalannya Charli, Rima langsung berjalan mendekati Sena. "Kamu gimana bisa kayak gini, sen?"
"Cuma keserempet motor ma, biasa, anak-anak kalo baru bisa motoran pada ugal-ugalan. Jadi, ya ... Keserempet."
"Kamu bilang cuma? Kamu nggak hati-hati apa?"
"Cuma lecet dikit aja, besok juga udah boleh pulang kok."
"Yaudah, cepet sembuh," Rima tersenyum. "Mama mau nyusul cucu mama dulu. Ren, kamu mau ikut nenek apa disini?"
"Ikuuuuttt."
Saat pintu tertutup, ruangan menyisakan Betsy dan Sena.
"Kamu ngaduin aku ke mama?" Tanya Betsy memulai pembicaraan.
"Aku abis kena musibah. Setidaknya tanya dulu, keadaan aku gimana. Bukan malah nanya hal kayak gitu."
Betsy menarik kursi, lalu mendudukinya tepat disamping Sena. "Aku kurang apa sih jadi ibu rumah tangga? Bukannya rumah tangga harusnya cuma kita yang tau? Kita bisa cari jalan keluar sama-sama ... Nggak perlu mama tau soal rumah tangga kita, Sena."
"Sy, kalo kamu sadar aku juga udah berusaha. Tapi makin kesini sikap kamu malah keterlaluan. Kamu main fisik sama adek, dan aku nggak terima itu."
"Aku cuma nyubit."
"Cuma? Dia anak kecil, kamu nggak liat tadi adek ketakutan liat kamu?"
Menghela nafas. "Aku nggak tau, aku cuma kesel sama reflek aja."
"Kesel cuma karna nggak bisa balas Budi, iya?"
"Dad--,"
"Sy, aku minta kamu bisa kendaliin sikap nggak enakan kamu ke orang lain, bisa?"
Menggeleng. "Aku nggak tau," Lirihnya.
"Nggak ada yang mempersalahkan balas Budi, sy. Aku pun suka kalo istriku mau membantu saudaranya yang lain. Tapi kalo udah keterlaluan sampe ke anak, aku nggak terima."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nawasena [Completed]
AcakKai nggak suka Mommy gendong adek bayi. Terbiasa menjadi anak kesayangan membuat Kai terbiasa. Kelembutan Mommy membuat Kai merasa kesal ketika pakdenya menitipkan dua anak yang selalu menempeli mommy. Kai cemburu Mommy, Kai tidak suka.