Yang mau Baca Duluan bisa langsung ke Karyakarsa. Link ada di bio atau kalian bisa search dengan judul yang sama. Thankyou😘
***
Tit ... Tit ... Tit ...
Dalam sebuah kamar rawat mewah, tampak seorang gadis tengah tertidur lelap dengan bantuan mesin penunjang hidup. Suara yang terdengar hanya berasal dari monitor di sisi ranjang, serta seorang perawat yang tengah melakukan pemeriksaan berkala.
Dengan rambut panjang sepinggang serta guan putih sebetis, sosok cantiknya bak Putri Tidur dalam dongeng. Tiba-tiba, tangan kurus yang telah lama terkulai menunjukkan sebuah pergerakan. Urat tangannya berkedut sebelum akhirnya jari kelingkingnya sedikit terangkat disusul jari manis hingga berakhir dengan mata birunya yang terbuka perlahan.
Prak!
Suara benda jatuh menarik atensi Ara dari langit-langit ruangan. Gadis itu menoleh ke kiri dengan susah payah, seluruh tubuhnya terasa kaku bahkan untuk menggerakkan ujung jarinya saja.
Di sana, Ara mendapati seorang perawat yang tengah terkejut melihatnya. Matanya membola lebar dengan mulut terbuka serta kedua tangan menangkup di dada.
"Nona sudah sadar," ucapnya agak terbata sebelum kemudian melesat keluar sebelum Ara bisa mengatakan sesuatu.
Mengabaikan perawat tadi, Ara termenung lama memikirkan apa gerangan yang terjadi. Apakah semua itu mimpi? Ataukah ia sedang diperlihatkan bagaimana surga sebelum akhirnya dibawa ke neraka untuk disiksa?
Ara yakin, semua yang ia alami itu nyata. Terjun dari lantai 3 demi menyelamatkan adiknya.
Adik!?
Spontan Ara terduduk dengan jantung berdegup kencang hingga terasa sakit. Melepas masker oksigen dan bergegas turun dari ranjang pesakitan bersamaan rombongan dokter yang muncul diikuti oleh sepasang suami-istri paruh baya.
"Alexi!" seruan itu berasal dari wanita paruh baya yang telah berurai air mata sembari berlari menerjangnya dengan sebuah pelukan sarat akan kelegaan.
Ara yang mendapat pelukan tersebut sontak menegang. Sebelum ini tidak ada yang pernah memeluknya seerat ini seakan takut kehilangannya. Yang ada Ara justru dipaksa berdiri oleh takdir sekalipun kakinya berdarah-darah.
"Ya Tuhan! Terimakasih sudah membawa putriku kembali!" desah wanita itu terdengar putus asa. "Kamu jangan bikin takut Mama lagi, Alexi. Mama nggak bisa kehilangan kamu, Sayang. Jangan pernah ngelakuin hal buruk seperti itu lagi, ya! Mama akan mati bila kamu berpikir pendek begitu. Untuk apa Mama hidup kalau putri Mama nggak ada di dunia ini!? Kamu itu segalanya bagi Mama!"
Ara masih bergeming dengan kening berkerut samar sebelum kemudian menarik diri lepas dari pelukan wanita tersebut. Menatap mereka semua sangsi.
Ara juga baru sadar kalau tubuhnya dapat bergerak bebas seolah jatuh dari lantai 3 bukanlah hal berbahaya. Tidak ada cidera seperti patah tulang maupun gegar otak. Padahal saat sadar tadi ia merasa tubuhnya teramat kaku.
Aneh.
Akan tetapi, kondisinya tidaklah penting. Menampik semua keanehan yang mulai timbul dalam kepala, Ara memberanikan diri untuk bertanya tentang keadaan Alexi, berharap adiknya itu tidak terluka sedikitpun.
"Maaf, Nyonya. Tapi aku Alexa, bukan Alexi. Dia adalah adik kembarku. Bisakah aku bertemu dengannya sekarang? Bagaimana keadannya? Alexi baik-baik saja, kan? Tidak terjadi sesuatu yang serius dengannya, benar? Aku mohon, Nyonya, pertemukan aku dengan adikku!" Ara memohon. Berlutut di hadapan wanita yang ia ketahui sebagai orangtua Alexi. Walau dari jauh, Ara masih dapat menangkap jelas rupa Tuan dan Nyonya Ximora.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (Not) Protagonist
Fiksi Remaja"Tidak semua iblis itu jahat. Begitu pula malaikat, belum tentu semuanya adalah penyelamat." ***** Alexandra Rania. Niat hati ingin bertemu dengan sang kembaran yang baru diketahui, justru berakhir tragis. Ara--sapaan akrabnya, memang berhasil bert...