09. First Meet

90 9 0
                                        

Ara menghela napas lega begitu berhasil duduk di kursi belakang mobil milik Demian. Butuh usaha lebih besar untuk bisa berangkat ke sekolah dibanding keluar rumah sakit. Ara tidak menjamin setelah ini dia akan pulang ke Istana Ximora atau kembali ke rumah Madam Berlin.

"Alexandra!" Keysha menggoyang pelan lutut Ara pelan dari kursi depan samping kemudi.

"Ya?" sahutnya spontan. "Maaf. Tadi Aku nggak fokus. Kamu bilang apa?" tanya Ara linglung.

"Kamu yakin baik-baik aja, Lex? Kita bisa putar balik semisal kamu ngerasa pusing atau apapun?" timpal Damien melirik dari spion tengah.

Ara menggeleng cepat. "I'm fine! Tadi kalian bilang apa?" ulangnya.

Keysha dan Damien saling melirik sebelum kemudian Keysha mengulangi pertanyaannya, "Kamu udah hapal tata letak kelas? Kalau belum kita bisa anterin kamu dulu?"

Ara mengangguk. "Udah, kok. Kalian nggak perlu khawatirin aku. Aku bisa jaga diri. Stop perlakuin aku kayak anak kecil. Aku cuma hilang ingatan, bukan lumpuh!" jawabnya mendadak kesal.

"Okay, girls. Calm down,  lerai Damien tampak bingung bercampur cemas.

Ara menarik napas panjang guna menenangkan diri kemudian meminta maaf. "Sorry, aku nggak bermaksud jadiin kalian pelampiasan. Aku cuma nggak tau harus gimana," kata Ara lemah.

Ara tidak berbohong. Dia hanya bingung. Tekanan menjadi Alexi selama berhari-hari hampir mencapai batas kemampuannya. Belum lagi segudang larangan dan peraturan yang diberikan Sophie pagi tadi memantik kekesalan Ara, sehingga ia menjadi mudah tersinggung. Ditambah perasaan aneh Ara sejak semalam memperburuk mood-nya.

"It's okay, Lex. Kita berdua bisa ngerti, kok. Kalau kamu butuh teman curhat, kita siap kok. Kamu nggak sendiri," hiburnya.

Keysha mengangguk membenarkan. "Mau aku pindah ke belakang?" tawarnya.

Ara menggeleng. "Nggak. Aku cuma butuh waktu sendiri sebentar buat nenangin diri. Dan tolong jangan lapor ke Mama atau Papa, ya? Aku nggak mau bikin mereka tambah khawatir."

"Siap dilaksanakan, Tuan Putri!" jawab Damien ala komandan. Membuat suasana di antara mereka mencair.

"Thanks," sambut Ara sungguh-sungguh.

Dengan itu Ara kembali menekuri pikirannya. Bukan sesuatu yang besar sebenarnya, hanya saja Ara merasa semalam seseorang naik ke tempat tidurnya. Entah mimpi atau bukan, karena semalam Ara tidak sanggup membuka mata. Namun, begitu bangun tidur, Ara tidak merasa ada yang aneh baik dengan tubuh maupun kamarnya. Semuanya persis seperti yang Ara lihat sebelum ia tidur lelap dalam hitungan menit setelah minum susu buatan Bik Ira.

"Here you go, Princess!" seru Damien kala membuka pintu belakang, memutus lamunan Ara.

Tanpa ragu, Ara keluar dari balik pintu, menunjukkan eksistensinya setelah sekian bulan berita tentangnya simpang siur.

Sesuai ekspektasinya, Ara menjadi pusat perhatian begitu sampai di sekolah. Banyak dari siswa-siswi yang langsung kaku begitu melihatnya, sebelum akhirnya tersenyum ramah. Atau banyak juga yang langsung pergi seakan baru teringat sesuatu, padahal Ara yakin mereka semua telah mendapat arahan dari seseorang. Terbukti dari tidak adanya satu pun murid yang membicarakan kematiannya atau yang bertingkah mencurigakan dengan menggunjing diam-diam.

Entah Ara harus bersyukur atau sedih karena bahkan tidak ada yang mengenalnya di sini. Tidak ada yang menangis untuknya.

"Mau masuk sekarang?" Ara langsung menoleh manakala Keysha bertanya.

Pasalnya, Damien menurunkan keduanya tepat di depan lobi sehingga menyita banyak ruang sekaligus menjadi pusat perhatian.

"Kalian masuk aja, Aku parkir mobil dulu," kata Damien begitu Ara menatapnya.

I'm (Not) ProtagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang