08. Greetings Family

70 8 0
                                        

Ara bangun saat Matahari sudah tenggelam. Itupun dibangunkan Sophie dengan cara yang sangat buruk dalam artian baik. Yakni dengan mengusap rambut Ara secara konstan. Bukannya bangun, Ara justru semakin terbuai ke alam mimpi dan hampir menyerah untuk membuka mata andaikata Ara lupa siapa dirinya sekarang.

Jadi di sinilah Ara. Setelah proses panjang seperti mandi dan berdandan, akhirnya tepat pukul 07.20 p.m Ara turun ke bawah, di mana semua orang yang belum pernah Ara lihat berkumpul selagi menatapnya dengan pandangan berbeda. Kecuali Tante Maya.

Ada juga Keysha dan Damien yang melambaikan tangan. Mereka berkumpul bersama orangtuanya masing-masing. Belum lagi sepasang suami-istri di sofa panjang beserta Ibu dari Dimitri. Ara mengenalinya dari album foto yang pernah sekali dibawa Sophie ke rumah sakit. Sedangkan untuk Ayah Dimitri sendiri sudah meninggal dunia sejak 3 tahun lalu.

"Nene senang kamu sudah sehat," sambut wanita berambut putih sempurna tersebut kala Ara menghampirinya.

"Ara kangen Nene," sahut Ara sungguh-sungguh. Ara sadar seberapa penting peran wanita tua ini pada masanya. Kata terimakasih saja tidak cukup untuk menggambarkan seberapa besar Ara sangat menghormati beliau. Mulai dari menerima Alexi hingga menghujani adiknya dengan cinta kasih sampai detik ini dan waktu mendatang.

"Kamu terlihat sangat cantik dengan gaun selutut ini," puji Maya bergantian.

Ara hanya mangangguk sambil tersenyum, berterimakasih atas gaun yang dibelikan sang Tante.

"Dan ini Tante Dami dan suaminya, Om Aksa, orangtua Damien. Lalu ini Mama Papa Keysya, Aunty Icel dan Uncle Leo."

"Halo, Om-Tante, Aunty-Uncle," sapanya kaku.

Dami tersenyum maklum selagi menarik Ara agar lebih dekat. "Nggak usah canggung, Lexi. Pelan-pelan aja. Tante tahu semua ini nggak mudah buat kamu. Tapi Tante dan Om akan selalu ada buat dukung kamu. Jadi jangan ragu kalau mau tanya sesuatu. Kita semua sayang sama kamu."

"Tante Dami benar," imbuh Aksa. "Kamu, Keysha dan Damien sudah berteman sejak kecil. Kalian sudah seperti anak Om sendiri,"

"Jadi nggak usah takut kalau kamu butuh sesuatu langsung aja bilang ke Aunty atau Uncle, oke!?" sambung Leo cepat yang diangguki Icel, sambil mengusap lembut bahu Ara.

Ara mengangguk terharu. "Makasih, Uncle, Aunty, Om dan Tante."

Lantas Icel memeluk Ara yang hendak menangis diikuti Dami. "Oh, Sayangku. Jangan menangis. Ini adalah hari bahagia. Aunty senang kamu bisa kembali bersama kami."

"Oke, cukup," sela Sophie menarik Ara ke sisinya. "Kamu masih harus menyapa Paman dan Bibi kamu. ini Tante Sintya, istrinya Om Raga; adik Papa," jelasnya memperkenalkan sepasang suami-istri yang belum pernah Ara temui, "dan ini putra mereka, Arga. Kalian seumuran," lanjutnya kepada sosok pemuda yang sejak tadi memandangi Ara sejak menuruni tangga.

Ara hanya mengangguk sambil menjulurkan tangan, enggan berpelukan dengan mereka karena merasa tidak nyaman. Seakan pernah terjadi sesuatu di antara Alexi dengan keluarga Pamannya tersebut.

"Halo, Om, Tante."

Terlebih lagi dengan Arga. Ara hapal betul tatapan macam apa yang pemuda itu berikan pada paras Alexi. Dasar Gila. Arga menyukai Alexi.

Ara tidak menyangka, di hari pertamanya menjadi bagian dari keluarga Ximora ia langsung dihadapkan dengan kegilaan semacam ini.

Sontak saja Ara langsung menarik tangannya kuat kala ujung jarinya bersentuhan dengan tangan Arga yang tersenyum manis, tapi bagi Alexi itu adalah seringaian iblis. Baru kemudian mundur satu langkah saat Arga hendak mendekat, bersembunyi di balik punggung sang Papa.

I'm (Not) ProtagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang