Rezvan pergi dari ruangan shani dengan perasaan yang sakit dan hancur, ia masuk ke mobil dan menjalankannya tak tentu arah dengan kecepatan diatas rata-rata
Sedangkan itu diruang shani kini shani tengah menangis dengan perasaan yang pilu
"Shan ini berkas hari in-" ucap abin terpotong saat memasuki ruangan shani
"ASTAGA LO KENAPA SHANI" pekik abin karena melihat shani yang tengah menangis sesegukan
"Hey, kenapa. what happened?" Ucap abin berhati-hati seraya memeluk shani guna memberi ketenangan
"R-rezvan hiks udah tau bin" ucap shani sesegukan
"Tau apa, tentang apa" ucap abin yang masih belum konek karna shani berbicara tak cukup jelas karna sesegukan
"Tau semua hiks hiks" ucap shani semakin menangis dipelukan abin
Abin yang mendengar itu pun merasa kasihan pada sepupunya, sakit rasanya melihat sepupu yang sudah bersama sejak kecil menangis pilu seperti ini
Abin pun hanya mampu mengelus bahu shani memberinya ketenangan, karna jujur dirinya pun tak mampu memberikan kata-kata untuk shani bahkan ia pun ikut menangis karna sedih melihat shani
"A-aku harus kejar rezvan aku harus jelasin sama dia semuanya" ucap shani yang tiba-tiba melepas pelukan abin dan bergegas mengambil kunci mobil untuk mengejar rezvan
"Abin minggir" ucap shani karna abin menghalangi jalannya
"Gak shan, lo gak bisa pergi dengan keadaan kayak gini" cegah abin dan masih didepan pintu
"Aku mau kejar rezvan aku gak mau kehilangan dia" ucap shani berusaha menyingkirkan abin
"Minggir abin" sambung shani karna abin tak sedikit pun bergeser
"Enggak shani" ucap abin
"AKU BILANG MINGGIR YA MINGGIR ABIN" bentak shani
"GUA BILANG ENGGAK YA ENGGAK SHANI" bentak abin
"H-hiks aku mohon minggir bin" ucap shani lirih dan kembali sesegukan
"Iya nanti kita susul ya, tapi gak dengan lo yang kayak gini. Bahaya shan" ucap abin dengan nada yang melembut dan mencoba memberi pengertian
"Sekarang kita pulang ya, tenangin pikiran lo dulu biar gua temenin. Baru setelah itu kita cari rezvan" sambung abin dan dibalas anggukan kepala oleh shani
°°°
"AAARGH ANJING, KENAPA SEMUA HARUS KAYAK GINI. KENAPA GUA HARUS NGERASAIN KAYAK GINI" teriak rezvan frustasi seraya terus memukuli samsak didepannya
Ya, kini rezvan pergi ke arena untuk melampiaskan segala emosinya. Meninju mamukul tak peduli seberapa sakit dan perih yang dirasakan tangannya, baginya rasa sakit didadanya jauh lebih sakit dibanding rasa sakit dan perih ditanganya
"Kenapa harus kayak gini? Sakit ya allah sakit" lirih rezvan lemas
"Kenapa semua ini harus terjadi disaat hamba sudah jatuh padanya ya allah" sambung rezvan lirih disertai tangisan
°°°
Kini abin dan shani sudah tiba dirumah shani, abin terus saja berusaha menenangkan shani memberinya kekuatan serta ketenangan. Begitupun dengan gracia yang dikabari oleh abin ia pun sama berusahanya seperti abin yaitu mencoba menguatkan dan menenangkan shani
"Shan udah dong nanti lo bisa pusing kalo nangis terus" ucap abin yang mulai pening karna shani tak berhenti menangis
"Iya ci, nanti kita pikirin caranya bareng-bareng buat cari sekaligus jelasin semuanya ke rezvan. Udah yah nangisnya" ucap gracia menimpali ucapan abin
KAMU SEDANG MEMBACA
Have You | END
RandomHubungan yang tidak dilandasi dengan keputusan bersama dan rasa didalamnya itu gak akan baik baik aja apalagi di antara kedua belah pihak tidak ada yang menjalani nya dengan perasaan, lalu gimana dengan hubungan keduanya di kedepannya nanti? "Pernik...